Banjir besar Bali pada 10 September 2025 menjadi alarm serius bagi kerentanan ekologi dan tata ruang di pulau dewata. Mahawan Karuiasa, pemerhati lingkungan, mengemukakan sejumlah rekomendasi agar Bali terbebas dari bencana serupa.
Dalam catatan Mahawan, yang juga dosen Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, saat banjir itu terjadi, sejumlah wilayah di Bali dguyur curah hujan ekstrem hingga lebih dari 150 mm, bahkan ada yang mencapai 385 mm. Angka itu setara atau bahkan melebihi curah hujan rata-rata bulanan.
"Intensitas hujan sebesar itu memicu limpasan air yang sangat cepat, memperpendek waktu tanggap banjir, dan meningkatkan risiko banjir bandang serta longsor," kata Mahawan dalam pesan kepada detiktravel, Selasa (23/9/2025).
Mahawan berpendapat bahwa banjir besar itu bukan hanya akibat fenomena iklim semata. Dia mengatakan kondisi lingkungan yang terus menurun memperparah dampak hidrologis tersebut.
"Di DAS Ayung, misalnya, tutupan hutan kini hanya sekitar 3% dari total luas 49.500 hektar. Padahal, untuk menjaga fungsi tata air, idealnya tutupan hutan minimal 30%. Kekurangan ini melemahkan kemampuan daerah aliran sungai untuk menyerap air, menahan sedimen, dan mencegah banjir," kata Mahawan.
Mahawan mengatakan penurunan fungsi ekosistem itu beriringan dengan perubahan tata ruang yang tidak terkendali. Termasuk, pembangunan yang ugal-ugalan pada sektor pesat pariwisata, mulai dari hotel, vila, restoran, hingga jaringan jalan, mengorbankan lahan sawah, ruang terbuka hijau.
Konversi lahan menjadi permukaan kedap air memperbesar volume limpasan dan mempersempit koridor sungai. Sistem drainase yang ada pun belum dirancang untuk menghadapi curah hujan ekstrem, sehingga genangan air menjadi tak terhindarkan.
"Banjir tidak hanya menyebabkan kerusakan fisik dan korban jiwa, tapi juga mengguncang sektor pariwisata yang merupakan tulang punggung ekonomi Bali. Kerusakan fasilitas dan gangguan pasokan air bersih merusak citra Bali di mata wisatawan global," kata Mahawan.
Simak Video "Video: Bicara soal Banjir, Menteri LH Soroti Daerah Aliran Sungai Bali"
(fem/ddn)