Staf Bandara Mogok Kerja 24 Jam, Penerbangan Berpotensi Terganggu

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Staf Bandara Mogok Kerja 24 Jam, Penerbangan Berpotensi Terganggu

Muhammad Lugas Pribady - detikTravel
Kamis, 06 Feb 2025 05:01 WIB
Antrean imigrasi di Bandara Milan Malpensa, Italia.
Ilustrasi bandara di Italia. (Getty Images/BrasilNut1)
Jakarta - Traveler yang berencana ke Italia pekan ini bakal menghadapi kekacauan di bandara. Staf bandara mengancam mogok kerja.

Kementerian Transportasi Italia mengumumkan bahwa staf penanganan di sejumlah besar bandara negara itu melakukan mogok kerja pada 5 Februari 2025.

Mogok kerja itu dilakukan oleh staf darat dari perusahaan Assohandlers, salah satu asosiasi penerbangan terbesar di Italia. Assohandlers mewakili petugas penanganan di bandara-bandara besar, termasuk Milan Malpensa, Roma Fiumicino, Naples, Catania, dan Venesia. Tugas utama staf darat itu meliputi layanan bagasi, bantuan naik pesawat, serta bongkar muat pesawat.

Mereka mengajukan tuntutan soal gaji dan kondisi kerja. Melansir Express, Kamis (6/2/2025) serikat pekerja itu menuntut peningkatan gaji, jam kerja yang lebih baik, serta tunjangan yang lebih layak bagi staf darat.

Pemerhati penerbangan memperkirakan mogok itu bisa mengakibatkan gangguan besar terhadap penerbangan yang berangkat atau mendarat di Italia.

Menurut data terbaru, sekitar 176.000 penumpang biasanya transit melalui bandara Italia setiap harinya, termasuk di Roma Fiumicino yang merupakan bandara tersibuk di negara itu.

Beberapa perusahaan yang berada di bawah Assohandlers seperti Airport Handling, bekerja sama dengan maskapai penerbangan terkenal seperti easyJet, Ryanair, dan Wizz Air. Sementara itu, mitra Assohandlers lainnya yakni Aviapartner mempekerjakan sekitar 10.000 staf di seluruh Eropa.

Pakar hak penumpang udara dari AirAdvisor, Anton Radchenko, menjelaskan bahwa pemogokan staf bandara dapat menyebabkan situasi yang sangat rumit bagi bandara dan maskapai penerbangan. Penanganan adalah bagian penting dalam operasional bandara, dan apabila salah satu bagian dari proses ini berhenti, layanan penerbangan kemungkinan akan terganggu, baik melalui penundaan maupun pembatalan.

Selain itu, mogok seperti ini juga dapat menyebabkan kesulitan dalam mengangkut barang bawaan penumpang. Sebagai contoh pada Februari tahun lalu, staf penanganan Aviapartner di Bandara Brussels melakukan mogok yang mengakibatkan penundaan besar pada penerbangan dan masalah dengan barang bawaan penumpang.

Pemogokan itu menyebabkan lebih dari 100 penerbangan dibatalkan dalam satu hari, dan maskapai yang terdampak termasuk Ryanair dan KLM. Radchenko juga menambahkan bahwa jika penumpang bepergian antara Inggris dan Italia dengan maskapai seperti Ryanair, easyJet, Wizz Air, TUI, atau British Airways, penunpang sebaiknya tidak meremehkan potensi gangguan yang dapat ditimbulkan oleh pemogokan terhadap perjalanan.

"Jika penerbangan Anda dibatalkan dalam waktu kurang dari 14 hari sebelum jadwal, Anda berhak untuk mendapatkan kompensasi hingga 520 pound sterling (Rp 9 juta) dari maskapai," kata Radchenko.

"Selain itu, jika penerbangan Anda dibatalkan, Anda berhak mencari tempat duduk baru pada penerbangan lain ke tujuan yang sama, baik dengan maskapai yang sama atau maskapai lain, dan maskapai Anda wajib menanggung biaya tersebut. Jika Anda memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan, Anda berhak atas pengembalian uang penuh untuk tiket Anda," dia menambahkan.

Kemudian, Radchenko juga mengatakan penumpang yang terimbas pemogokan itu berhak mendapatkan kompensasi lainnya seperti makanan dan minuman dari maskapai terkait.

"Maskapai juga wajib memberikan voucher makanan dan minuman bagi penumpang yang penerbangannya tertunda lebih dari dua jam. Jika penerbangan dijadwalkan ulang untuk hari berikutnya, maskapai harus menyediakan akomodasi hotel terdekat," ujar Radchenko.


(upd/fem)

Hide Ads