Negara tetangga Indonesia, Singapura, tengah menghadapi dua masalah kesehatan, kutu busuk dan Covid-19. Indonesia pun pasang kuda-kuda.
The Straits Times melaporkan lima perusahaan pengendalian hama mengatakan permintaan layanan bersih-bersih kutu busuk melonjak hingga 30-50 persen pada November. Pelanggan berasal dari warga yang panik setelah bepergian dari luar negeri.
Salah satu perusahaan mengatakan seorang pelanggan bersedia membayar SGD 20 ribu atau sekitar Rp 232,8 juta untuk memberantas kutu busuk di tempat tinggalnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ian Wong, direktur Eminent Pest, mengatakan perusahaannya telah menangani 45 kasus pada bulan November, meningkat sekitar 40 hingga 50 persen dari biasanya.
"Sebagian besar panggilan datang dari mereka yang baru kembali dari perjalanan, yang pernah melihat kutu busuk atau telurnya, atau hanya ingin mengambil tindakan pencegahan," kata Wong.
Wabah kutu busuk sebelumnya sudah menjadi masalah di beberapa negara seperti Prancis. Namun pelonggaran pembatasan perjalanan setelah pandemi COVID-19 telah mempermudah penyebaran kutu busuk ke seluruh dunia.
"Sebagai negara transit global, risiko wisatawan Singapura kembali membawa kutu busuk adalah kenyataan yang kita miliki. yang harus diwaspadai, dengan kemungkinan kutu busuk menyebar ke lingkungan rumah atau transportasi umum," kata Nicole Zycinski-Singh, direktur pelaksana perusahaan pengendalian hama Killem Pest Singapura.
Belum juga usai masalah kutu busuk, Singapura, yang pernah mendapatkan predikat negara terbersih di dunia pada 2021, juga harus menghadapi kenaikan kasus COVID-19, disebut-sebut imbas merebaknya varian Eris EG.5. Praktisi kesehatan menyoroti peningkatan penyakit infeksi saluran pernapasan akut memang biasa terjadi menjelang akhir tahun, termasuk penyakit COVID-19, influenza, dan flu biasa.
Melihat situasi itu, dokter mendesak masyarakat untuk melakukan vaksinasi COVID-19 dana senantiasa menggunakan masker. Sebab sebagaimana dilaporkan oleh banyak rumah sakit, kini jumlah pasien dengan penyakit infeksi saluran meningkat.
Mengacu pada data dari Kementerian Kesehatan Singapura (MOH), kini tercatat rata-rata kasus infeksi pernapasan mencapai 2.970 kasus per hari yang terlihat di 25 poliklinik di Singapura.
Angka itu jauh lebih rendah dibandingkan kisaran jumlah kasus mencapai 3.000 hingga 3.500 per hari pada tahun-tahun sebelum pandemi. Namun diyakini, kondisi itu terjadi imbas rendahnya tingkat infeksi selama hampir tiga tahun terakhir, efek tindakan pencegahan COVID-19. Pada awal Desember 2020 dan 2021, poliklinik mencatat kurang dari 1.000 kasus infeksi pernapasan per hari.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menyarankan langkah antisipasi menjelang musim libur Natal dan tahun baru. Dia mengimbau agar traveler tidak ke luar negeri.
"Kutu busuk, satu lagi alasan untuk kita tidak pergi ke mana-mana, cukup di Indonesia saja," kata Sandiaga dalan konferensi pers.
"Singapura yang terkenal persepsinya bersih saja ternyata terserang kutu busuk, hal ini tentu cukup berbahaya. Mari kita jaga-jaga agar tidak masuk ke Indonesia. Kita berwisata di Indonesia aja," dia menambahkan.
Pengelola bandara, Angkasa Pura (AP) 1 dan 2 juga siaga. Kendati belum ada surat keputusan resmi tentang pencegahan dua masalah Singapura itu, Ap 1 dan 2 mengimbau karyawan dan penumpang menjaga kebersihan dan memakai masker.
"Secara khusus belum ada instruksi langsung, kami mengimbau penumpang menggunakan masker karena saat ini COVID-19, pneumonia, dan kutu busuk berkembang di Singapura. Kami juga kerja sama dengan KKP, bersama-sama dengan stakeholder terkait, dan pelabuhan untuk mengantisipasi gangguan kesehatan. Jika diperlukan kami akan aktifkan lagi deteksi thermal," kata Deni, corporate secretary PT Angkasa Pura II, dalam konferensi pers di Jakarta kemarin.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!