Bisa-bisanya Pengelolaan Hewan di Medan Zoo Kacau dan Diabaikan Begitu Lama

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Bisa-bisanya Pengelolaan Hewan di Medan Zoo Kacau dan Diabaikan Begitu Lama

Weka Kanaka - detikTravel
Senin, 22 Jan 2024 12:07 WIB
Seekor harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) yang sakit parah berada di dalam kandang yang terbengkalai di Medan Zoo, Medan, Sumatera Utara, Senin (15/1/2024). Kebun binatang dengan luas 30 hektare tersebut kini kondisinya terbengkalai dan tidak terawat. 
ANTARA FOTO/Yudi/nz
Foto kandang hewan di Medan Zoo. (Yudi/Antara Foto)
Jakarta -

Pengelolaan satwa di Medan Zoo disorot. Sebab, kekacauan itu bukan dalam waktu yang singkat.

Kematian tiga harimau, yang terdiri dari dua harimau sumatera dan satu harimau benggala menjadi insiden cukup kompleks di Medan Zoo. Itu terkait masalah finansial, kegagalan pengelolaan manajemen hewan, hingga tidak adanya pengawasan dan pemerintah kota yang abai.

Padahal, Medan Zoo pernah memiliki prestasi sip. Medan Zoo berhasil mengembangbiakkan harimau sumatera dan menjadi percontohan lembaga konservasi satwa lain. bahkan, bikin pengelola kebun binatang lain iri karena satwa begitu terawat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebetulnya, kebun binatang Medan itu sudah pernah berhasil mengembangbiakkan Harimau Sumatera, kita harus terus terang menyampaikan itu," terang Sekjen Perhimpunan Kebun Binatang se-Indonesia (PKBSI), Tony Sumampau, kepada detikTravel, Sabtu (20/1/2024).

"Kadang-kadang kita iri nih, Kebun Binatang Medan (Medan Zoo) harimaunya bagus-bagus gitu ya. Kira-kira 7-8 tahun lalulah. Sehingga, kita bisa lihat harimau yang ada di Central Park di Medan itu berasal dari anakan kebun binatang Medan dan banyak lagi yang tersebar," Tony, yang juga merupakan pendiri Taman Safari Indonesia, itu melanjutkan.

ADVERTISEMENT

Namun, seiring berjalannya waktu, kualitas Medan Zoo justru kian merosot. Salah satu yang disoroti ialah manajemen pengelolaan hewan. Misalnya, kandang. Kandang-kandang satwa buas di Medan Zoo, misalnya harimau, disebut tak memenuhi standar.

"Kandangnya kecil tapi lembab, pengap, banyak air yang sulit dikeringkan. Dan kalau standarnya sih harimau 5x5 buat ruangan sehingga mereka bisa bebas dan tempat tidurnya harus ada platform gitu kan tidur di atas tidak tidur di lantai, platform dari kayu. Memang hal ini belum juga tuntas sampai kami kunjungi pada saat harimaunya mati satu, Desember kami ke sana juga melihat," ujarnya.

Selain itu, penempatan kandang disebut juga jadi aspek bermasalah dan berpotensi membuat satwa lain stres. Tony mencontohkan kandang macan yang dibuat berdekatan dengan kandang satwa lainnya. Ini disebut bisa membuat tetangga satwa yang bermukim di sisi harimau bisa merasa terancam.

"Penempatan juga, nah di sana ada kandang beruang sama kandang harimau sebelah-sebelahan saja. Ngaungnya saja kan bikin beruang kaget, setiap hari dia mikirin kapan saya akan diterkam harimau. Jadi hal-hal seperti itu harus dipikirkan," tuturnya.

Bahkan, Tony pun menyarankan untuk Medan Zoo dilakukan revitalisasi agar menerapkan konsep kebun binatang modern, dengan tanpa kandang dan suasana seperti di alam.

Aspek lainnya yang dinilai kurang diperhatikan adalah terkait kesejahteraan hewan itu sendiri. Baik kebutuhan makan, hingga kebutuhan hewani mereka. Seperti yang sudah diketahui, banyak hewan di sana kurus dan beberapa mengalami penyakit. Selain itu, kesejahteraan terkait pasangan pun dirasa kurang diperhatikan.

"Banyak lho di kebun binatang Medan itu satwanya yang single ya, nggak ada temannya, nggak ada pasangannya. Maka itu kan harus segera diisi kalau nggak kan secara mental nanti mereka tertekan gitu ya," kata dia.

Tony juga menjelaskan aspek yang paling penting di kebun binatang namun kurang diperhatikan adalah soal Animal Collection Plan atau rencana koleksi hewan. Itu membuat prestasi Medan Zoo yang awalnya memiliki cukup banyak harimau mesti mengalami krisis hewan. Selain itu, aspek ini juga penting untuk mengukur kesanggupan kebun binatang untuk memperhitungkan biaya operasional dalam merawat satwa.

"Tidak memikirkan persiapan dalam hal kalau dalam bahasa kebun binatang itu Animal Collection Plan, perencanaan apa saja satwa-satwa yang diinginkan. Lalu harus perlu diperhatikan itu, misalnya kita merencanakan punya harimau, nah anak ini sudah berusia 5-6 tahun itu harus dikawinkan harus punya anakan, untuk generasi berikutnya. Sehingga jangan dikirim ke tempat lain dulu sebelum memenuhi strategi jangka panjang ya," kata dia.

"Itu kan perencanaan. Jadi animal collection plan itu harus disusun, tapi kalau bilang wah ini keramaian, ini kebanyakan, terus dikirim aja anakannya, suatu saat sudah lanjut usia harimaunya, mati sendiri," dia menegaskan.




(wkn/fem)

Hide Ads