Sebuah pesawat satu-mesin turboprop (Pilatus PC-12) telah kehilangan sayap kirinya. Ia mendarat darurat dengan sangat keras di Prancis.
Menyitir Airlive, Minggu (18/2/2024), sebuah pesawat dari Charleroi mengalami kecelakaan di Bandara Courchevel, Prancis. Pesawat Pilatus PC-12 gagal mendarat pada Sabtu pagi.
Sayap kiri pesawat tersebut robek, namun untungnya pesawat tersebut tidak terbakar. Pilot dan co-pilot yang mengalami luka ringan dirawat oleh petugas pemadam kebakaran dan dibawa ke kantor medis bandara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bandara Courchevel Prancis (LFLJ) saat ini tidak dapat digunakan karena tumpahan ATF. Kejadian tersebut dapat kita lihat di webcam altiport.
Tentang Bandara Courchevel
Melansir Simple Flying, Bandara Courchevel (CVF) di Pegunungan Alpen Prancis adalah salah satu bandara paling berbahaya di dunia. Bandara ini melayani Courchevel, resor ski yang populer dan mewah di Pegunungan Alpen Prancis.
Bandara ini dikelilingi oleh daerah pegunungan, yang menambah kerumitan dalam melakukan pendaratan. Bandara ini memiliki landasan pacu yang pendek tanpa prosedur go-around, sehingga membatasi kemampuan pilot untuk melakukan pendekatan dengan benar pada saat pertama kali.
Bandara ini sering kali menghadapi kondisi cuaca yang buruk selama musim gugur dan musim dingin, termasuk kabut dan awan rendah.
Bandara ini dibuka untuk umum pada tahun 1962. Terletak 90 mil (140 km) di sebelah timur Lyon, Prancis, bandara ini melayani resor ski yang populer (Chalet Le Moulin) di Courchevel.
Terletak hanya beberapa menit dari chalet mewah dan hotel bintang lima di sekitarnya, di mana para pemain ski menikmati lereng ski yang indah selama musim dingin. Biasanya para pemain ski yang berkunjung berbaris di dekat lereng untuk melihat pesawat yang mendekat dan muncul dari awan.
Berada di ketinggian 6.588 kaki (2.008 m) di atas permukaan laut, bandara ini memiliki landasan pacu yang sangat pendek yaitu 1.762 kaki (537 m), sehingga hanya dapat digunakan untuk pesawat kecil dan helikopter. Bandara ini merupakan landasan pacu terpendek di dunia dan landasan pacu dengan landasan pacu tertinggi di Eropa.
Landasan pacu ini tidak memiliki sistem pencahayaan atau sistem pendaratan instrumen, sehingga tidak memungkinkan untuk mendarat dalam kondisi jarak pandang yang buruk. Pesawat komuter bersayap tetap seperti Cessna 208 Caravan dapat dioperasikan di CVF. Bandara ini dikelilingi oleh pegunungan, sehingga tidak memungkinkan adanya prosedur putar balik.
(msl/ddn)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan