Saya pernah dengar kalau ke kalimantan dan minum air Kapuas, maka nanti kita pasti akan kembali lagi ke sini dan enggan untuk pulang. Tapi menurut saya yang paling tepat adalah kalau kita sudah mengarungi riam Delapan barulah kita ingin kembali ke sana untuk mengalami lagi pengalaman yang sama. Mengarungi jeram dari hulu ke hilir itu hal biasa, tapi mengarungi jeram dari hilir ke hulu dengan melawan arus itu baru luar biasa. Ditambah lagi dengan ditemani oleh suku dayak Punan, sungguh pengalaman menakjubkan dan tidak akan terlupakan.
Riam delapan adalah riam terkenal di hulu sungai Kapuas yang dinamakan sesuai dengan jumlah riam yang ada di aliran sungai ini yaitu delapan buah. Dari Nanga Bungan riam delapan dapat ditempuh dalam waktu setengah jam ke arah hulu. Arusnya deras, saya bahkan yakin tidak akan selamat bila terjatuh di riam ini meskipun mengenakan pelampung. Ombaknya menggulung hingga lebih dari satu meter dan sering kali air menampar kami yang berada di dalam sampan. Teriakan senang bercampur takut keluar dari mulut kami, sedangkan derai tawa membahana dari penumpang lain yang merupakan suku dayak Punan asli melihat kelakuan kami. Bukannya malu karena ditertawakan, kami malah ikut tertawa bersama mereka karena memang pengalaman barusan sangat menyenangkan.
Hulu sungai Kapuas memang menjanjikan pengalaman yang tidak akan terlupakan. Tidak seperti di hilir yang aliran airnya tenang, aliran air di hulu sungai Kapuas sangat deras dan cukup membahayakan. Tapi bila didampingi oleh pengemudi sampan yang sangat ahli, maka bahaya akan berubah menjadi ketegangan yang menyenangkan. Bila tidak percaya silahkan saja coba sendiri. Riam delapan hanya satu dari sekian banyak jeram yang terdapat di sini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kembali ke cerita mengenai petualangan mengarungi sungai hulu Kapuas. Saat menuju pemukiman terakhir di hulu sungai Kapuas ini, saya menaiki sampan bermotor tradisional yang melawan arus sungai Kapuas. Meski tidak sedahsyat riam delapan, sepanjang perjalanan kami selalau menemui riam yang membuat kami berteriak kesenangan. Meski kami harus menempuh jarak yang jauh dengan waktu yang cukup lama, perjalanan ini tidak membosankan rasanya.
Semoga saya diberi kelebihan rezeki agar dapat kembali lagi ke sini. (gst/gst)
Komentar Terbanyak
Belum Dibayar, Warga Sekitar Sirkuit Mandalika Demo-Tagih ke ITDC
10 Negara yang Mengeluarkan Travel Warning ke Indonesia karena Demo
Profil Menteri Haji Era Presiden Prabowo, Gus Irfan yang Hobi Sepedaan