Museum Nasional Indonesia (MNI) menjadi salah satu institusi yang menunjukkan komitmen nyata terhadap inklusivitas. Salah satu langkah progresifnya adalah dengan memberdayakan tenaga kerja disabilitas.
Asep Firman Yahdiana, Pamong Ahli Muda sekaligus koordinator Pokja Program Publik dan Edukasi di MNI, mengungkapkan bahwa MNI membuka dua posisi bagi disabilitas. Para pekerja bisa memiliki haknya untuk bekerja di sini.
"Kami memiliki staf dari kalangan disabilitas yang ditempatkan di berbagai posisi sesuai kompetensi mereka, seperti edukator atau kurator," kata Asep saat diwawancarai detikTravel, Jumat (6/12/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemberdayaan itu didasarkan pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.
"Kuota menyesuaikan dengan kebutuhan museum. Rekrutmen tenaga kerja disabilitas mengikuti mekanisme kuota yang ditentukan oleh Museum. Ini memastikan kesempatan yang setara bagi semua kalangan, tanpa memandang kemampuan fisik," kata Asep.
Menurutnya, posisi seperti kurator sangat memungkinkan untuk diisi oleh disabilitas. Itu dikarenakan tugas-tugas tersebut membutuhkan keahlian penyampaian dan pengetahuan mendalam yang dapat dikuasai oleh mereka.
"Kurator bertugas menggali, mengkaji, dan mengolah informasi tentang koleksi museum," kata Asep.
Rekrutmen tenaga kerja disabilitas tidak hanya berfokus pada pemenuhan kuota. Sebaliknya, proses ini juga mempertimbangkan potensi individu, memastikan bahwa setiap posisi diisi oleh orang yang memiliki kemampuan yang sesuai.
"Kami selalu memastikan bahwa posisi yang diisi sesuai dengan kompetensi dan ruang lingkup kerja mereka," ujar Asep.
MNI juga menekankan pentingnya menciptakan lingkungan kerja yang inklusif. Hal ini bertujuan agar semua karyawan merasa dihargai dan memiliki kesempatan yang sama.
"Keberadaan staf disabilitas di museum ini mencerminkan komitmen kami untuk menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan setara bagi semua orang," kata Asep.
Selain itu, keterlibatan tenaga kerja disabilitas ini juga menjadi pengingat penting bagi pengunjung untuk saling menghargai satu sama lain. Hal ini juga berfungsi sebagai cara untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya inklusivitas dalam kehidupan sehari-hari.
"Pengunjung dapat melihat bahwa Museum Nasional tidak hanya mempromosikan inklusivitas melalui fasilitas dan program, tetapi juga dalam internal operasionalnya," ujar Asep.
Asep berharap langkah ini dapat menjadi contoh bagi institusi lain. Ia juga ingin menunjukkan bahwa disabilitas memiliki potensi besar yang harus diberi kesempatan untuk berkembang.
"Kami ingin menunjukkan bahwa disabilitas memiliki potensi besar untuk memberikan kontribusi, asalkan diberi kesempatan dan fasilitas yang mendukung," ujarnya.
MNI terus berupaya untuk meningkatkan pelibatan tenaga kerja disabilitas. Mereka berkomitmen untuk menciptakan peluang yang lebih luas bagi disabilitas dalam berbagai posisi di museum.
Keberadaan tenaga kerja disabilitas di Museum Nasional menjadi bukti bahwa inklusivitas bukan hanya sekadar slogan, tetapi prinsip yang diterapkan dalam tindakan nyata.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol