Resesi seks yang dialami Jepang berdampak pada segala aspek, termasuk upacara turun-temurun yang sudah berlangsung selama ribuan tahun, Festival Sominsai.
Dilansir dari Asahi Shimbun pada Kamis (22/2), Festival Sominsai dilakukan di Kuil Kokusekeki di hari ketujuh Tahun Baru Imlek. Upacara itu dilakukan khusus oleh pria. Para peserta hanya boleh menggunakan cawat (penutup kemaluan). Di beberapa tempat festival ini disebut Hakada Matsuri.
Resesi seks yang melanda Jepang mulai berpengaruh pada atraksi budayanya, termasuk Festival Sominsai. Upacara yang dilakukan di hutan cedar wilayah Iwate Jepang utara berlangsung khidmat.
Uap keringat membumbung saat ratusan pria telanjang berebut jimat kayu yang dilemparkan oleh biksu di kuil.
"Jasso, joyasa (jahat, lenyap)," dikumandangkan berirama oleh anggota ritual.
Daigo Fujinami, seorang biksu yang tinggal di kuil itu mengaku kesulitan menyelenggarakan ritual tersebut. Ia mengaku kekurangan umat berusia muda dan menjadi beban bagi jemaat lansia setempat. Padahal, festival ini diikuti oleh ratusan peserta.
"Sangat sulit untuk menyelenggarakan festival sebesar ini," kata biksu itu.
Festival ini sudah terselenggara turun temurun selama ribuan tahun. Siapa pun yang mendapatkan jimat itu dipercaya beruntung selama setahun ke depan.
"Saya tidak bisa tutup mata dengan kenyataan sulit ini," kata dia.
Toshiaki Kikuchi, seorang penduduk setempat yang pernah mendapatkan jimat itu membantu penyelenggaraan ritual selama bertahun-tahun. Ia berharap upacara itu akan kembali ke masa jaya di masa depan.
"Meski dalam format berbeda, saya harap tradisi ini tetap dipertahankan," ujar dia.
Sebenarnya, festival ini dilakukan di beberapa kuil. Banyak peserta yang ikut merasa sedih di akhir upacara.
"Ini adalah festival besar terakhir yang telah berlangsung selama 1.000 tahun. Saya sangat ingin berpastisipasi dalam festival ini," kata Yasuo Nishimura, seorang warga Osaka.
Karena jumlah pria muda yang mulai berkurang, aturan festival pun mulai ada perubahan. Tahun ini, sekelompok wanita diperbolehkan berkontribusi yang mana biasanya hanya diperuntukkan untuk laki-laki.
Mulai tahun depan, Kuil Kokuseki akan menggantikan festival tersebut dengan upacara dan doa dan cara lain untuk melanjutkan praktik spiritualnya.
"Jepang sedang menghadapi penurunan angka kelahiran, populasi, menua dan kurangnya generasi muda untuk melanjutkan berbagai hal. Mungkin sulit untuk melanjutkan hal yang sama seperti di masa lalu," ujar Nishimura.
Selain festival pria telanjang, berikut 10 berita terpopuler detikTravel lainnya:
(bnl/bnl)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!