Hilangnya hiasan emas di Masjid Al Huda di Raja Petuanan Negeri atau Desa Kaiely, Pulau Buru membuat geger warga. Sebab, emas tersebut dikumpulkan melalui jerih payah warga, hingga nilai emas yang sangat fantastis.
Nilai emas itu mencapai miliaran rupiah. Selain itu, hiasan tersebut merupakan ikon desa tersebut.
Peristiwa itu tidak disangka-sangka. Selain, boleh dibilang, dijaga oleh seluruh warga, hiasan kubah masjid itu tidak mudah digapai tanpa alat bantu.
detikTravel merangkum 4 fakta soal hilangnya kubah Masjid Al Huda Kaiely:
1. Masjid di tengah pemukiman
Dalam Buku Suluh Dalam Akulturasi Masjid Tua Indonesia Timur - Masjid Warisan Budaya di Indonesia Timur, disebutkan bahwa Masjid Al Huda Kaiely berdiri kokoh di atas tanah seluas 437 meter persegi.
Masjid itu merupakan masjid modern dengan arsitekturnya namun juga mengadopsi budaya lama dengan adanya makam dari tokoh adat dan imam masjid di sisinya.
Masjid Al Huda Kaiely merupakan masjid jami, yang lokasinya di tengah-tengah pemukiman warga. Namun, tak ada catatan sejarah yang panjang mengenai masjid tersebut.
2. Emas Hilang Senilai Rp 3 M
Hiasan emas yang hilang di Masjid Al Huda Kaiely seberat 2,6 kilogram dan angkanya fantastis, karena sampai Rp 3 miliar.
Nahasnya, selain merupakan barang berharga di masjid, hiasan tersebut juga berupa lafaz Allah.
3. Emas hasil bumi
Daerah Pulau Buru khususnya di Gunung Botak dikenal sebagai kawasan pertambangan emas. Emas hasil bumi pulau tersebut juga lah yang dijadikan hiasan di kubah masjid yang digasak maling.
"Jadi warga dan penambang menyisakan rezeki berupa biji emas dari hasil menambang di Gunung Botak. Total sumbangan terkumpul saat itu 2,6 kilogram emas murni setara Rp 3 miliar," kata Raja Negeri Petuanan atau Desa Kaiely, Fandi Ashari Wael, kepada detikcom, Rabu (6/3/2024).
4. Niat Awal jadi Ikon Desa
Salah satu niat awal dibuatnya hiasan mewah ini adalah untuk dijadikan ikon desa.
Fandi menjelaskan inisiatif membuat kepala kubah masjid berhias emas bermula di tahun 2014. Saat itu, Gunung Botak yang masuk petuanan Desa Kaiely, Kecamatan Teluk Kaiely, mulai bermunculan emas.
Raja Desa Kaiely sebelumnya M. Fuad Wael, ayah Fandi, kemudian berinisiatif membuat hiasan kepala kubah masjid dari emas Gunung Botak. Hiasan itu juga untuk dijadikan ikon desa.
"Raja (M. Fuad Wael) mengumpulkan perangkat desa dan warga untuk membicarakan hal tersebut. Dalam rapat terbuka ini semua warga menyetujui inisiatif tersebut," kata dia.
Setelah selesai rapat itu, perangkat desa ditugaskan khusus mengumpulkan biji emas yang disumbangkan secara sukarela oleh para penambang dan warga desa.
Setahun kemudian, pada tahun 2015 emas yang terkumpul mencapai 2,6 kilogram.
"Kita lalu mendatangkan para pengrajin dari Sulawesi Selatan untuk membuat kepala kubah masjid berukiran lafaz Allah berbahan emas," jelasnya.
Setelah selesai dikerjakan, lanjut Fandi hiasan emas itu dipasang dengan ritual keagamaan bercampur adat. Hal itu membuat warga sangat sedih.
"Makanya saat dicuri warga Desa Kaiely sangat terpukul dan sedih," kata dia.
Simak Video "Seru-seruan Selesaikan Hukuman Lari-lari Kecil di Tepi Pantai Tanpa Alas Kaki, Maluku"
(wkn/fem)