Warga Kampung Waerebo di Taman Nasional Komodo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) dibayangi ketakutan digigit komodo.
Kampung Waerebo itu berada di Dusun Kerora, Desa Pasir Panjang, Pulau Rinca. Mereka hidup berdampingan dengan habitat komodo.
Salah satu warga bernama Muhaimin mengalami luka serius di pergelangan dan jari tangan kanan usai digigit komodo. Dia pun dievakuasi ke RSUD Komodo di Labuan Bajo untuk mendapatkan perawatan medis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibat peristiwa itu, warga kampung, yang terdiri atas 16 Kepala Keluarga (KK) itu, selalu waspada dengan 'ora'-sebutan warga lokal untuk komodo. Apalagi kampung mereka tidak ada pagarnya.
"Belum ada pagar pembatas di kampung Waerebo," ujar Kepala Dusun Kerora, Basir, Rabu (25/10/2023) kepada detikBali dan dikutip detikTravel Senin (30/10).
Basir menjelaskan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui BTNK telah membuat pagar pembatas habitat komodo dengan sejumlah kampung di dusun Kerora sepanjang 970 meter. Pagar yang dibuat dua tahun lalu itu tidak sampai di kampung Waerebo yang memiliki 14 rumah tersebut.
"Sekitar 200 meter di Waerebo yang belum dibuat pagar," kata Basir.
Ia menjelaskan kampung Waerebo kerap didatangi komodo setelah kampung-kampung lainnya dibuatkan pagar pembatas. Pada bulan pertama setelah sejumlah kampung dipagari, serangan komodo di kampung Waerebo meningkat tajam. Dalam waktu sebulan itu sebanyak 10 ekor kambing warga Waerebo diserang hewan buas tersebut.
"Fokus komodo ke Kampung Waerebo (karena tidak ada pagar pembatas). Satu bulan pertama 10 ekor kambing diserang komodo," ujar Basir.
Ia mengatakan komodo selama ini kerap mendatangi tempat jemur ikan warga yang tak jauh dari rumah. Korban sebelumnya, di kampung berbeda tetapi juga berada di Pulau Rinca adalah Ratna (46). Dia digigit di bagian tangannya saat sedang menjemur ikan teri di depan rumah.
"Komodo datang ke tempat jemur ikan lure. Karena ada bau ikan, komodo datang," katanya.
Kendati komodo yang masuk Kampung Waerebo itu berhasil diusir, bukan berarti warga tidak takut terhadap serangan komodo. "Warga tetap waspada dengan komodo itu," ujar Basir.
Ia mengatakan komodo paling sering datang ke kampung Waerebo memasuki Oktober seperti saat ini. "Bulan sekarang aktif komodo (datang ke kampung Waerebo)," kata Basir.
Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Manggarai Barat, Hasanuddin mengecam Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) yang tidak membangun pagar pembatas habitat komodo dengan kampung warga di Taman Nasional Komodo.
"Kampung warga yang berbatasan langsung dengan habitat komodo harus dibuat pagar pembatas agar warga setempat terlindungi dari serangan komodo," kata Hasan.
Ia prihatin dengan jatuhnya korban gigitan komodo di Waerebo dan tempat lain di Pulau Rinca dalam waktu sebulan terakhir. Hasan, yang tiga tahun mengenyam pendidikan SD di PUlau Rinca, tahu persis bagaimana rasanya hidup dalam bayang-bayang ketakutan terhadap ancaman serangan komodo.
"Sekarang sudah dua orang menjadi korban gigitan komodo di Pulau Rinca pada bulan Oktober ini. Ini harus menjadi perhatian serius BTNK dan pihak terkait lainnya," kata Hasan.
Ia menegaskan pengelolaan kawasan Taman Nasional Komodo harus mengutamakan keselamatan manusia daripada kadal raksasa tersebut.
"Utamakan keselamatan manusia daripada komodo," kata Hasan.
Baca juga: Penyebab Komodo Serang Warlok |
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol