Damri Mengalah di Sini, Mau Dibayar Pakai Cabai-Ikan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Damri Mengalah di Sini, Mau Dibayar Pakai Cabai-Ikan

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Jumat, 01 Des 2023 06:03 WIB
Dirut DAMRI, Setia N Milatia Moemin
Dirut Damri, Setia N Milatia Moemin (Foto: Ahmad Masaul Khoiri/detikcom)
Jakarta -

Damri tidak hanya melayani pembayaran penumpang dengan cashless, menggunakan uang elektronik atau QRIS, saat ini. Di sini, penumpang bisa membayar dengan cabai sampai ikan.

Layanan Damri dengan pembayaran cabai sampai ikan itu ada di kawasan Papua dan Papua Barat, yakni angkutan perintis. Layanan yang sudah disubsidi itu mesti ditawar lagi karena memang tidak semua penumpang memiliki uang.

"Dari tarif pun kami tidak mengeluh soal ini, karena sudah kami jalani 77 tahun, adalah kadang-kadang kami kasih Rp 5-10 ribu. Kadang mereka nggak bisa bayar juga, dan dibayar pakai cabai sampai jagung, pakai ikan," kata Dirut Damri, Setia N Milatia Moemin, dalam diskusi Institut Studi Transportasi (INSTRAN) di Jakarta, Kamis (30/11/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tapi ya kami terima. Bagaimana lagi mereka nggak punya uang kok. Gitu kan. Jadi di luar kami mendapat subsidi PSO biaya operasi kendaraan (BOK) 70%, tapi yang 30% ini kadang-kadang memang nggak akan pernah sampai," dia menambahkan.

Milatia menyebut bahwa daya beli masyarakat di sana juga masih terbilang kurang. Karena, mereka merasa cabai sebanyak itu dihargai Rp 50 ribu maka sudah bisa membeli jasa Damri dan merasa sudah membayar lebih.

ADVERTISEMENT
Dirut DAMRI, Setia N Milatia MoeminDirut Damri, Setia N Milatia Moemin menerangkan bus membelah sungai meluap (Foto: Ahmad Masaul Khoiri/detikcom)

Perjuangan Damri di Pulau Papua memang sangat menantang. Diperlihatkan di sebuah video bahwa jalanan dipenuhi air seperti rawa-rawa harus dilewati. Dan, ada pula momen bus melewati sungai yang meluap ditambah dengan meningginya air rob.

"Di Papua di daerah laut kami tetap akan beroperasi karena mama-mama di sana tidak akan bisa menjual cabai. Kami harus memodifikasi bus-bus kami yang bisa menerjang sungai dan laut yang pasang," kata Milatia.

"Kami membuatnya seperti amfibi. Ini banyak sekali di daerah Papua bagian selatan," dia menambahkan.

Dari 330 rute, kata Milatia, 100 sekian itu adanya di Papua. Selain memodifikasi, Damri juga harus membangun jembatan-jembatan kayu dan tantangan tersendiri itu tidak termasuk di BOK.

Di sisi lain, daerah Papua memang banyak yang belum tersambung. Di sana nurani terketuk, karena jika Damri berhenti beroperasi maka sekolah akan tutup dan guru-gurunya juga tidak masuk.

"Ini tantangan sendiri, kadang as roda kami patah karena bus yang diberikan kepada kami memang bukan yang seperti di tambang, bus yang roda double. Tapi busnya itu yang biasa. Kami harus melakukan modifikasi lebih dari 70%," ujar dia.

"Tapi terus terang kita bangga bisa melayani perintis. Karena kita nggak beroperasi maka daerah itu terisolir, contoh di Kabupaten Maybrat, Papua Barat Daya," kata dia lagi.




(msl/fem)

Hide Ads