Umat Hindu di Bali yang sedang merayakan Galungan dan Kuningan menggelar tradisi ngelawang. Tradisi itu dilakukan untuk menetralkan pengaruh negatif dari rumah ke rumah.
Perayaan hari raya Galungan dan Kuningan di Bali selalu diwarnai dengan berbagai tradisi dan budaya yang sudah dilakukan turun-menurun. Salah satunya adalah tradisi ngelawang. Tradisi itu dilakukan setiap enam bulan sekali di antara hari raya Galungan dan Kuningan.
Terpantau di beberapa jalan di Tabanan, pada hari raya Galungan, Rabu (28/02/2024), seke atau kelompok seni yang beranggotakan anak-anak melakukan tradisi Ngelawang dari rumah ke rumah.
Makna Tradisi Ngelawang
Ngelawang berasal dari kata lawang yang berarti pintu. Oleh karena itu, tradisi ngelawang dilakukan dari rumah ke rumah dalam satu desa atau banjar.
Umumnya, tradisi ini dilakukan dengan menarikan tarian Barong Bangkung (barong berwujud babi betina) sambil diiringi dengan gamelan khas Bali. Dilakukan oleh sekelompok anak-anak hingga remaja, berjumlah delapan hingga 15 orang.
Konon tradisi ngelawang dilakukan dengan tujuan untuk menolak bala atau petaka dan menetralkan pengaruh negatif yang ada di setiap rumah. Tradisi ini juga muncul untuk mengembalikan ketenangan dan kedamaian bumi dengan adanya musibah atau bencana.
Saat menarikan barong, dilakukan oleh dua orang sebagai simbol kemakmuran dan kesejahteraan. Dimana seorang berperan sebagai pengusung kepala barong yang berada di depan. Satu orang lagi berperan sebagai pengusung ekor yang berada di belakang.
Setiap seke ngelawang yang menarikan barong di depan rumah, sang pemilik rumah biasanya memberikan punia atau sedekah kepada para penari atau penabuhnya.
Tradisi Ngelawang hingga kini masih rutin dilakukan di Bali, salah satunya di Tabanan. Tak jarang tradisi ini juga dinikmati oleh wisatawan sebagai pertunjukan seni yang menghibur dan unik.
Simak Video "Video Bubaran Wisata Bedugul saat Libur Kuningan, Kendaraan Berjubel di Badung"
(fem/fem)