Praktik Pesugihan di Gunung Kawi, Tumbal Tak Selalu Nyawa

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kultur

Praktik Pesugihan di Gunung Kawi, Tumbal Tak Selalu Nyawa

bonauli - detikTravel
Jumat, 13 Okt 2023 21:05 WIB
Pohon Dewandaru berdiri di sisi timur Keraton Gunung Kawi
Pohon Dewandaru berdiri di sisi timur Keraton Gunung Kawi (Muhammad Aminudin/detikJatim)
Jakarta -

Praktik pesugihan di Gunung Kawi sudah jadi budaya mengakar bagi masyarakat sekitar. Ternyata tumbal pesugihan tak selamanya nyawa.

Lima mahasiswa Universitas Brawijaya melakukan penelitian soal pesugihan Gunung Kawi dan kaitannya dengan gangguan mental, yakni skizofrenia psikosis. Dari data yang dikumpulkan, diketahui bahwa masyarakat yang melakukan praktik pesugihan memiliki kecenderungan penyakit mental.

Hal ini didasari dari syarat khusus yang diminta saat praktik pesugihan, yaitu tumbal. Sebelumnya, salah satu anggota tim penelitian Muhammad Harun Rasyid Al Habsyi mengatakan bahwa penelitian ini mengungkap dugaan kekhawatiran yang dirasakan oleh pelaku ritual terkait dengan tumbal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami menduga bahwa pelaku pesugihan akan merasa hidupnya tidak tenang, sehingga mengalami kecenderungan mental disorder," ujar dia pada detikJatim.

Namun sejauh ini, belum ada responden yang mengaku memberikan tumbal manusia. Ternyata, tumbal memang tak selalu nyawa.

ADVERTISEMENT

"Awal hipotesis kita tumbal itu nyawa (manusia), tapi ternyata enggak selalu nyawa," ujar Destyana Ellingga Pratiwi, SP, MP, MBA selaku dosen pembimbing pada detikTravel melalui sambungan telepon.

Dalam observasi dan wawancara, informan yang ditemui tim mengungkapkan bahwa setiap individu akan ditanya terkait keinginan atau tujuan ritual. Misalkan meminta kekayaan maka mereka harus memenuhi syarat yang disampaikan oleh pembimbingnya.

Apabila dalam waktu satu tahun harapan mereka terkabul maka pelaku ritual harus menggelar selamatan sebagai bentuk pengorbanan. Biasanya ritual yang dilakukan pada malam Jumat Legi atau malam 1 Suro.

Dari pernyataan pelaku praktik, proses nego tumbal sangat dirahasiakan. Mereka cenderung tertutup untuk membicarakan ritual penentuan tumbal.

"Proses ritualnya tidak mau dibicarakan, tapi tumbal enggak selalu nyawa. Ada yang bikin selametan atau renovasi rumah tiap tahun," jawabnya.




(bnl/wsw)

Hide Ads