Kinerja Presiden Joko Widodo dalam melakukan percepatan pembangunan hingga deregulasi-debirokratisasi membuahkan hasil. Pasalnya, lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P) memberikan status Indonesia sebagai negara dengan predikat layak investasi.
Predikat tersebut merupakan momentum kuat agar pemilik modal mau berinvestasi di Indonesia.
"Sekarang ini, kesempatan emas ada di depan kita. Mendapatkan WTP(Wajar Tanpa Pengecualian) artinya pengelolaan kita baik, 84% WTP. Jumat lalu kita juga mendapatkan kepercayaan internasional 'investment grade'. Ini sebuah kesempatan yang harus kita gunakan. Jangan masuk dalam 'framing' saling menghujat, saling menjelekkan, saling menyalahkan, dan berdebat yang tidak ada habisnya," ujar Jokowi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sektor pariwisata turut menjadi bahan perbincangan banyak kalangan. Terutama dalam ranah investasi dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata, seperti pengembangan 10 Top Destinasi Prioritas atau 10 Bali Baru.
"Mari berinvestasi di sektor pariwisata yang menjadi prioritas! Kami undang membangun amenitas di 10 Bali Baru," ajak Menteri Pariwisata Arief Yahya yang kementerian di bawahnya juga mendapatkan opini WTP.
10 Bali Biru yang dimaksud antara lain Danau Toba Sumut, Tanjung Kelayang Belitung, Tanjung Lesung Banten, Kepulauan Seribu Jakarta, Borobudur Jawa Tengah, Bromo Tengger Semeru (BTS) Jatim, Mandalika Lombok NTB, Labuan Bajo NTT, Wakatobi Sultra, dan Morotai Maltara.
Jokowi mengingatkan tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia secara jelas termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Hal itu disampaikan di tengah-tengah sambutannya pada acara penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LHP LKPP) Tahun 2016 di Istana Kepresidenan Bogor, Selasa(23/5/2017).
"Saya ingin masuk kepada fokus kita, tujuan utama kita, berbangsa dan bernegara. Perlu saya ingatkan kepada kita semuanya bahwa membentuk negara Republik Indonesia ini bukan untuk berseteru, bukan untuk bertikai. Tapi tujuan utama kita jelas, bahwa kita ingin menciptakan kesejahteraan umum, kita ingin mencerdaskan kehidupan bangsa," tegasnya.
Menurutnya, selama enam hingga delapan bulan ke belakang, energi bangsa ini habis hanya untuk berfokus pada hal-hal yang disebutnya tidak produktif. Maka itu, Jokowi kembali mengingatkan kepada seluruh pihak mengenai tujuan NKRI.
"Kita banyak omong ketimbang bekerja di akhir-akhir ini. Banyak berdebat ketimbang bekerja. Banyak saling hujat ketimbang bekerja. Banyak demo-demo yang tidak bermanfaat ketimbang bekerja. Banyak saling menjelekkan ketimbang bekerja. Banyak saling menyalahkan ketimbang bekerja. Lupa kita semuanya untuk membangun negara ini, membangun negeri ini," tukasnya.
Dahulu Indonesia sempat berjaya dan menjadi model utama bagi para negara tetangga. Misalnya jalan tol Jagorawi yang dahulu banyak dijadikan pembelajaran oleh negara-negara lainnya. Namun kini Indonesia perlu diakui tertinggal dengan negara tetangga.
"Coba kita lihat tahun 1977, jalan tol Jagorawi yang kurang lebih 50 km itu jadi contoh. Negara-negara lain pada datang ke sini. Tiongkok dan Malaysia datang melihat. Dari tahun 1977 sampai sekarang sudah berapa tahun? Hampir 40 tahun kita hanya bisa membangun jalan tol 780 km yang negara-negara tadi, yang melihat kita, Tiongkok sudah 280 ribu km. Berapa jauh kita sudah tertinggal?" tanya Jokowi.
Ia turut angkat bicara soal pembangunan jalur kereta api. "Kita mau membangun kereta api cepat, jaraknya 148 kmsaja sampai sekarang belum mulai. Ributnya sudah dua tahun. Ramai debat, baik atau tidak baik. Sama seperti waktu kita bangun MRT, itu ramainya 26 tahun. Sudah direncanakan 26 tahun lalu, ramainya debat soal untung-rugi, baik-tidak. Negara lain sudah bangun dan itu bermanfaat, masih juga kita debatkan," tambahnya.
Jokowi menegaskan bahwa ia tak ingin Indonesia terus tertinggal dan terus menerus terjebak dalam pemikiran-pemikiran negatif. Ia ingin agar bangsa Indonesia dapat kembali bersatu untuk bersama-sama membangun bangsa.
"Saya mengajak Bapak/Ibu dan saudara-saudara semuanya, keluarlah kita dari pikiran-pikiran negatif seperti itu. Ajak kita semuanya untuk kembali pada pikiran-pikiran positif untuk maju bersama, bekerja bersama bagi bangsa ini," tutupnya. (adv/adv)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum