Carbon Capture Storage (CCS) Disebut-sebut Gibran, Apa sih Itu?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Carbon Capture Storage (CCS) Disebut-sebut Gibran, Apa sih Itu?

Femi Diah - detikTravel
Sabtu, 23 Des 2023 23:07 WIB
Gibran Sentil Cak Imin dan Mahfud MD soal IKN
Gibran Rakabuming Raka (Andhika Prasetia/detikcom)
Jakarta -

Carbon Capture and Storage (CCS) disebut dalam debat cawapres pilpres 2024 oleh cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka. Apa itu CCS dan kenapa Greenpeace menilai CCS kurang efektif dan berbahaya.

"Bagaimana cara membuat regulasi Carbon Capture and Storage," kata Gibran ke Mahfud dalam debat cawapres di Jakarta Convension Center, Jumat (22/12/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mahfud tidak spesifik menjelaskan soal CCS tersebut saat menjawab. Ia hanya menjawab secara umum soal proses penyusunan regulasi.

"Nah itu yang akan kami buat, bagaimana mengatur Undang-undang karbon, bukan hanya itu jadi itu yang akan dilakukan," kata Mahfud.

ADVERTISEMENT

CCS itu apa?

Mengutip situs Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), CCS merupakan salah satu teknologi mitigasi pemanasan global dengan cara mengurangi emisi CO2 ke atmosfer.

Teknologi itu merupakan rangkaian pelaksanaan proses yang terkait satu sama lain, mulai dari pemisahan dan penangkapan CO2 dari sumber emisi gas buang, pengangkutan CO2 tertangkap ke tempat penyimpanan, dan penyimpanan ke tempat yang aman.

Pemisahan dan penangkapan CO2 tersebut dilakukan dengan teknologi absorpsi yang sudah dikenal oleh kalangan industri. Penangkapan CO2 biasa digunakan dalam proses produksi hidrogen baik pada skala laboratorium maupun komersial.

Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan pipa atau tanker seperti pengangkut gas pada umumnya. Sedangkan penyimpanan dilakukan ke dalam lapisan batuan di bawah permukaan bumi yang dapat menjadi perangkap gas hingga tidak lepas ke atmosfer, atau dapat pula diinjeksikan ke dalam laut pada kedalaman tertentu.

Pendapat Greenpeace

Menurut Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia Iqbal Damanik, penerapan teknologi untuk memitigasi pemanasan global mengurangi emisi CO2 ke atmosfer itu tidak efektif, karena mahal dan berbahaya.

"Untuk konteks di Indonesia, daripada mahal dan risiko bahayanya tinggi, akan lebih baik untuk digunakan dalam pemeliharaan hutan di Indonesia," ujar Iqbal kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (23/12/2023).

Iqbal menyebut Indonesia lebih perlu untuk menempatkan prioritas pemeliharaan hutan ketimbang harus menerapkan teknologi CCS yang tidak efektif dan punya potensi bahaya itu.

Iqbal merujuk kepada diskusi para pemimpin internasional saat menggelar Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2023 atau Conference of the Parties (COP) 28 di Dubai, Uni Emirat Arab, awal Desember lalu.

Perbincangan mengenai penerapan teknologi CCS ini tidak kunjung menghasilkan titik temu. Para pemimpin negara di Eropa lebih fokus untuk memperbincangkan proses mitigasi emisi gas berbahaya daripada fokus ke teknologi tak efektif.

"Jangankan Indonesia, negara-negara lain di Eropa misal, memang belum ada yang bisa benar-benar berhasil meng-capture emisi melalui teknologi CCS ini," kata dia.

"Di COP 28 Dubai kemarin, ini sempat diperbincangkan, tapi bahkan sampai di draft terakhir itu tidak berlanjut karena memang dianggap tidak efektif soal teknologi CCS ini. Sehingga, para pemimpin masih berpikir untuk memitigasi emisinya, bukan untuk mengcapture dengan teknologi tersebut," dia menegaskan.

Iqbal menyebut penerapan teknologi CCS di Indonesia memiliki beberapa hambatan yang merugikan seperti teknologi yang mahal, membutuhkan transportasi yang panjang, lalu tingkat keberbahayaannya tinggi.




(fem/fem)

Hide Ads