Di balik moncernya industri wisata kopi luwak di Bali, ada kisah miris musang-musang yang patut jadi perhatian bersama. Seperti apa ceritanya?
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Masyarakat untuk Perlakuan Etis Terhadap Hewan atau People for the Ethical Treatment of Animals (PETA) mengungkap kondisi miris musang di balik industri kopi luwak di Bali.
PETA menerbitkan klip investigasi yang merekam kondisi musang di Bali yang dianiaya dalam industri kopi luwak. Klip investigasi tersebut dirilis PETA dalam rangka memperingati Hari Kopi Nasional yang jatuh pada 11 Maret lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Klip investigasi itu merekam mirisnya kondisi musang di Bali demi kopi luwak yang diminum wisatawan. Musang-musang itu disekap hanya demi industri kopi luwak Bali.
"Ada banyak yang bisa dirayakan di Hari Kopi Nasional, tetapi penyekapan, penderitaan, dan nestapa yang harus dirasakan oleh para luwak ini demi kopi bukan hal yang patut dirayakan," ujar Senior Vice President PETA Jason Baker dalam siaran persnya.
PETA mengungkap turis yang berlibur di Bali diajak untuk mengunjungi perkebunan kopi. Para turis kemudian disajikan cerita mengenai kopi yang dijual dihasilkan oleh hewan liar. Padahal kenyataannya, kopi diambil dari luwak yang dikurung dalam kandang.
Investigasi terakhir PETA terhadap industri kopi luwak pada 2022 menunjukkan kopi luwak dihasilkan dengan cara menangkap luwak liar di habitat alaminya. Luwak itu lalu dikurung dalam kandang sempit menyedihkan dan diberi buah kopi.
Bagi PETA, tindakan semacam itu jauh dari menyehatkan maupun alami. Kopi luwak dibuat dari biji kopi yang terproses parsial dalam pencernaan luwak lalu dipungut dari feses mereka.
Anggota PETA mendokumentasikan kekerasan pada luwak di sebuah peternakan di Bali dan menelusurinya ke perkebunan kopi yang umum didatangi turis. Ada lusinan perkebunan kopi luwak lain yang tersebar di seluruh Pulau Dewata yang melakukan tindakan serupa.
Anggota PETA juga menemukan luwak dalam kandang hampa dengan sisa kerak-kerak feses, kotoran, tanah, dan buah kopi yang membusuk. Mereka terus mondar-mandir mengelilingi kandang dan menderita luka terbuka.
"Seorang representatif bercerita pada penyidik kami bahwa turis akan murka jika mengetahui asal muasal kopi luwak ini. Ketika penyidik kami datang langsung ke perkebunan kopi, pemandu yang mendampingi menyangkal bahwa mereka mempekerjakan luwak yang dikurung meskipun telah dikonfrontasi," jelas Baker.
------
Artikel ini telah naik di detikBali.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda