Museum Pustaka Lontar Dibangun karena Waswas Gen Z Merantau Tinggalkan Kampung

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Museum Pustaka Lontar Dibangun karena Waswas Gen Z Merantau Tinggalkan Kampung

Ni Made Nami Krisnayanti - detikTravel
Selasa, 09 Jan 2024 07:11 WIB
Museum Pustaka Lontar di Karangasem. Bali
Museum Pustaka Lontar Karangsem, Bali dibangun untuk mencegah warga muda meninggalkam kampung. (Ni Made Nami Krisnayanti)
Karangasem -

Museum Pustaka Lontar dibangun dengan alasan unik. Museum itu lahir karena masyarakat khawatir anak muda memilih merantau ketimbang tetap tinggal di kampung.

Museum Pustaka Lontar Dukuh Penaban adalah museum komunitas. Museum ini dibangun oleh warga desa adat/Pakraman Dukuh Penaban. Pembangunan museum mulai dilaksanakan pada bulan Agustus 2017.

Museum Pustaka Lontar berlokasi di Desa Adat Dukuh Penaban, Karangasem, Bali. Dari Kota Denpasar, traveler cukup menempuh waktu sekitar 1 jam 50 menit untuk dapat sampai di Museum Pustaka Lontar.

I Nengah Suarya, bendesa adat Dukuh Penaban, menjelaskan kehadiran Museum Pustaka Lontar berawal dari kekhawatirannya terhadap kondisi desa. Anak-anak muda di Desa Dukuh Penaban mulai berpikir untuk merantau ke luar desa untuk mencari pekerjaan.

"Pendirian museum dilatarbelakangi oleh realita masyarakat desa. Saya melihat masyarakat yang masih SMA sudah berpikir untuk merantau. Saat itu, masyarakat kita sudah tua-tua juga, sedangkan di desa adat ada tradisi yang memang harus kita lakukan setiap tahun," ujarnya.

Melihat realita di masyarakat, I Nengah Suarya mencari alasan di balik keinginan anak-anak muda untuk merantau. Ternyata, persoalan ekonomi yang membuat banyak masyarakat ingin merantau. Desa Adat Dukuh Penaban tidak memiliki banyak lapangan pekerjaan, karena masyarakat dominan menjadi petani penggarap.


"Kami di prajuru adat memiliki kekhawatiran juga, bagaimana jika semua masyarakat keluar merantau sementara ada hal yang harus kita lakukan di desa. Karena persoalan ekonomi yang menyebabkan anak-anak ingin merantau. Sehingga, kami berpikir untuk membuka lapangan kerja," kata I Nengah Suarya.

Seiring dengan perkembangan desa wisata, I Nengah Suarya bersama prajuru adat lainnya berpikir untuk membangun sebuah desa wisata dengan konsep yang unik dan berbeda dari desa wisata lainnya.

Warisan leluhur berupa kebudayaan lontar menjadi keunikan yang dipilih oleh I Nengah Suarya bersama prajuru adat lainnya. "Dahulu leluhur kami dulu senang untuk menyurat lontar, banyak dari warga kami yang memiliki lontar. Sehingga terbesit ide untuk membuat Museum Pustaka Lontar," ujarnya.

I Nengah Suarya berharap kehadiran Museum Pustaka Lontar bisa membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat sekitar. Selain itu, Museum Pustaka Lontar dan desa wisata Dukuh Penaban juga diharapkan bisa menjadi pusat pelestarian dan pusat pembelajaran atau studi bagi masyarakat luas, atas isinya yang ada di dalam lontar itu sendiri.




(fem/fem)

Hide Ads