Saatnya Music Tourism Jadi Gerbang Baru Pariwisata Indonesia

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Saatnya Music Tourism Jadi Gerbang Baru Pariwisata Indonesia

Muhammad Lugas Pribady - detikTravel
Minggu, 25 Mei 2025 15:25 WIB
Konser musik
Ilustrasi. (Getty Images/Cesare Ferrari)

PR Besar Pengembangan Music Tourism di Indonesia

Melihat potensi besar yang dimiliki oleh Indonesia terkait pariwisata berbasis musik, Ravel menyampaikan perbandingannya sektor ini yang belum tereksekusi secara maksimal.

Salah satunya, Indonesia beberapa kali keok dipukul Singapura dan Bangkok soal urusan konser dan festival musik. Contohnya, saat Coldplay manggung enak hari beruntun pada 2024, Jakarta cuma kebagian satu hari. Kemudian, Taylor Swift dengan skor 0-6, ya, Jakarta tidak kebagian sehari The Eras Tour pada 2024.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian, peristiwa memalukan dengan aksi pemalakan oleh oknum polisi di Djakarta Warehouse Project atau DWP, yang merupakan salah satu festival musik elektronik terbesar di Asia pada 13 hingga 15 Desember 2024 di JIExpo, Kemayoran. Korbannya adalah penonton luar negeri.

Kasus itu menjadi pukulan telak bagi industri musik Tanah Air. Sebab, kasus itu menurunkan kepercayaan internasional dan reputasi Indonesia di mata penyelenggara musik internasional dan penonton mancanegara. Bagi promotor musik Indonesia, membangun kembali kepercayaan ini memerlukan waktu dan strategi khusus.

ADVERTISEMENT

Masalah lain adalah venue konser. Stadion yang memadai bisa jadi tidka hanya satu, namun akses menjadi kendala di bebera lokasi. Sejauh ini, Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) menjadi lokasi paling ideal untuk menggelar konser musik. Bagi konser yang lebih kecil bisa memilih di spot lain di kompleks olahraga yang dibangun oleh Presiden RI 1 Sukarno itu, Tennis Indoor, Stadion Madya, atau Indonesia Arena, bahkan di area terbuka plaza timur, barat, dan tenggara.

Di kompleks GBK, parkir luas, akses mudah, transportasi umum memadai, penerangan jalan dan kawasan cukup, hotel banyak, tinggal tunjuk.

Bandingkan dengan Jakarta International Stadium (JIS) di Tanjung Priok atau Jiexpo dan Ancol. Saat tiba di lokasi mungkin tidak masalah, namun akses menuju tempat-tempat itu tidak semewah SUGBK.

Masalah lain adalah gangguan dari kelompok ormas atau penolakan karena alasan sosial budaya. Beberapa konser, terutama yang dianggap terlalu barat atau berunsur budaya asing, kadang mendapat penolakan dari kelompok tertentu yang menganggapnya tidak sesuai norma.

Dalam evaluasi kemenparekraf saat dipimpin Sandiaga, muncul pula masalah perizinan yang rumit dan berbelit. Proses pengajuan izin konser sering kali memakan waktu lama dan melibatkan banyak instansi, mulai dari kepolisian, pemda, hingga dinas pariwisata. Tak jarang izin baru keluar mendekati hari H, sehingga menimbulkan ketidakpastian.

Kemudian, overkapasitas dan manajemen kerumunan buruk. Selain itu, kurangnya regulasi soal keselamatan dan kesehatan penonton, mulai dari jalur evakuasi, tim medis yang memadai, hingga kesediaan keamanan profesional.

Terbaru, kekacauan terjadi pada onser DAY6 bertajuk Forever Young di Jakarta. Konser yang dihelat pada 3 Mei 2025 itu panen masalah, mulai dari perpindahan venue mendadak, cuaca buruk, dan manajemen acara yang buruk.

Penggemar dibiarkan menunggu berjam-jam di luar stadion di tengah hujan deras dan angin kencang tanpa perlindungan memadai, menyebabkan tenda-tenda roboh dan penundaan konser. JYP Entertainment selaku agensi DAY6 serta promotor lokal Mecimapro telah menyampaikan permintaan maaf resmi atas kejadian tersebut

Belakangan, meskipun lambat, upaya untuk menghidupkan konser dan festival musik mulai terbentuk. Efek dominonya diharapkan turut menghidupkan pariwisata. Siapa tahu ini bisa menjadi salah satu cara untuk menggantikan acara MICE yang berkurang drastis setelah pemerintah melakukan efisiensi anggaran.

Salah satu festival musik yang konsisten digeber di Indonesia adalah Hammersonic Festival atau Hammersonic Jakarta International Metal Festival atau singkatnya Hammer Fest. Sebagai sebuah festiva musik internasional tahunan yang diselenggarakan di Jakarta sejak 2012, Hammersonic bukan festival kaleng-kaleng.

Penampil yang dipilih pun beragam hingga band sekaliber Lamb of God, Suffocation, D.R.I hingga Slipknot pernah manggung di hajatan tersebut. Tak ayal banyak metalhead dari mancanegara percaya dan mereka pun rela terbang dari negaranya untuk hadir menyaksikan keganasan mereka di atas panggung.

Selain itu, kultur di Indonesia diyakini menjadi poin plus untuk menarik wisatawan dari konser dan festival musik.

"Indonesia memiliki keunikan dari sisi budaya, keramahan masyarakat hingga kekayaan destinasi yang bisa dikemas dalam satu pengalaman menyeluruh lewat mudik," ujar Ravel.

"Dulu, mungkin belum tergarap maksimal tapi sekarang dengan digitalisasi dan keterbukaan akses, kita punya peluang emas untuk menjadikan musik sebagai salah satu pintu masuk pariwisata yang kuat," kata dia.


(upd/fem)

Hide Ads