Kisah Pilu WNI Menanti Evakuasi dari Gaza, Makanan Menipis, Listrik Putus

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kisah Pilu WNI Menanti Evakuasi dari Gaza, Makanan Menipis, Listrik Putus

BBC Indonesia - detikTravel
Jumat, 13 Okt 2023 11:05 WIB
Kisah WNI yang menanti evakuasi dari Jalur Gaza di tengah pengepungan total Israel
Kisah WNI yang menanti evakuasi dari Jalur Gaza di tengah pengepungan total Israel (Foto: BBC World)
Jakarta -

Pemerintah Indonesia tengah menyiapkan evakuasi ratusan warga Indonesia yang berada di wilayah Gaza maupun di Israel. Kini, mereka terjebak dalam kepungan total Israel.

Di Israel, terdapat 38 WNI yang menetap dan 94 pelajar atau mahasiswa yang sedang pelatihan. Mereka akan dievakuasi melalui jalur darat menuju wilayah Yordania.

"Teknis juga sedang difinalisasikan karena Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, kata Duta Besar Indonesia untuk Yordania dan Palestina, Ade Padmo Sarwono, kepada BBC News Indonesia, dan dikutip Jumat (12/10/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, di Jalur Gaza, terdapat 10 WNI yang mayoritas menjadi relawan kemanusiaan, dari total 45 WNI di Palestina.

Ade Padmo menambahkan upaya untuk mengevakuasi mereka yang ingin meninggalkan wilayah itu masih belum memungkinkan karena pintu perbatasan diRafah, jalan satu-satunya ke Mesir, ditutup sejak Selasa (10/10) akibat serangan udara oleh Israel.

ADVERTISEMENT

Israel telah menutup penyeberangan Erez di bagian utara Jalur Gaza tanpa batas waktu.

WNI, yang menjadi relawan di Gaza, Abdillah Onim, juga mengatakan situasi belum memungkinkan untuk melakukan perjalanan.

"Bom sana sini dan akses jalan hancur, rusak," kata Onim.

Pengamat Timur Tengah menganalisis eskalasi perang antara Israel dan kelompok Hamas yang mengendalikan wilayah Jalur Gaza akan semakin memanas ke depannya. Ditambah, adanya potensi intervensi dari pihak ketiga dalam konflik yang telah berlangsung selama enam hari itu, seperti kelompok Hizbullah, Iran, hingga terpecahnya sikap negara besar dunia.

Serangan yang dilakukan oleh Israel ke wilayah Jalur Gaza telah berlangsung hampir sepekan, sejak Sabtu 7 Oktober 2023. Aksi itu merupakan respons atas serangan ratusan milisi Hamas ke wilayah bagian selatan Israel. Korban jiwa dari kedua pihak telah mencapai hampir 2.500 orang.

Kini Jalur Gaza berada dalam pengepungan total oleh militer Israel. Mereka memutus aliran listrik serta memblokade bantuan makanan, bahan bakar, dan kebutuhan lainnya.

"Saya dan keluarga memilih keluar dari Gaza menuju Mesir untuk menyelamatkan diri. Tapi sampai saat ini masih tertahan di dalam rumah," kata Onim, yang memiliki istri warga Palestina dan telah tinggal sekitar 13 tahun di Jalur Gaza.

Onim mengatakan tengah menunggu koordinasi lanjutan dari Komite Palang Merah Internasional (ICRC) dan juga Kemlu RI terkait rencana evakuasi itu.

"Tapi kendalanya sampai saat ini kantor ICRC belum beroperasi sampai saat ini. Lalu situasi di luar sana belum memungkinkan bagi kami untuk melakukan perjalanan. Bom sana sini, akses jalan raya hancur total, kata aktivis kemanusiaan dari Nusantara Palestina Center itu. Dan pihak Israel melontarkan rudal ke kantor imigrasi perbatasan antara Gaza dan Mesir, namanya pintu Rafah, dan kini tidak beroperasi. Jadi sampai saat ini masih menunggu, semoga kami dilindungi," kata Onim.

Pasokan Makanan Menipis, Listrik Putus

Fikri Rofiul Haq, seorang WNI yang menjadi relawan medis MER-C (Medical Emergency Rescue Committee) di Rumah Sakit Indonesia, di Jalur Gaza, mengatakan hampir 80% pasokan listrik di Jalur Gaza padam. Pasokan makanan dan bahan kebutuhan dasar lain juga semakin menipis.

"Para WNI di Jalur Gaza mengalami kesulitan pasokan pangan dan air yang sudah sedikit dan juga tentunya kesulitan berkomunikasi karena jaringan internet hampir semua terputus, dan hanya bisa mengandalkan kartu lokal yang berkecepatan 2G, kata Fikri.

Sekitar 80% populasi di Gaza menggantungkan kebutuhan pokok mereka dari bantuan internasional.

Sementara untuk pasokan listrik, hampir dua pertiganya berasal dari Israel, dan sisanya berasal dari Pembangkit Listrik Gaza (GPP). Namun, pasokan gabungan listrik tersebut hanya memenuhi kurang dari setengah permintaan.

Senada, Onim mengatakan kelangkaan pasokan bahan makanan, air, dan obat-obatan itu disebabkan oleh aksi Israel yang memblokade masuknya bantuan dari luar.

Dia pun menyebut kondisi di Jalur Gaza seperti "kota mati, tidak ada pergerakan. Reruntuhan rumah dan bangunan menutupi jalan raya membuat evakuasi korban yang tertimpa reruntuhan semakin sulit, kata Onim.

"Kami tidak bisa ke mana-mana karena di luar seperti hujan bom, ujar Onim.

Setidaknya 200.000 orang telah mengungsi karena takut nyawa mereka terancam atau karena sudah kehilangan tempat tinggal akibat serangan udara Israel. Sebagian besar mengungsi sementara di bangunan sekolah-sekolah yang didirikan PBB.

Secara umum, lebih dari 75% populasi Gaza - sekitar 1,7 juta orang - terdaftar sebagai pengungsi, menurut PBB. Lebih dari 500.000 di antaranya tinggal di delapan kamp penuh sesak yang terletak di seluruh Jalur Gaza.

Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, mengatakan hingga saat ini pemerintah belum mengevakuasi WNI di Jalur Gaza karena situasi belum aman.

"(Kapan akan mulai menyelamatkan WNI dari Gaza) nggak tahu. Begitu situasi dinilai aman. Yang menilai aman bukan hanya kami, tapi komunikasi kami dengan banyak pihak. Kami akan menggerakkan," kata Retno di Bali, Rabu (11/10).

Meski begitu, Retno menegaskan bahwa pemerintah sudah menyiapkan segala yang dibutuhkan untuk penyelamatan para WNI di Gaza. Antara lain, berkomunikasi dengan Presiden Palang Merah Internasional, rencana penyelamatan, hingga daftar nama para WNI.

"Jadi, data sudah ada dan rencana penyelamatannya sudah ada. Masalahnya, situasinya masih belum memungkinkan untuk dilakukan pergerakan," kata Retno.




(fem/fem)

Hide Ads