Lakshadweep Mau Lawan Maldives, tapi Kekurangannya Cuma Satu

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Lakshadweep Mau Lawan Maldives, tapi Kekurangannya Cuma Satu

bonauli - detikTravel
Jumat, 19 Jan 2024 18:05 WIB
PM India, Narendra Modi bersantai di Lakshadweep
PM Modi di Lakshadweep (Narendra Modi/Twitter)
Jakarta -

Kunjungan Perdana Menteri Narendra Modi ke Lakshadweep bagai dua sisi mata uang. Sekarang India musuhan dengan Maldives, tapi citra Lakshadweep jadi meningkat.

Dilansir dari BBC pada Jumat (19/1), pemboikotan atas Maldives dilakukan dengan sungguh-sungguh oleh warga India. Pencarian liburan ke Lakshadweep meningkat hingga 3.400%.

Namun ketenaran ini membawa sedikit keresahan bagi Lakshadweep. Kepulauan Lakshadweep memiliki 36 pulau, namun hanya 10 yang berpenghuni. Pulau-pulau itu tersebar di wilayah seluas 32 km persegi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para ahli mengatakan Lakshadweep tidak dapat dikembangkan menjadi tujuan wisata besar seperti Maldives karena ukurannya yang kecil. Meski perairannya biru dan memiliki terumbu karang yang indah, ekologinya juga rapuh.

Penduduk setempat mengatakan bahwa yang mereka butuhkan adalah pariwisata yang bertanggung jawab. Apalagi Maldives punya banyak pulau-pulau yang membantu penyebaran turis.

ADVERTISEMENT

"Transportasi, akomodasi dan infrastruktur berbasis darat merupakan hambatan besar untuk mengembangkan pulau-pulau tersebut," kata PP Mohammed Faizal dari Partai Kongres Nasionalis.

Sebaliknya, Maldives memiliki ratusan pilihan bagi wisatawan untuk menginap, termasuk resor, hotel, dan wisma.

"Apa yang dimiliki Maldives, Lakshadweep dapat menawarkan pantai, aktivitas bawah air, dan olahraga air. Namun dari segi infrastruktur, kami masih memiliki jarak tempuh yang jauh," kata Faizal.

Ia menambahkan bahwa agar pembangunan dapat terlaksana, perbedaan antara pemerintah dan penduduk pulau perlu diselesaikan.

Sementara itu, para ahli mengatakan pembangunan apa pun di Lakshadweep perlu menyeimbangkan kekhawatiran akan penghidupan dan perubahan iklim.

"Stabilitas jangka panjang kepulauan Lakshadweep bergantung pada integritas ekologi terumbu karang, laguna, dan pantainya," kata Rohan Arthur, ahli biologi kelautan dan ekologi terumbu karang yang telah meneliti pulau-pulau tersebut sejak tahun 1996.

Selama beberapa dekade terakhir, Lakshadweep telah mengalami serangkaian gelombang panas yang dahsyat, terkait dengan fenomena pemanasan permukaan laut, El Nino Southern Oscillation (ENSO). Ini berdampak pada kesehatan masyarakat dan terumbu karang.

Perkiraan Arthur, ENSI yang lebih besar akan terjadi di tahun ini. Ia takut membayangkan dampaknya terhadap terumbu karang.

Alih-alih pariwisata mewah yang meninggalkan jejak karbon sangat tinggi, negara kepulauan ini membutuhkan model yang mengutamakan ekologi rapuh dan kebutuhan masyarakatnya, demikian pendapat para ahli dan penduduk setempat.

"Mungkin bisa dibayangkan sebuah pariwisata yang mendukung dan menghormati perekonomian lokal dengan wisatawan yang bisa berpartisipasi dalam kehidupan desa," katanya.




(bnl/wsw)

Hide Ads