Di tahun 2024, pariwisata hijau dan berkelanjutan akan makin ngetren dan diminati oleh para investor. Ini harus jadi perhatian seluruh stakeholder pariwisata.
Menparekraf Sandiaga Uno menyebut tren investasi pada 2024 di sektor pariwisata hijau (Green Tourism) makin meningkat. Itu mengindikasikan semakin diminatinya sektor ini oleh para investor.
"Dalam empat tahun terakhir, sektor energi terbarukan (dalam mewujudkan Green Tourism) telah terbukti menarik investasi tertinggi. Trennya menunjukkan hotel dan aktivitas pariwisata menyumbang hampir dua pertiga dari seluruh proyek Penanaman Modal Asing (PMA/FDI) klaster pariwisata, diikuti software dan IT services di peringkat kedua. Itu juga menunjukkan penguatan peran teknologi digital di sektor pariwisata," ungkap Sandiaga dalam acara Indonesia Tourism Outlook di Hotel AOne Jakarta, Selasa (28/11/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menparekraf Sandiaga Uno menambahkan, investasi sektor pariwisata ke depan akan diarahkan pada 3 aspek utama, yaitu investasi pada sumber daya manusia (SDM), investasi melalui teknologi dan inovasi, serta investasi untuk keberlanjutan pembangunan.
Sementara itu, menurut Andry Satrio Nugroho, Kepala Pusat Industri, Perdagangan dan Investasi (INDEF), investasi wisata berkelanjutan yang menjadi tren ke depan adalah energy-efficient transition.
"Tren ke depan, sektor akomodasi didorong untuk menghadirkan penggunaan perangkat yang efisien dalam menghasilkan energi ramah lingkungan, serta meningkatkan efisiensi penggunaan air bersih. Water management serta pengelolaan limbah secara terpadu, menjadi perhatian pelaku industri pariwisata dan perhotelan," kata Andri.
Tren pariwisata lain yang diprediksi bakal ngetren di tahun 2024 adalah hyperlocal and slow travel, dimana para wisatawan ini tidak ingin cepat-cepat menghabiskan waktu liburan mereka.
Waktu yang dihabiskan dalam berwisata jauh lebih lama dan memilih destinasi domestik yang menawarkan konsep alam dan wisata hijau.
Pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism) yang ramah lingkungan juga akan banyak diminati wisatawan. Menurut Vitria Ariani, pengamat pariwisata sekaligus CEO & Founder Berbangsa, contoh konkretnya ada di desa wisata.
"Kalau mau belajar suistanable bisa belajar dari desa wisata. Desa Wisata yang tadinya enggak dilihat, sekarang jadi destinasi yang dilihat banget. Ini terjadi saat pandemi COVID-19," kata Vitria.
AB Sadewa, Corsec Panorama Group menambahkan, dalam prakteknya, pariwisata berkelanjutan atau Sustainable Tourism memang terlihat mudah, tapi perlu komitmen bersama untuk mewujudkannya.
"Sustainability memang gampang diomongin tapi ternyata sulit dikerjakan prakteknya, karena itu perlu komitmen bersama mewujudkan green tourism," pungkas Sadewa.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari AS, Garuda Ngaku Butuh 120 Unit