Tato Wajah Khas Hindu Pakistan yang Makin Terkikis Zaman

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Tato Wajah Khas Hindu Pakistan yang Makin Terkikis Zaman

Syanti Mustika - detikTravel
Rabu, 20 Agu 2025 22:14 WIB
A young blond Kalash girl who lives in the Bumburet Valley. The Kalash have resisted outsiders for generations, and are some of the only non-Muslims in the area. | Location: Near Chitral, Pakistan.
Tato wajah yang menjadi tradisi umat Hindu di Pakistan (Getty Images/Christophe Boisvieux)
Umerkot -

Dua orang gadis kecil menunggu sembari deg-degan melihat perempuan tua sedang menggiling arang dan meneteskan susu kambing. Perempuan tua itu bernama Basran Yogi, usianya 60 tahun.

Di tengah kesibukannya menyiapkan cairan untuk menato wajah, sesekali dia memperhatikan wajah mungil dua kakak beradik bernama Pooja (6) dan Champa (7) tersebut.

Sejak berabad-abad yang lalu, praktik menorehkan bentuk-bentuk halus pada wajah, tangan, dan lengan generasi muda telah ada di desa-desa Hindu yang tersebar di perbatasan selatan dengan India.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pertama, gambarlah dua garis lurus di antara kedua alis," Jogi menginstruksikan temannya yang siap dengan jarum jahit, seperti yang dikutip dari France24, Rabu (20/8/2025).

"Sekarang, masukkan jarum di sepanjang garis tersebut, tetapi perlahan, sampai berdarah," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

Pooja nyaris tak bergidik ketika lingkaran dan segitiga putus-putus ditato di dagu dan dahinya. Sedangkan Champa yang dari tadi memperhatikan memasang wajah antusias dan berkata "Saya juga siap".

Pemandangan menato wajah ini masih bisa kita lihat sesekali di pinggiran kota pedesaan Umerkot di provinsi Sindh, Pakistan. Beberapa tahun terakhir, seiring komunitas Hindu pedesaan di Pakistan (yang mayoritas Muslim) semakin terhubung dengan kota-kota di sekitarnya, banyak perempuan muda memilih untuk meninggalkan 'cara lama' ini.

"Tanda-tanda ini membedakan kami dari yang lain. Generasi kami tidak menyukainya lagi. Di era media sosial, anak-anak muda menghindari tato wajah karena mereka pikir tanda-tanda ini akan membuat mereka terlihat berbeda atau tidak menarik," kata Durga Prem, 20 tahun, seorang mahasiswa ilmu komputer yang tumbuh besar di kota Badin.

Saudara perempuannya, Mumta, juga menolak menerima tato yang menandai ibu dan nenek mereka.

"Tapi jika kami masih di desa, kami mungkin memiliki tanda-tanda ini di wajah atau lengan kami," kenangnya.

Mengagumi goresan tangannya pada wajah kedua gadis kecil yang tersenyum lebar itu, Jogi yang lebih tua sepakat bahwa itu adalah tradisi leluhur yang mempercantik perempuan.

"Kami tidak membuatnya untuk alasan tertentu, ini adalah praktik yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Inilah hasrat kami," ujarnya kepada AFP.

Tanda yang awalnya berwarna hitam pekat dengan cepat memudar menjadi warna hijau tua, tetapi bertahan seumur hidup.

Tato Dipercaya Sebagai Penangkal Roh Jahat

Sebagai negara mayoritas muslim, hanya 2% saja penduduk Pakistan yang beragam Hindu. Dan penganut Hindu ini mayoritas tinggal di daerah pedesaan di Provinsi Sindh selatan.

Diskriminasi terhadap minoritas sangat mendalam dan kondisi ini juga yang mendukung gadis-gadis tak ingin lagi menato wajah atau menandai diri mereka. Aktivis Hindu Mukesh Meghwar, yakin generasi muda tidak ingin langsung diidentifikasi sebagai penganut Hindu di depan umum.

Banyak muslim percaya tato tidak diperbolehkan dalam Islam, dan bahkan mereka yang memilikinya pun jarang memamerkannya di depan umum.

"Kita tidak bisa memaksa anak perempuan kita untuk melanjutkan praktik ini," kata Meghwar kepada AFP.

"Itu pilihan mereka. Namun sayangnya, kita mungkin generasi terakhir yang melihat tato di wajah, leher, tangan, dan lengan perempuan kita," ujarnya.

Hanya sedikit umat Hindu yang diwawancarai AFP yang mengingat makna di balik praktik tato atau kapan dimulainya. Namun, para antropolog yakin tato telah menjadi bagian dari warisan budaya mereka selama ratusan tahun.

"Simbol-simbol ini merupakan bagian dari budaya masyarakat yang menelusuri akarnya hingga peradaban Indus," kata antropolog Zulfiqar Ali Kalhoro, merujuk pada periode Zaman Perunggu yang mendahului agama modern.

"Tanda ini secara tradisional digunakan untuk mengidentifikasi anggota suatu komunitas dan untuk mengusir roh jahat," tambahnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Prosesi Tradisi Ngumbahkeun Pusaka di Desa Nunukbaru Majalengka"
[Gambas:Video 20detik]
(sym/wsw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads