Kisah Pembantaian Kiai di Balik Pondok Pesantren Terkenal Pangandaran

Aldi Nur Fadilah - detikTravel
Jumat, 15 Mar 2024 23:05 WIB
Foto: Pondok pesantren Al Hamidiyah di Pangandaran (Aldi Nur Fadilah/detikJabar)
Pangandaran -

Berdirinya Pesantren Al Hamidiyah tak lepas dari kisah sejarah kelam di zaman dulu, yaitu pembantaian kiai di Pangandaran. Bagaimana kisahnya?

Pondok Pesantren Al Hamidiyah yang berada di Desa Pangkalan, Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Pangandaran bisa berdiri sampai sekarang tak lepas dari sosok pendirinya.

Sosok pendirinya, yaitu KH Abdul Hamid sampai berdarah-darah untuk mempertahankan ajaran islam dan pesantren dari ideologi pemberontakan Darul Islam atau Tentara Islam Indonesia (DI/TII), PKI dan penjajahan Belanda.

Semuanya bermula saat aksi pembantaian para kiai di lingkungan pesantren Desa Pangkalan, Kecamatan Langkaplancar. Waktu itu, KH Abdul Hamid menjadi sasaran dan ancaman para gerombolan DI/TII.

"Waktu KH Abdul Hamid diboro (dicari) karena dinilai memberontak dan tidak mau diajak gabung oleh para DI/TII. Akibatnya ada pembantaian mengerikan saat itu, karena siapapun yang kelihatan seperti kiai akan dibantai," kata Cucu Pendiri Ponpes Al Hamidiyah, Kiai Ucu Saeful Aziz, belum lama ini.

Menurutnya, kejadian itu sekitar tahun 1949 dan waktu itu kelompok DI/TII terkenal dengan beraninya menebas leher orang.

"Banyak kiai setempat yang meninggal mengenaskan, karena harapan mereka itu KH Abdul Hamid," ucapnya.

Ia mengatakan untuk melawan para gerombolan itu, KH Abdul Hamid menyiapkan strategi untuk misi kemerdekaan.

"Waktu itu juga bertepatan dengan agresi militer Belanda ke II, ingin kembali menjajah, karena itulah lahir laskar para santri yang disebut Hizbullah dan Fisabilillah," katanya.

Kendati demikian, kata Ucu, tidak mengetahui persis sejumlah kiai yang tewas terbunuh oleh DI/TII.

"Penyamaran dan persembunyian KH Abdul Hamid berakhir di Ciamis dan tewas terbunuh bersama tiga santrinya oleh DI/TII," ucapnya.

Ucu mengingat cerita yang disampaikan orang tuanya, jika sosok KH Hamid yang disegani itu merupakan pejuang.

"Dulu dia santri tulen belum pernah ikutan latihan militer, hanya dengan senjata bambu runcing, bom molotov yang dibuat dari cangkang telur bubuk cabe, sajam golok," katanya.

Cucu berkata, menurut orang tuanya suasana saat ada DI/TII cukup mengerikan terkenal kejam, tapi tidak bisa melawan.

"Namun setelah KH Abdul Hamid dapat mengiring para gerombolan hingga Ciamis dan perlawanannya berhasil. Pesantren sejak 1949, sepulangnya kakek langsung kembali dilanjutkan dan sampai saat ini ada ribuan santri yang sudah lulus dari sini," ucapnya.


-------

Artikel ini telah naik di detikJabar.



Simak Video "Video Viral Santri Ponpes Malang Dicambuki Pengasuh"

(wsw/wsw)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork