Korea Utara memiliki monumen tanda rekonsiliasi dengan Korea Selatan yang berdiri selama 20 tahun. Sayangnya, monumen ini sudah dihancurkan karena alasan aneh.
NK News melaporkan, monumen berbentuk lengkungan besar tersebut telah hancur setelah Kim Jong Un memerintahkan untuk menghancurkannya.
Melansir Fox News, Rabu (24/1/2024), monumen yang terbuat dari beton itu dikenal sebagai 'Arch of Reunification'. Monumen itu diresmikan pada tahun 2001 untuk memperingati proposal reunifikasi Korea yang diajukan oleh mantan pemimpin diktator Kim Il-sung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Monumen itu punya tinggi 100 meter dan lebar 300 meter. Menjulang tinggi di atas Jalan raya Reunifikasi yang mengarah dari Pyongyang menuju Zona Demiliterisasi Korea (DMZ). Monumen itu memiliki bentuk dua wanita Korea dengan pakaian tradisional yang melambangkan Korea Utara dan Korea Selatan.
Namun, citra satelit Pyongyang pada Selasa (23/1/2024), menunjukkan bahwa monumen itu telah dihancurkan. Kendati demikian, tak jelas kapan atau bagaimana monumen itu dirobohkan. Terakhir kali dilihat monumen itu masih ada dalam sebuah gambar yang diambil pada 19 Januari.
Monumen ini juga dikenal sebagai Monumen Piagam Tiga Poin untuk Reunifikasi Nasional. Itu karena piagam tersebut memuat tiga hal yakni Kemandirian, perdamaian, dan kerjasama nasional.
Kim Jong Un menyebut monumen tersebut merusak pemandangan. Itu ia sampaikan dalam pidatonya di Majelis Rakyat Tertinggi pada Senin (15/1/2024). Ia juga dikabarkan meminta konstitusi diubah dengan mengatakan bahwa Korea Selatan adalah musuh utama dan musuh utama yang tidak dapat diubah.
"Menghapus sepenuhnya ... untuk sepenuhnya menghilangkan konsep-konsep seperti 'penyatuan kembali', 'rekonsiliasi', dan 'saudara sebangsa' dari sejarah nasional Republik kita," ujar Kim, lapor NK News.
Kim juga meminta pihak berwenang untuk memblokir semua jalur komunikasi utara-selatan di sepanjang perbatasan, termasuk secara fisik dan memutus jalur kereta api hingga ke tingkat yang tidak dapat diperbaiki lagi.
Langkah ini tentunya menunjukkan memburuknya hubungan diplomatik antara kedua negara tersebut.
Ketegangan telah meningkat di semenanjung Korea menyusul manuver militer Korea Selatan yang semakin intensif dengan AS. Itu disebut untuk menanggapi uji coba senjata dan statement siap perang nuklir yang dikeluarkan oleh Korea Utara.
Bahkan, Korea Utara juga bersumpah akan memusnahkan Korea Selatan jika diserang oleh Korea Selatan dan pasukan AS. Selain itu, pada akhir tahun lalu, Korea Utara menyatakan bahwa perjanjian penting yang ditandatangani dengan Korea Selatan pada tahun 2018 yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan militer sudah tidak berlaku lagi.
(wkn/wsw)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol