Ngabuburit sudah selayaknya diisi dengan hal-hal yang bermanfaat, seperti anak-anak di Blora ini yang ngabuburit sambil belajar main gamelan.
Anak-anak di Desa Bangowan, Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora, Jawa Tengah menunggu waktu berbuka puasa dengan cara belajar kesenian memainkan alat musik tradisional gamelan.
Mereka berlatih setiap hari, mulai pukul 15.00 WIB hingga 17.00 WIB selama bulan Ramadan ini. Mereka berlatih dengan semangat seolah-olah tak terpengaruh dengan masifnya penggunaan gawai di kalangan anak sebayanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah seorang anak, Dwi mengaku senang berlatih gamelan bersama rekan-rekannya guna mengisi waktu menunggu buka puasa, atau ngabuburit.
"Banyak teman di sini jadi senang, dan tidak terasa kalau sedang puasa. Latihan di sini lebih menyenangkan ketimbang hanya main handphone," ujarnya Senin (18/3/2024).
Dwi berkata, latihan gamelan merupakan hal baru yang ia pelajari bersama teman-teman sebaya maupun teman di atasnya yang ikut berlatih.
"Baru kali ini ikut tahun sebelumnya memang belum ada, karena desa kami sedang mengembangkan wisata jadi sekaligus ikut nguri-uri budaya Jawa," tuturnya.
Dalam latihan ini, anak-anak dilatih oleh seorang seniman asli Desa Bangowan. Mereka sangat antusias mengikutinya. Meski sebentar, mereka memperhatikan dengan seksama arahan yang diberikan.
![]() |
Hanif Masadini, pengelola Desa Wisata Bangowan dimintai konfirmasi terpisah mengatakan pelatihan gamelan itu untuk menguri-nguri budaya Jawa, khususnya mengenalkan anak-anak era sekarang yang disibukkan dengan gadget. Sehingga budaya yang sudah ada sejak lama tidak tergerus zaman.
"Kondisi itu menggerus kebudayaan Jawa. Oleh karena itu, kami pengurus desa wisata berinisiatif untuk memberikan edukasi dan sekaligus latihan pada anak-anak desa," jelasnya.
Hanif menerangkan, jika anak-anak tidak diajarkan tentang budaya Jawa, maka secara khusus mereka tidak lagi mengenal gamelan.
"Padahal gamelan merupakan kebudayaan leluhur. Melalui gamelan anak-anak juga bisa mengasah kemampuan otak, serta mengembangkan bakat dalam bermusik hingga melatih motorik," ucapnya.
Hanif menjelaskan, dalam latihan ini tidak dipungut biaya, dan anak-anak yang latihan berjenjang usianya mulai yang berusia 10 tahun hingga 17 tahun.
"Jadi latihan ini untuk memberikan kesibukan mereka dalam menunggu buka puasa. Biasanya mereka bermain HP, ini kita kenalkan budaya jawa dan sekaligus untuk mempromosikan desa wisata yang ada di sini," ucapnya.
------
Artikel ini telah naik di detikJateng.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol