Daftar harimau mati di Medan Zoo bertambah panjang, dengan total tiga ekor harimau mati dalam waktu dua bulan. Pemerintah Kota Medan belum merespons krisis di kebun binatang legendaris itu.
Harimau ketiga yang mati di Medan Zoo adalah harimau sumatera "Nurhaliza". Harimau betina berumur 9 tahun itu mati pada 31 Desember 2023.
Pada November 2023, Nurhaliza sudah sakit. Dia terindikasi mengalami gangguan pada sistem pernapasan. Sebelum mati, harimau itu tak nafsu makan dan sering sesak napas. Pada medical check up pada 14 November, Nurhaliza menunjukkan adanya gangguan paru, nafas tersengal-sengal dan bersuara, adanya keradangan dalam gambaran darah dan peningkatan BUN yang terkorelasi dengan hasil USG (penebalan dinding pelvis renalis dan dinding vesika urinaria), dan kondisi gigi kurang baik yang ditandai dengan penumpukan karang gigi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Diagnosis hasil medical check up saat itu pneumonia dan renal disease," kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Sumatera Utara Rudianto Saragih Napitupulu.
Dua harimau lain yang lebih dulu mati di Medan Zoo adalah harimau sumatera bernama Erha, 11 tahun. Erha mati pada 6 November 2023.
Erha sakit sejak selama lima haris sebelum mati. Erha tidak mau makan sehingga kondisinya lemas.
Kemudian Avatar, harimau benggala. Avatar mati pada awal Desember.
Selain harimau mati, satwa lain juga tidak terurus dengan baik. Seekor orangutan mengalami obesitas dengan paha terluka dan bernanah cukup dalam.
Rudianto menilai kematian-kematian harimau itu ada kaitannya dengan kondisi kebun binatang yang memprihatinkan. Dalam pemantauan sejak April 2023 didapati fakta pengelolaan satwa belum memenuhi standar Lembaga Konservasi, terutama animal walfare, fasilitas kandang, dan tata kelola lingkungan.
"Hal terlihat dari kandang satwa buas yang kurang baik, seperti kandang yang sudah mulai rusak dan lembab. Itu mengakibatkan penurunan kesehatan satwa," kata Rudianto.
Evaluasi itu telah disampaikan kepada Medan Zoo. Tetapi, Medan Zoo angkat tangan, tidak mampu menyelesaikan masalah tersebut.
BKSDA Sumut kemudian memberikan bantuan berupa melakukan pengecekan rutin kesehatan satwa bersama tim medis, membantu pakan satwa, dan menerjunkan tiga tenaga perawat satwa (keeper), dan bantuan obat-obatan dari Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI).
Bukan hanya BKSDA Sumut yang menilai Medan Zoo tidak layak untuk konservasi satwa. Pengunjung-pengunjung Medan Zoo juga mengungkapkan rasa iba untuk satwa di sana. Di saat bersamaan mereka kecewa karena kandang-kandang rusak dan kotor, jorok, dan tidak terawat, serta koleksi satwa semakin sedikit.
Rudianto meminta Pemerintah Kota Medan (Pemkot Medan) bergerak cepat untuk menyelamatkan satwa di sana dan harus menjadi prioritas. Salah satu caranya menyediakan lingkungan yang kondusif untuk pemulihan satwa.
"Kami meminta Direksi Perusahaan Daerah Pembangunan Kota Medan sebagai pengelolaa Medan Zoo untuk tetap melakukan langkah penyehatan satwa dan memperbaiki kondisi lingkungan Medan Zoo sehingga layak untuk dikunjungi," kata dia.
Permintaan serupa juga disampaikan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno. Berkaca kepada Taman Margasatwa Ragunan di Jakarta, Sandiaga yakin jika dikelola dengan benar Medan Zoo bisa membiayai operasional melalui tiket pengunjung. Tetapi, dengan situasi saat ini, Medan Zoo membutuhkan dana segar secepatnya dan investor adalah jawabannya.
"Pemerintah siap memfasilitasi karena banyak sekali investor yang ingin berinvestasi karena konsep green tourism, pariwisata hijau. Saya sudah ada tiga atau lima investor yang tertarik. Silakan teman-teman dari Medan jika membutuhkan bantuan kami akan dengan senang hati memfasilitasi," kata Sandiaga.
Masalah Akut Medan Zoo Lainnya
Medan Zoo atau yang juga dikenal dengan Kebun Binatang Simalingkar berada di Desa Simalingkar, Medan Tuntungan, Kota Medan. Jaraknya sekitar 30 menit dari pusat Kota Medan.
Kebun binatang itu merupakan salah satu kebun binatang tertua di Indonesia, sudah ada sejak 1952. Medan Zoo memiliki luas 30 hektare, namun baru difungsikan seluas 10 hektare dan mempunyai beragam satwa. Medan Zoo dikelola langsung oleh Pemkot Medan. Untuk memenuhi kebutuhan pakan satwa, gaji pegawai dan operasional lainnya, Medan Zoo mengandalkan hasil penjualan tiket, Rp 15 ribu per orang pada Senin-Jumat dan Rp 20 ribu pada akhir pekan.
Dulu, Medan Zoo merupakan objek wisata primadona warga lokal. Tetapi, seiring munculnya destinasi wisata lain, popularitas Medan Zoo meredup. Penjualan tiket masuk pun tidak memenuhi kebutuhan operasional.
Ya, bukan hanya satwa yang tidak terawat. Rentetan kematian harimau itu menguak fakta lain Medan Zoo. Manajer Medan Zoo, Pernius Harefa mengatakan Medan Zoo memiliki utang kepada vendor sejak Agustus hingga November 2023.
"Karena nggak sanggup bayar pengadaan pakan satwa," kata Pernius Harefa, manajer Medan Zoo, saat dihubungi detikSumut, Selasa (9/1).
Selain itu, gaji pegawai Medan Zoo juga sudah tidak dibayarkan dalam beberapa bulan terakhir. Pegawai tidak digaji mulai Agustus 2023 hingga saat ini.
"Mulai Agustus hingga saat ini (gaji pegawai tidak dibayarkan)," kata dia.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol