All Eyes on Papua: Hutan Paru-Paru Dunia Itu Terancam Punah

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

All Eyes on Papua: Hutan Paru-Paru Dunia Itu Terancam Punah

Muhammad Lugas Pribady - detikTravel
Kamis, 06 Jun 2024 20:05 WIB
Ilustrasi All Eyes on Papua.
Foto: All Eyes on Papua (X/Twitter)
Jakarta -

Tren All Eyes on Papua menyoroti terancamnya hutan adat yang jadi Paru-paru Dunia. Hutan itu terancam punah gara-gara mau digusur dengan kebun sawit.

Luasnya hutan yang ada di Tanah Papua menjadi sumber kehidupan masyarakat-masyarakat di sana. Ada sekitar 33 juta hektar hutan yang masih dimiliki Papua.

Alam nan indah dan ekosistem yang masih sangat terjaga membuat masyarakat di sana mudah untuk mencari kebutuhan sehari-hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain sebagai tempat tersedianya kebutuhan bagi masyarakat, hutan Papua juga disebut sebagai paru-paru dunia. Dengan luas hutan yang massif membuat hutan ini jadi penghasil oksigen terbanyak selain Hutan Amazon.

Kepala Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Papua, Jap Jap Ormuseray pernah menyebutkan hutan Papua diakui sebagai paru-paru dunia karena menyumbang begitu banyak oksigen untuk kehidupan manusia di Bumi.

ADVERTISEMENT

"Hutan adalah kehidupan, itulah sebabnya saya mengatakan Papua merupakan paru-paru dunia karena oksigen terbesar didapat dari hutan yang masih banyak pohonya," ungkapnya dikutip dari Antara, Rabu (5/6/2024).

Hutan di Bumi Papua memiliki fungsi sebagai penyerap karbon dioksida (CO2) yang berada di atmosfer, kemudian mengeluarkan oksigen. Dengan megahnya Papua memiliki deretan hutan yang luas, tak ayal Tanah Cendrawasih ini dijuluki sebagai paru-paru dunia.

Namun akhir-akhir ini lini masa sedang ramai memperbincangkan tagar dan poster 'All Eyes on Papua' ini merupakan seruan aksi peduli masyarakat Indonesia terhadap wacana pembabatan hutan yang diganti dengan perkebunan sawit.

Jika benar terjadi maka bencana akan menimpa kehidupan di Bumi Papua. Hutan yang asalnya menjadi kantong oksigen dan sumber penghidupan masyarakat akan hilang, sumber daya alam yang kaya lambat-laun berubah menjadi sumber penghasilan bagi segelintir orang.

Sedang ramai juga di media sosial, Suku Awyu dan Suku Moi yang menolak keras alih fungsi hutan mereka. Karena di hutan lah, cara mereka menggantungkan hidup sehari-hari.

Di dalam hutan Papua yang kaya menyimpan banyak kebermanfaatan bagi masyarakat sekitar seperti sebagai sumber pangan, obat-obat hingga mata pencaharian.

Contohnya, Suku Moi yang berada di wilayah Sorong Raya, Provinsi Papua Barat hingga kini menyambung kehidupan mereka dengan memanfaatkan segala sumber daya yang ada di hutan. Berburu hewan, mencari tumbuh-tumbuhan dan buah yang bisa diolah masih jadi cara mereka untuk bertahan hidup.

Hutan adalah sumber cadangan makanan yang mereka miliki, oleh sebab itu hutan akan terus dijaga oleh masyarakat dari serangan perkebunan kelapa sawit.

Salah satu relawan Bentara Papua, Derius Wolin mengatakan hutan sebagai sumber masyarakat mendapatkan kebutuhan pokok seperti pangan, sumber mata air, bahan baku bangunan hingga obat-obatan.

"Merusak hutan sama saja seperti membunuh ibu kandung kita sendiri. Sebab selayaknya ibu, hutan memberikan segala yang dibutuhkan masyarakat sejak dahulu," katanya pada lama EcoNusa.

Berbicara hutan sebagai cadangan makanan, banyak olahan yang biasa masyarakat Papua konsumsi dan salah satunya adalah sagu. Sumber karbohidrat ini jadi panganan wajib masyarakat di sana, pohon-pohon sagu bisa hidup liar di dalam hutan-hutan Papua.

Bila pembabatan hutan Papua terus terjadi, pohon-pohon sagu pun akan hilang dan masyarakat Papua mungkin saja akan sulit untuk mencari pohon tersebut.

Biasanya mereka akan dengan mudah mendapatkan sumber pokok tersebut, suatu hari nanti dengan hilangnya hutan akan sulit mencari pohon sagu.




(wsw/wsw)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
All Eyes on Papua
All Eyes on Papua
9 Konten
All Eyes on Papua merupakan gerakan di media sosial untuk mendukung Suku Awyu mempertahankan hutan adat di Boven Digoel, Papua yang luasnya 36 ribu hektare atau lebih dari separuh luas Jakarta yang akan dibangun perkebunan sawit.
Artikel Selanjutnya
Hide Ads