Sate Pisang dan Wedang Ronde Jadi Kuliner Primadona Magelang

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Sate Pisang dan Wedang Ronde Jadi Kuliner Primadona Magelang

Advertorial - detikTravel
Kamis, 13 Jul 2017 14:25 WIB
Magelang - Magelang dikenal sebagai Kota Getuk, makanan khas itu dibuat dari singkong. Pahadal, ada #PesonaKulinerMagelang lain yang juga patut untuk dicoba.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya meyakini kuliner itu bisa menjadi alat promosi yang sangat ampuh. Sebelumnya hal itu juga telah dicontohkan oleh Thailand dan Vietnam. Dua negara itu menjadikan kuliner sebagai media promosi yang kuat.

"Kami sudah menetapkan soto, sate, rendang, nasi goreng, dan gado-gado sebagai ikon kuliner Indonesia yang akan dikembangkan di mancanegara sebagai alat diplomasi dan promosi wisata," jelas Arief.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kuliner termasuk atraksi budaya yang turun temurun sejak lama. Begitu juga dengan Magelang yang memiliki kuliner khas melegenda karena sudah ada sejak 60 tahun lalu.

Namanya sate, tetapi bukan sate yang selama ini kita kenal. Kalau sate daging, mulai dari daging kambing, ayam, sapi, atau kelinci, sudah biasa kita nikmati karena banyak yang menjualnya.

Berbeda dengan sate pisang. Bisa jadi hanya ada di Magelang. Bahkan di Magelang pun hanya di Warung Ronde Miroso yang ada di Jalan Medang, Magelang ini.

Sate pisang berupa pisang kepok merah rebus yang dipotong-potong dan ditusuk lidi layaknya sate lalu diberi saus santan kental. Satu tusuk berisi empat potong. Sate pisang disajikan di piring besar yang berisi lima tusuk atau di piring kecil yang berisi tiga tusuk. Tetapi yang dihitung hanya yang dimakan saja.

Tempat menjual sate pisang ini namanya Warung Ronde Miroso. Sebab wedang ronde juga menjadi andalan di warung itu. Minuman dengan jahe dan sereh ini menjadi langganan Akademi Militer (Akmil).

"Setiap ada acara, terutama Reuni lulusan Akmil, pasti pesan ronde ke sini," ungkap Hermien, pengelola warung yang diset up seperti rumah makan ini.

Perempuan 67 tahun ini merupakan 'penerus' pengelola Warung Ronde Miroso. Ia dibantu seorang perempuan yang menyiapkan sate pisang maupun racikan wedang rondenya.

Sedangkan perintis warung, yakni Nyonya Suwondo (Ibunda Hermien), duduk di meja kasir. Nyonya Suwondo yang sudah berusia 93 tahun masih bertindak sebagai 'penjaga resep' kuliner yang dirintisnya itu.

"Ibu masih ngecek rasa masakannya," kata Hermien.

Menurut cerita Ny Suwondo, di tahun-tahun awal berjualan, Presiden Indonesia pertama Soekarno kerap meminta dipesankan sate pisang tiap kali datang ke Magelang.

"Kalau datang ke Akmil (Akademi Militer), pasti dia minta sate pisang," kata nenek yang kini lebih banyak duduk di meja kasir itu mengenang.

Sejak dulu sampai sekarang, menurut Hermien, rasa, bentuk, dan penyajiannya tidak pernah berubah. "Santannya tetap basah, enggak kempel seperti kue nagasari," imbuh Hermien yang ikut berjualan sejak 10 tahun silam.

Bila sate pisangnya sisa, Hermien tak menjualnya lagi besoknya. Sebab, saus akan terasa asam dan berair. Itu sebabnya Hermien memilih membuat sate pisang secara bertahap dalam sehari.

"Kalau sate pisang habis, baru bikin lagi. Kalau sudah menjelang tutup masih sisa, lebih baik dibagikan ke orang lain," ujar Hermien.

Anda yang ingin mencoba kuliner khas Magelang ini harus tahu jam buka warungnya. Berbeda dengan warung-warung yang lain, warung ini setiap hari hanya buka pukul 17.00-22.00. Bahkan, warung ini tutup di hari Selasa.

Kendati jualan utamanya hanya sate pisang dan ronde, warung ini tak pernah sepi pembeli. Sejumlah tokoh ternama juga menjadi pelanggan warung ini. Foto-foto mereka dipajang di dinding warung.

Public figure itu antara lain Ananda Sukarlan, Putu Wijaya, dan Bondan Winarno. Mantan Wapres Try Sutrisno yang lulusan Akmil juga menjadi salah satu pelanggan tetap. Hermien bercerita, pada libur Lebaran ini, Try Sutrisno juga mampir ke Warung Ronde Miroso.

Selain makan di tempat, sate pisang dan wedang ronde Miroso juga sering dipesan untuk acara arisan, tutup tahun bank, acara kantor, reuni, Lebaran, pernikahan, dan sebagainya. Pada saat Lebaran atau liburan, makan di warung ini harus sabar. Antrean bisa mengular hingga di jalan depan warung.

Kalau pembeliannya banyak, misalnya 300 tusuk, harus dipesan terlebih dahulu. Jadi, datang tinggal mengambil pesanan. Biasanya orang memesan sate pisang dan wedang rondenya sekaligus.

Konsep dapur warung ini juga menarik, yakni dapur terbuka. Pesanan pembeli dikerjakan di sisi kanan warung, yang menjadi dapur terbuka. Pengunjung pun bisa melihat langsung proses penyajian.

Tidak hanya itu, pengunjung bisa mencium aroma jahe yang direbus bersama sereh. Mereka juga bisa minta tambah kuah ronde langsung. Interaksi dengan pemilik warung pun menjadi lebih intens, penuh kehangatan dan akrab.

Selain kelezatan dan rasanya yang paten, kesabaran pemilik warung inilah yang membuat warung bisa bertahan hingga lebih dari setengah abad. Meskipun ada yang mencoba membuat warung sate pisang dan juga wedang ronde, Miroso tetap menjadi favorit pelanggan.

Pelanggannya yang telah merantau bahkan melanglang buana pun setiap mudik selalu mampir ke warung yang terletak di seberang SMAN 3 Magelang tersebut.

Rasanya yang manis gurih dengan saus yang selalu basah jadi ciri khas yang membedakannya dari sate pisang lain. Untuk wedang ronde, Miroso menggunakan gula asli. Miroso juga melakukan inovasi untuk wedang ronde ini.

Selain wedang ronde panas, belakangan Miroso juga menyediakan es wedang ronde. Minuman dingin ini disajikan bukan dengan air jahe, melainkan air jeruk. Dengan begitu anak-anak yang tidak suka pedasnya jahe tetap bisa menikmati wedang ronde.

Bahkan kini tersedia juga tahu bacem, lumpia, bakso biasa, dan bakso mikung (mie kangkung). Jadi, tak salah kalau warung ini masuk daftar kunjung wisata kuliner Magelang bersama keluarga. (adv/adv)

Hide Ads