Ini Cerita Rakyat di Pulau Jawa yang Populer dan Terdapat Pesan Moralnya

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ini Cerita Rakyat di Pulau Jawa yang Populer dan Terdapat Pesan Moralnya

Muhammad Lugas Pribady - detikTravel
Minggu, 10 Agu 2025 06:05 WIB
Pagelaran Drama Musikal Timun Mas digelar selama dua hari, Sabtu (29/6) dan Minggu, (30/6) di Istora Senayan Jakarta. Acara yang di dukung oleh Djarum Apresiasi Budaya itu memberikan pertunjukan cerita rakyat yang dibalut dengan unsur drama, opera, orkestra serta multimedia yang canggih. File/detikFoto.
Ilustrasi cerita rakyat. (Rachman Haryanto/detikcom)
Jakarta -

Warisan budaya bukan hanya sekadar peninggalan bangunan bersejarah, destinasi wisata ataupun kuliner. Peninggalan itu bisa berupa cerita-cerita rakyat.

Di tatar Pulau Jawa banyak sekali cerita-cerita rakyat yang melegenda, yang diturunkan dari generasi ke generasi. Cerita rakyat itu diharapkan menjadi pembelajaran bagi generasi selanjutnya.

Lalu apa saja sih cerita rakyat yang melegenda dan punya pesan moral?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut cerita rakyat yang melegenda dan memiliki pesan moral:

Cerita Rakyat dari Jawa Tengah

Rawa Pening

Dahulu, hiduplah seorang anak yang memiliki kesaktian luar biasa. Namun, karena iri, seorang penyihir jahat mengutuknya hingga tubuhnya penuh luka dan bau tak sedap, sehingga orang-orang menjauhinya.

ADVERTISEMENT

Dalam mimpinya, anak itu bertemu seorang perempuan tua yang mampu menyembuhkannya. Ia pun berkelana mencarinya, namun selalu ditolak oleh warga di setiap kampung yang didatangi.

Suatu hari, ia tiba di kampung penduduk sombong yang malah mengusir dan mencacinya saat sebuah pesta. Ia memperingatkan mereka untuk lebih peduli kepada orang yang lemah, tetapi diabaikan dan disebut anak setan.

Sebagai tanda, ia menancapkan sebuah lidi di tanah dan mengatakan hanya dirinya yang bisa mencabutnya. Penduduk mencoba tapi gagal. Beberapa hari kemudian, anak itu diam-diam mencabut lidi tersebut, dan dari situ muncul mata air yang membentuk Telaga Rawa Pening.

Perempuan tua yang baik hati merawatnya hingga sembuh. Namun, penyihir jahat mengutuknya lagi menjadi ular besar bernama Baru Klinting, yang dipercaya membawa keberuntungan bagi nelayan.

Kini, Telaga Rawa Pening di Desa Bukit Cinta, Kabupaten Ambarawa, Jawa Tengah, menjadi objek wisata yang terkenal.

Pesan moralnya dari cerita tersebut adalah kesombongan dan sikap acuh terhadap sesama dapat berakibat buruk bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar. Keberanian menghadapi tantangan dan ketulusan akan membawa keberuntungan dan kebaikan.

Kera Sakti

Legenda ini mengisahkan seekor kera sakti yang tinggal di Gunung Slamet. Meski memiliki kekuatan luar biasa dan sering menolong orang yang tersesat atau terancam bahaya, ia tidak disukai para dewa karena lebih suka memakan bintang ketimbang buah-buahan.

Para dewa pun mengutus Semar dan ketiga anaknya untuk memberinya pelajaran. Mereka mematahkan puncak Gunung Slamet agar sang kera tak lagi bisa menjangkau bintang-bintang.

Kondisi puncak Gunung Slamet teramati dari Desa Karangturi, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Rabu (6/8/2025).Kondisi puncak Gunung Slamet teramati dari Desa Karangturi, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas. (Anang Firmansyah/detikJateng)

Meski berhasil melawan, sang kera akhirnya kelelahan karena lapar dan haus. Saat menemukan guci berisi air, ia meminumnya tanpa tahu bahwa isinya adalah racun yang disiapkan Semar.

Kera sakti pun akhirnya tewas dalam penderitaan. Pesan moral dari kisah ini, meskipun kita diperlakukan tidak adil, tetaplah berbuat baik dan jalani hidup dengan ikhlas. Keikhlasan adalah kunci menghadapi cobaan hidup.

Cerita Rakyat Jawa Timur

Menak Koncar

Cerita rakyat Menak Koncar berasal dari daerah Lumajang, Jawa Timur. Diceritakan, hiduplah seorang demang bernama Dukoro, yang dikenal gemar menikahi perempuan cantik tanpa memedulikan status mereka.

Suatu hari, ia mendengar tentang kecantikan Jinggosari, istri seorang pria bernama Mercuet. Tertarik, Demang Dukoro menyusun rencana licik. Ia memerintahkan dua pelayannya untuk menyelundupkan emas dan permata ke kamar Mercuet saat rumah dalam keadaan kosong, dengan tujuan menjeratnya dalam tuduhan palsu.

Namun, tipu daya tersebut akhirnya terbongkar dan sampai ke telinga Raja. Sebagai hukuman, Demang Dukoro diasingkan dan kehilangan kekuasaannya.

Pesan moral dari kisah ini adalah jangan serakah terhadap milik orang lain, dan jangan memaksakan kehendak demi kepentingan pribadi, karena kejahatan pada akhirnya akan terbongkar.

Keong Mas

Cerita Keong Emas mengisahkan seorang gadis yang difitnah oleh adiknya sendiri karena iri hati kepada sang kakak akan menikah dengan pangeran tampan. Akibat fitnah tersebut, ia diusir dari istana.

Adik yang penuh dengki itu lalu meminta bantuan penyihir untuk mengutuk kakaknya menjadi seekor keong emas, agar tak bisa bertemu sang pangeran.

Suatu hari, seekor keong ditemukan oleh seorang nenek tua yang merawatnya dengan penuh kasih. Berkat kebaikan dan ketulusan, keong emas itu akhirnya kembali ke wujud manusia dan bertemu kembali dengan sang pangeran.

Pesan moral yang bisa diambil dari cerita ini yaitu Iri hati dan perbuatan jahat akan berujung pada penyesalan. Sedangkan kebaikan akan selalu menemukan jalannya.

Cerita Rakyat Jawa Barat

Ciung Wanara

Ciung Wanara adalah cerita tentang seorang pangeran dari Kerajaan Galuh yang dibuang dari istana. Namun, berkat kegigihan dan keberanian, ia berhasil merebut kembali tahta dan menjadi raja.

Saat berkuasa, dendam membuatnya bersedia berperang melawan saudara kandungnya sendiri. Tapi, di tengah konflik, Ciung Wanara menyadari bahwa peperangan hanya akan menyengsarakan rakyat.

Ia pun memilih untuk menghentikan pertikaian dan memimpin dengan bijak demi kesejahteraan bersama. Pesan moral dari kisah ini adalah hubungan saudara harus dijaga dengan kasih, bukan permusuhan.

Seorang pemimpin sejati adalah mereka yang mengedepankan keadilan, pengorbanan, dan kebijaksanaan demi kebaikan rakyatnya.

Misteri Telaga Warna

Cerita rakyat Telaga Warna bermula dari Ratu Purbamanah dan Prabu Swarnalaya, penguasa Kuta Tanggeuhan, yang sangat ingin memiliki anak. Mereka dikaruniai putri bernama Dewi Kuncung Biru.

Dewi Kuncung Biru dikenal sangat manja dan rakus. Saat berumur 17 tahun, ia meminta pesta mewah. Rakyat yang mencintainya pun memberikan banyak harta dengan senang hati. Namun, ia menolak semua pemberian itu dengan kasar karena tidak sesuai seleranya.

Akibat sikapnya, langit menjadi gelap dan hujan deras mengguyur, hingga Kuta Tanggeuhan tenggelam dan berubah menjadi Telaga Warna. Kisah ini mengajarkan bahwa keserakahan dapat membawa bencana bagi diri sendiri dan orang lain.

Halaman 2 dari 5
(upd/fem)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads