Lansia telah dilarang terbang di maskapai Qantas selama tujuh tahun setelah dituduh melakukan pelecehan ke penumpang wanita di sisinya.
Melansir Stuff.co.nz, Senin (29/1/2024), penumpang pria berusia 64 tahun yang tak disebutkan namanya karena alasan hukum dituduh melakukan pelecehan ke penumpang lainnya. Itu terjadi dalam penerbangan Qantas dari London ke Singapura pada (3/11/2023).
Kejadian itu membuat kepolisian Singapura langsung menyelidiki penumpang lansia tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alhasil, lansia itu dilarang terbang dengan maskapai mana pun di grup Qantas, grup Jetstar, atau penerbangan code-share termasuk yang dioperasikan oleh Emirates. Hukuman lainnya juga meliputi larangan membeli penerbangan apapun dengan tiket yang diterbitkan Qantas, memasuki ruang tunggu Qantas baik sebagai penumpang atau tamu penumpang lain hingga November 2030.
Di sisi lain, lansia tersebut menepis isu yang menimpa dirinya dan mengajukan penangguhan. Ia berujar bahwa dia tidak pernah diperingatkan melanggar ruang pribadi penumpang wanita di sisinya, hingga wanita tersebut menghilang dari kursi di sampingnya. Penumpang lansia tersebut bertanya kepada pramugari dan langsung mendapat teguran.
"'Anda melanggar batas ruang gerak wanita tersebut dan apa yang Anda lakukan itu salah!'," tutur penumpang lansia.
Dalam surat keterangan tersebut, ia mengaku dia dan penumpang wanita lainnya mengobrol sejak lepas landas. Obrolan mengalir dari referendum hingga film yang diputar di pesawat. Ia duduk di dekat jendela, sementara wanita di sisinya duduk di tengah bersama suaminya yang duduk di kursi yang sama di barisan belakang.
Ia mengaku tertidur sekitar satu jam dan penumpang di sisinya sudah tidak ada ketika ia terbangun.
Beberapa saat kemudian, wanita yang duduk di kursi lorong juga diantar ke bagian depan pesawat, dan tempat duduk mereka ditempati oleh dua pramugari yang mengantarnya turun dari pesawat di Singapura, katanya.
"Tidak ada informasi yang diberikan kepada saya sama sekali," katanya kepada Sydney Morning Herald.
"Saya menangis selama beberapa hari pertama. Saya bahkan masih menyendiri," akuinya.
Pada kejadian itu, Polisi Singapura langsung mewawancarainya di Bandara Changi dan menyita paspornya. Pada saat itu Qantas juga mengeluarkan pemberitahuan larangan terbang.
Lima hari kemudian, polis memberitahu bahwa investigasi terhadap pelanggaran kesopanan telah selesai. Lansia tersebut mendapatkan peringatan dan surat untuk meninggalkan Singapura.
Selepas ia kembali ke Australia, dia mengajukan banding ke Qantas agar larangan terbang dibatalkan.
"Qantas mempermalukan, mempermalukan, mengucilkan, dan tidak menghormati saya tanpa alasan," tulisnya.
"Staf Qantas memutuskan untuk mempercayai satu cerita tanpa melakukan uji tuntas yang seharusnya dilakukan dengan meminta versi saya tentang kejadian tersebut," sambungnya.
Namun, Qantas menolak banding pria itu pada Kamis (25/1/2024). Maskapai itu menguraikan lebih lanjut tuduhan kepada penumpang lansia tersebut. Bahwa, pria itu mencondongkan tubuh dan meletakkan tangannya di antara lengan dan payudara wanita di sisinya saat lepas landas dan menyentuh paha bagian dalamnya.
Setelah wanita tersebut pindah ke kursi lain, dia bergeser ke kursi tengah dan melakukan percakapan ke penumpang di kursi dekat lorong. Ia juga memesankan minuman untuk wanita tersebut, kendati wanita menolaknya.
Namun, Pria tersebut menyangkal telah berpindah tempat duduk. Dia mengatakan bahwa dia hanya menyentuh kaki penumpang pertama untuk menarik perhatiannya.
"Keselamatan pelanggan dan kru kami adalah prioritas utama kami dan kami tidak menoleransi segala jenis perilaku yang tidak pantas atau kasar," tulis Qantas dalam sebuah pernyataan.
(wkn/wsw)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!