Ibu Kota Nusantara atau IKN tengah disorot media asing, The Guardian menyebut kota itu dengan sebutan Kota Hantu. Karena hanya sedikit orang yang tinggal di sana.
Dengan pembangunan yang masif di wilayah Kalimantan Timur, tepatnya di sebagian di area Kabupaten Penajam Paser Utara dan di sebagian Kabupaten Kutai Kartanegara itu. Hingga saat ini masih belum menunjukkan hasil seperti apa yang telah menjadi visinya.
The Guardian menyoroti kota yang digadang-gadang menjadi ibu kota baru menggantikan Kota Jakarta dan kini menjadi ibu kota politik itu teramat sepi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari data yang ada kurang lebih 2.000 ASN dan 8.000 pekerja konstruksi telah tinggal di sana. Namun jika angka keduanya digabung masih jauh dari target penghuninya yang menyentuh 1,2 juta orang di tahun 2023.
Dengan gembar-gembor IKN yang begitu masif dulu, masyarakat pun penasaran dengan wilayah itu. Di periode liburan lebaran 2025 kemarin, 64 ribu wisatawan, dalam negeri dan luar negeri mengunjungi IKN.
Menanggapi hal tersebut, pengamat pariwisata Profesor Azril Azhari, mengatakan jumlah wisatawan tersebut memiliki kemungkinan bertambah yang sangat kecil. Bukan tanpa alasan, karena ia menyebut IKN tak punya daya tarik untuk menggaet wisatawan secara berlanjut.
Menurutnya ada tiga hal penting yang jadi daya tarik pariwisata: keunikan, keautentikan, dan keeksotikan.
"Keunikannya nggak ada, kedua adalah keotentikan asli dari sana, otentik itu keaslinanya nggak ada, (misalnya) rumahnya futuristik semua. Jadi kalau istananya di-combine menjadi istana (bergaya) zaman dulu aduh keren amat, walaupun dibikin dari beton tapi tiang-tiangnya dari kayu ulin itu orang akan kaget (kagum), nah ini kan nggak," ungkapnya saat dihubungi detikTravel, Jumat (31/20/2025).
Melanjutkan, Prof Azril mengatakan seharusnya ada sentuhan lokal yang memang menjadi ciri khas dari daerah tersebut. Bukan semata-mata mengedepankan hal-hal atau bentuk-betuk yang futuristik.
"Nah yang ketiga adalah eksotik, eksotik itu orang bisa berdecak kagum gitu, nggak ada. Nah itulah yang disebut daya tarik pariwisata," lengkapnya.
Prof Azril menyatakan masyarakat yang datang ke sana hanya berdasar dari rasa penasaran saja, bukan menjadikan IKN sebagai destinasi yang benar-benar menjadi sarana rekreasi. Sehingga tak ada alasan lain untuk masyarakat berkunjung kembali ke wilayah tersebut.
"Karena the best experiences pengalaman yang paling hebat yang dia (wisatawan) dapatkan setelah dia datang, ada nggak yang beda dari tempat lain? Ya melihatnya aja ya begitu saja. Bahkan kalau kita ini akan mencelakakan dengan adanya tambang di bawahnya," ucap Prof Azril itu dalam sambungan telpon.
(upd/wsw)








































.webp)













 
                     
             
             
             
  
  
  
  
  
  
  
 
Komentar Terbanyak
Fadli Zon: Banten Sudah Maju dan Modern Sebelum Bangsa Eropa Datang
Kata Jokowi soal Whoosh Bikin Rugi: Itu Investasi
Whoosh Diterpa Dugaan Korupsi, KPK: Pengusutan Tidak Ganggu Operasional