Lebih 1.000 orang mengantri di depan Kedutaan Thailand di Yangon, Myanmar pada Jumat lalu. Para muda-mudi Myanmar berusaha meninggalkan negaranya pasca pengumuman wajib militer.
Diberitakan AFP, Selasa (20/2/2024) beberapa waktu yang lalu, militer Myanmar mengatakan akan menegakkan 'Undang-undang Dinas Militer Rakyat' yang mengizinkan mereka memanggil semua pria berusia 18-35 tahun dan perempuan berusia 18-27 tahun untuk bertugas di militer, setidaknya selama dua tahun.
Junta Myanmar menghadapi perlawanan bersenjata yang meluas terhadap setelah merebut kekuasaan dari pemerintahan sipil terpilih. Dan baru-baru ini mengalami serangkaian kekalahan besar dari aliansi bersenjata kelompok etnis minoritas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah pengumuman tersebut, Kedutaan Besar Thailand di Yangon telah dibanjiri oleh pemuda dan pemudi yang mencari visa untuk keluar dari Myanmar. Pada hari Jumat (16/2). Kedutaan mengatakan pihaknya mengeluarkan 400 tiket bernomor setiap hari untuk mengatur antrian.
Baca juga: 79 Negara Bebas Visa untuk Paspor Indonesia |
Warga rela mengantri sejak tengah malam
Seorang pemuda bernama Aung Phyo (20) rela mengantri semenjak Kamis malam di depan Kedutaan Thailand.
"Kami harus menunggu selama tiga jam dan polisi membuka gerbang keamanan sekitar jam 3 pagi dan kami harus berlari ke depan kedutaan untuk mencoba mendapatkan tempat untuk mendapatkan token," kata Aung Phyo, sebuah nama samaran demi keamanan pemuda ini.
Dia ingin kabur ke Bangkok, dengan harapan visa tinggal di sana beberapa waktu.
"Saya akan pergi ke Bangkok dengan visa turis dan berharap bisa tinggal di sana untuk sementara waktu. Saya belum memutuskan untuk bekerja atau belajar. Saya hanya ingin melarikan diri dari negara ini," kata Aung Phyo.
Baca juga: 'Bali Adalah Korban Kesuksesannya Sendiri' |
Semua hotel di sekitar kedutaan juga penuh dipesan oleh orang-orang yang ingin mendapatkan visa ke Thailand.
"Ketika gerbang keamanan dibuka, kami berlari seperti lari maraton. Yang terpikir oleh saya hanyalah mendapatkan tempat di depan kedutaan dan berlari secepat yang saya bisa," kata Kaung Kaung, pemuda berusia 20 tahun.
Kondisi di Myanmar
Kondisi di Myanmar masih terus membara karena perang saudara. Terbaru, pasukan milisi mulai berhasil merebut beberapa fasilitas militer yang dikuasai rezim junta, mendorong beberapa pasukan dan personil untuk menyerah.
Dikutip dari CNBC Indonesia, Myanmar berada dalam perang saudara sejak junta militer pimpinan Min Aung Hlaing mengkudeta pemerintahan sipil pada Februari 2021. Kudeta, yang terjadi pada bulan Februari 2021 memicu reaksi publik yang besar, dengan demonstrasi besar-besaran yang menolaknya, yang kemudian dibubarkan secara brutal.
Ini kemudian memicu reaksi keras dari beberapa milisi etnis di Negeri Seribu Pagoda. Mereka mulai melancarkan perlawanan terhadap rezim junta yang dianggap tidak demokratis.
Laukkai adalah kota terbesar yang direbut oleh Aliansi Tiga Persaudaraan, yang terdiri dari Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA), Tentara Arakan (AA), dan Tentara Pembebasan Nasional Ta'ang (TNLA).
Aliansi tersebut melancarkan serangan mendadak di sebagian besar wilayah utara Myanmar pada akhir Oktober dan telah merebut beberapa kota dan pusat perdagangan yang menguntungkan di sepanjang perbatasan dengan China.
Keberhasilan aliansi menguasai Laukkai telah menempatkan junta dalam posisi paling rentan sejak mereka merebut kekuasaan. Bulan ini, mereka mengumumkan akan mulai merekrut pria dan wanita muda ke dalam barisan mereka karena "situasi saat ini".
Tidak ada rincian yang diberikan tentang bagaimana mereka yang dipanggil diharapkan untuk bertugas. Namun banyak anak muda yang dinilai apatis terhadap tawaran ini dan memilih kabur ke luar negeri.
(sym/wsw)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!