Menembus kabut kembali ke jurang
Melewati hutan pinus, melewati jalan setapak
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menikmati aroma tanah dan segarnya udara
Jauh dari kebingungan sehari-hari.
(Iwan Fals)
Gunung Ciremei yang puncaknya adalah Puncak Sunan Cirebon, dengan kawah kembarnya yang mempesona, berada di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Gunung ini berada di ketinggian 3.078 mdpl, dan merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat. Untuk mencapainya kita bisa menggunakan beberapa jalur: 1. Jalur Linggarjati, jalur ini adalah jalur yang sangat sering di lalui karena tantantangannya yang ajieb, bahkan ada yang bilang jalur ini akan kita rasakan bagaimana rasanya dengkul ketemu dada, wawβ¦. Karena keterjalannya itu membuat banyak pendaki yang ingin mencobanya.. 2. Jalur Palutungan, jalur ini mungkin lebih landai dibandingkan dengan jalur diatas, namun walaupun demikian treck yang akan kita lalui menjadi lebih panjang dan berliku. 3. Jalur Apuy, nah jalur ini berada di Kabupaten Majalnegka, 4, ini juga ada yaitu jalur Linggasana. Itulah sekilas tentang gunung ciremei yang akan kami tuju.
Liburan Natal ini, belum tahu aku mau kemana, dan masih blank di fikiranku. Empat hari kawan liburnya, empat hari. Jangan seperti kawan-kawan yang akan menggalau balau, jika tidak menghabiskan waktu bersama. hahahah (just kidding)β¦Sungguh waktu yang sangat menggoda untuk mengexplore keindahan alam Indonesia Raya ini. Untung ketika aku bertemu kang sobar, dan dia berbicara selintas mau mendaki gunung Ciremei, via Jalur Palutungan. aku langsung mengajukan diri untuk ikut mendaki dan langsung hunting tiket pada hari itu juga , alhamdullilah langsung dapat tiket kereta pp, yippy.
Dan keberangkatannya adalah tgl 22 des 2012 jam 16.05 menuju Cirebon Prujakan. Tiket aman kawan dan tinggal mempersiapkan fisik dan mental saja..rupanya ada kawan lain, (Titi) juga bertanya βKang liburan natal kemanaβ aku jawab βmau mendaki gunung Ciremeiβ, aku tawarkan βmau ikut?β. βya mauβ di bilang. Langsung aku yang hunting tiketnya, dan ternyata tiket kerera ekonomi sudah ludes terjual, ada satu-satunya kereta ekonomi AC, mau ga mau ya di beli juga.. Dan tiketpun di tangan..yipppyyyy
Tgl 22 Desember 2012, hari dimana kami akan berangkat menuju Cirebon, Aku tiba di stasiun Tanah Abang jam 14.45, masih sempat narkopian di stasiun. Aku tunggu Titi tak jua tiba, dan ada sms masuk darinya, βKang aku masih mencari taxi, dan tak ada taxi yang mau ke stasiun Tanah Abangβ, aku lihat jam, itu sudah jam 15.00. karena memang pada saat itu Jakarta sedang kena hujan badai, hujan yang sepertinya di tumpahin dari langit, guede kawan. Hujan yang membuat sebagian Jakarta tergenang dan menjadi danau, semua jalan banjir dan akses menuju ke stasiun tanah abang pun juga banjir. Banjir itu diterabas juga dan akhirnya banyak mobil yang mogok kawan, dan otomatis kemacetan dimana-mana.
Jam 15.45, ada lag isms, βkang aku lagi di sarinah, banjirβ, dan diapun turun menerabas banjir juga, sampai celananya basah kawan, perjuangan yang luar biasa. Aku pun demikian deg-degan, dan sms masuk lagi dengan nada pasrah. βKang kalo keretanya sudah datang ya sudah gpp di tinggal sajaβ karena memang pada saat itu sudah tidak mungkin untuk mengejar kereta. Namun kawan, ada keuntungannya juga dengan adanya hujan badai tadi bagi sebagian orang, termasuk kawanku ini, rupanya antara stasiun Manggarai dan stasiun Tanah Abang, rel keretanya terendam banjir dan otomattis juga kereta tertahan dan otomatis juga kereta kami belum jalan karena lokomotifnya masih ada di stasiun Manggarai. Dan otomatisnya lagi kawanku Titi jadi bisa ikut mengexplore gunung ciremei bersama. Ayeaayyy. Ku beri tahu satu hal kawan, dengan kejadian banjir tadi, ada pasangan suami istri dan anak balitanya jalan kaki, dari Bundaran HI menuju Stasiun Tanah abang kawan, bayangkan jalan kaki menerabas banjir, PR buat Paβde Jo, semoga dengan langsung di tumpahin airnya dari langit tadi, langsung ketemu sumber masalah banjir di Jakarta dan bisa segera di carikan solusinya.(intermezzo kawan)
Alhamdulliah jam 17.05 kawanku Titi tiba dengan tergopoh-gopoh dan basah kawan, langsung aku turun tangga untuk menuju kereta Brantas, hfiuh⦠dan kawan akhirnya kereta itu terlambat sampe 3 jam. Persis jam 18.45 kereta itu berjalan perlahan namun pasti meninggalkan Jakarta.
Pembelajaran yang dapat diambil dari kejadian ini adalah βwaktu itu sangat bisa menguji mental kita kawan. Dan kata kawanku dd Iis βDan yang ga pernah bisa di tawar itu adalah waktuβ. Sementara tim yang di stasiun Jakarta kota kereta sudah melaju dan tahukah kawan, rupanya dari tim itu juga ada yang ketinggalan kereta 2 orang (Eko dan Ibnu).oh iya kawann pendakian ini memang ada beberapa tempat meeting point, dari Stasiun Kota, Stasiun Tanah Abang, dan Stasiun Cirebon Prujakan.
Jam 22.30 kami tiba di stasiun Cirebon Prujakan langsung pesen narkopi dan Titi memesan makan, ujarnya dari yang kehujanan tadi belum makan dan di kereta ga nafsu, whaaaatts, nafsu..(intermezo). hehehe. Makanan di santap dan kopipun tandas. Kami bercerita sebentar tentang kejadian tadi sore di jakarata sambil menunggu kawan yang lain, wiwik, Rahma dan Ayu. Ga berapa lama Wiwik datang dan kini tinggal menuggu Ayu dan Rahma. Sekira jam 01.30 mereka datang dan langsung kita di antar menuju kuningan ke tempat Kang Adip, tempat kita istirahat oh iya, Adip yang mengantar kita ke rumahnya sudah tiba sebelumnya dan kamipun saling berkenalan satu sama lain karena memang kami belum kenal, hahahβ¦kembali kuberitahu satu hal lagi kawan, dengan adventure atau petualangan, kita akan selalu bertambah teman dan akan selalu terjaga tali silaturahmi. Dan kawan, dari alam banyak dari kita yang dipertemukan, mungkin jodoh juga kali yakβ¦.hmmmmm.
Ketika kami tiba di rumah Adip, teman-teman yang dari stasiun kota sudah pada tidur, Kang Sob, dd Iis, Dede, Awing, Eko. Aku pun akhirnya perlu istirahat untuk mengembalikan energi yang sudah keluar tadi, untuk kembali di keluarkan esok hari, karena esoknya adalah hari dimana memang benar-benar kita sangat membutuhkan fisik dan mental yang matang dan pastinya kebersamaan dan kesolidan tim yang akan mampu mengalahkan semuanya. Oh iya yang ketinggalan kereta tadi di Kota, yaitu Eko dan Ibnu akhirnya tiba juga di kuningan dan langsung di jemput oleh Adip sekira jam 03.00. hahahah seruuuu..lanjuuuuuuuttttt..
Tepat jam 07.45 kami menaiki mobil bak terbuka menuju kaki gunung Ciremei via Palutungan. Setelah mengurus registrasi dan repacking sebentar kami bersiap untuk memulai pendakian, menggapai asa, meraih mimpi menjadi orang tertinggi di tatar sunda. Waktu menunjukkan jam 08.20 di gerbang palutungan. Tak lupa kami berdoa untuk keselamatan kami selama pendakian, dan pendakianpun dimulai kawan. Alhamdulillah cuaca sepertinya mendukung pendakian kami. Langkah kaki kami masih teratur, kami beriringan bagaikan semut, melangkah pelan namun pasti. Jalanpun masih beraspal, itu yang membuat kami masih leluasa menginjakkan kaki kami di medan ini.
Medanpun berganti menjadi jalan setapak dengan kanan kiri kami kebun penduduk, wortel dan kol adalah salah satu pemandangan awal kami. Lama kelaman kami mulai terengah, keringat mulai membasahi kening dan nafaspun mulai mendengus bagikan kereta tua yang bertenagakan batubara.ngiikkk,,hhhuuuhhhβ¦ngikkkkβ¦huuuuuhβ¦ mungkin ini adalah adaptasi dari semua anggota tubuh kami. Walaupun treck masih landai dan bersahabat, namun itu membuat kami terengah juga kawan. Memang jalur Palutungan ini adalah jalur yang terkenal lebih bersahabat di bandingkan kita mendaki lewat jalur Linggarjati. Namun kawan biar demikian janganlah menganggap enteng setiap pendakian kawan, apapun pendeknya sebuah gunung itu. Apalagi menganggap remeh dengan orang lain kawan.
Kami terus melangkah. Dengan semangat membara untuk sampai tujuan pertama kami yaitu pos Cigowong, ya pos ini merupakan satu-satunya yang ada sumber air di gunung ciremei ini. Sebelum sampe pos ini kami berhenti sejenak untuk istirahat dan makan yang memang sengaja di bawa dari bawah tadi dari rumah kang Adip sebagai bekel untuk menambah energi kami. Sekira 10 menit istirahat kami melanjutkan perjalanan. Langkah-langkah kami masih teratur kawan. Mulailah kami memasuki area hutan yang lembab. Kami sempat istirahat sejenak untuk mengembalikan tenaga kami. Lanjut lagi kami berjalan setelah mengembalikan tenaga kami. Kami diam tak bersuara menikmati dengan kesendirian kita masing-masing.
Di depan kang Udin terlihat gagah dan terus berjalan. Sementara di tengah aku hanya bisa menikmati kesendirianku dengan suara gesekan daun dan aroma tanah yang khas. Lain lagi dengan Titi, yang memang dari awal sudah yakin bahwa dirinya hanya ingin menikmati kebersamaan dan menikmati libur natal ini, nafasnya tersengal. Keringat bercucuran di dahinya dan langkahnyapun sudah gontai, namun semangat itu luar biasa. Sementara kawan yang lain, eko1 dan eko 2, Ayu, Kang Anam, Adip, kang Sob, dd Paisal, Ibnu, Wiwik1, Wiwik2, dan Awing juga sepertinya menikmati dengan dirinya sendiri. Langkah merekapun sama, pelan namun pasti.
Tekad kawan-kawanku ini sungguh patut di acungi jempol. Semangat mereka luar biasa. Sekira jam 11.30, kami tiba di pos II, ya, pos tujuan kami, Cigowong. Kami istirahat dan ada juga beberapa kawan yang menunggu waktu Shalat Dzuhur. Kami menikmati kebersamaan ini, dan kawan sudah banyak pendaki lain yang beristirahat di sini. Mereka sama seperti kami istirahat dan memasak, dan pastinya diriku narkopian, srupuuut lagi ahhh⦠selesai shalat dan istirahat kami semua melanjutkan perjalanan. Dan di pos ini kami berbagi tugas, yang membawa tenda jalan duluan untuk mendirikan tenda di pos Pesanggrahan, dan memasak apa saja atau lebih tepatnya untuk mempersiapkan segala sesuatu untuk temen2 yang lain. Aku, dd Paisal, eko 1, eko 2 dan kang Udin membawa tenda dan berjalan di depan, sementara yang lain di belakang.
Aku berjalan melangkahkan kaki lagi dengan pasti. Langkahku sekarang ringan dan bertenaga, pos berikutnya adalah KUTA, menuju pos ini kita akan memasuki hutan dan ada beberapa pohon yang tumbang yang jelas akan menambah beban kita, karena mau ga mau langkah kaki kita harus mengangkat tinggi atau bahasa kami adalah ngajegang, hahaha. Belum lagi pohon-pohon yang membuat jalur tertutup karena batang-batang pohon itu membuat atap sendiri dan mau ga mau juga kita harus jongkok, hufthβ¦akhirnya dengan kesabaran aku tiba di pos KUTA, (1.690 mdpl). Aku istirahat sebentar untuk menambah oksigenku dengan mengambil sebatang rokok dan meminun air seteguk dua teguk.
Pos selanjutnya adalah Pangguyangan Badak (1.790 mdpl). Jalur ini mulai menanjak dan mulai menguras tenaga, batang-batang pohon yang tumbang mulai banyak, akar-akar pohon juga menambah medan menjadi lebih sulit, aku lunglai, langkah semakin berat dan nafas jelas sudah tidak beraturan. Namun semangat untuk menggapai asa menjadi orang tertinggi di tatar sunda kembali menguatkan tekadku, semangatku menggebu, walau fisik sepertinya sudah mulai rapuh, di tambah aku salah pijakan dan sempat membuat betis dan otot pahaku tetarik dan membuat kram sebentar, dan saktinya kawan, Counter*** (sensor dikit ah) bisa meredakan kramku.
Perjalanan aku lanjutkan menuju Pos Arban (2.030 mdpl), di pos ini kami sempat memasak air untuk menikmati narkopian sejenak, Aku, Kang Sob, dd paisal, Eko1 dan Eko 2 dan Dede. Nikmat sekali kawan kopi sore itu, kami saling menyeruput untuk kembali menambah energi kami. Sekali srupuuuut ahh⦠Sementara teman-teman yang lain masih jauh di belakang dan tak terlihat. Oh ya kawan, di pos ini kami terkena hujan, dan hujannya pun langsung lebat, siapkan mantel, kita akan berjalan menembus hujan. Kami terus berjalan lunglai sudah pasti, lelah jelas nafas semakin menggemuruh bagikan magma yang mau keluar kawan, namun sekali lagi tekad sudah dilekatkan, semangat sudah menyatu dengan langkah yang mengaliri darah-darah kami, kami terus melangkah dengan gontai namun pasti.
Kami berjalan lagi untuk mencapai pos Tanjakan Assoy (2.108 mdpl). Aku beristirahat cukup lama, sekalian juga menunggu teman-teman yang lain yang jauh tertinggal, 2 batang rokok menemaniku di tengah cuaca yang kurang bersahabat. Akhirnya kawan-kawan yang lain sudah terlihat dan sudah full team,. Dari Cigowong menuju tempat ini diperlukan waktu sekira 4,5 sd 5 jam perjalanan. Aku lihat Titi sudah pucat pasi, badan menggigil dan dia berkata, perutnya sepertinya mau kram, whaaaatss..namu dia yakin kan aku itβs ok, katanya.
Karena kesepakatan di awal tadi kita yang membawa tenda akan ngecamp di pos Pesanggrahan, Aku, Kang Sob, dd Paisal, Kang Udin, Awing, dan Dede melanjutkan perjalanan menuju ke sana, sementara yang bawa tenda lagi adalah eko1 dan eko2 masih di belakangku dan rupanya, itu sangat tepat mereka di belakang kami. Karena teman-teman yang lain ada yang tidak bisa melanjutkan ke pos Pesanggrahan karena kondisi dari mereka sudah tidak memungkinkan. Kang anam terserang kram perut dan kondisi Titi yang sedari tadi sudah sangat kedinginan, begitu juga dengan Ibnu yang menggigil, akhirnya mereka membuka tenda disana sekira 20 menit dari Pos Pesanggrahan.
Dari Pos Arban menuju Pos Pesanggrahan aku sendirian kawan, sendirian, hmmmm. hanya daun-daun dan gesekannya yang menemaniku, agak merinding juga, karena pada saat itu jam menunjukkan sebentar lagi akan maghrib dan ada pantangan jika maghrib datang sebaiknya pendakian di hentikan dahulu. Aku nengok ke belakang kosong kawan, aku tatap kedepan juga kosong, ayat-ayat suci terus aku lantunkan untuk menemani diriku dalam kesendirian ini dan rokok juga ga ketinggalan.
Di sini, di kesendirian ini aku teringat ucapan Andrea Hirata, bahwa jika ingin menjadi manusia berubah, ingatlah tiga hal, Sekolah, Banyak-banyak baca al-Quran dan berkelana atau mengembara. Aku sadar bahwa di kitab suci kita, tersimpan mutiara-mutiara ilmu, sekolah jelas, aku sudah tamat walau cuma seragam putih abu-abu, yang penting sekolah, wew. Nah baru aku ingat, yang terakhir berkelana, mendaki gunung, sendirian pula. Pengalaman ini yang membawaku ke tempat-tempat yang spektakuler yang sebelumya belum pernah aku gapai. Tantangan ganas itu, terjalnya medan, dinginnya udara yang menggelayuti kulitku, hujan badai, terjangan ombak ganas di selat sunda bersama kang Tege dan Abe dan sekarang dalam kesendirian itu rupanya semua itu memiliki ruangnya sendiri yang kemudian akan di isi oleh sebuah pengalaman yang menakjubkan. Kita akan berfikir tiga langkah ke depan sebelum langkah pertama diambil. Semua pengalaman itu kemungkinan besar akan mengubah mentalitas manusia yang paling bebal sekalipun.
Nah di Pos sebelum Pesanggrahan ada lokasi datar yang memungkinkan untuk membuka tenda, dan aku lihat Kang Sob, Awing dan Dede sedang memasak air, sepertinya mereka juga ga tahan dengan dingin, sambil menguyub kopi dan memakan mie sekadar untuk menghangatkan badan saja. Aku terus berjalan membawa tendaku untuk kemudian aku pasang tenda itu, karena kata Kang Sob, sebentar lagi Pos Pesanggrahan, aku terus lanjutkan perjalananku gontai, lunglai dan letih itu sudah menjadi satu kesatuan yang yang tak dapat di pisahkan. ya karena aku membawa tenda dan harus sudah mendirikan tenda disana. Ketika aku tiba, kang Udin dan dd Faisal sudah mendirikan tenda, aku pun langsung membanting tas carierku, buka tenda dan mendirikan tenda, hujan yang menemaniku kala aku mendirikan tenda dibantu kang Udin.Tenda siap dan kita pun membongkar kompor untuk memasak air dan ditemani secangkir narkopi untuk menghangatkan badan, oh iya sekarang M**o juga ga ketinggalan lho.
Ga lama kemudian Kang Sob, Dede, Awing tiba. Aku masih menunggu yang lain, eko1 eko2, Adip, Ayu, Rahma, dan Ibnu dan kang Anam.. rupanya mereka mendirikan tenda di bawah pos pesanggrahan. (Ibnu, kang Anam, Ayu, Wiwik, Rahma). Ya karena ada beberapa kawan yang kondisinya tidak memungkinkan untuk naik ke pos pesanggrahan, Adib, Eko1 dan Eko2 tiba di pos pesangrahan sekira jam 19.00. nah kawan moment inilah yang kita tunggu, memasak bersama, makan bersama dan menikmati dinginnya malam bersama. Kang udin menyalakan api unggun, kita tertawa ceria dan rupanya pendaki lain juga banyak sekali yang ngecamp di pos ini kawan. Sekira jam 10.30 aku masuk tenda dan istirahat, SB, syal, sweater, jaket, sarung tangan, kaos kaki kupluk telah siap dan zzzzzzzzzzzttt.
Jam 05.00 aku bangun dan teman yang lain juga terbangun, dingin menggigit tulang dan menjalari kulitku, namun aku paksakan untuk bangun, aku dan dd Paisal menyalakan kompor masak air dan narkopian lagi. Srupuuuut lagi ah kawan. Jam 06.45 kami muncak (Aku, kang Sob, dd Paisal, Adib, Eko1, Awing dan Dede). Kami berjalan beriringan jalurnya membuat kami terengah lagi kawan, tanjakan dan licin serta curam, namun seperti biasa kami lanjut dengan tekad bulat. Menggapai asa menjadi orang tertinggi di Tatar Sunda. Tak berapa lama kami tiba pos Sanghyang Ropoh (2.590 mdpl),
kami istirahat sejenak, menikmati udara segar. Setelah melewati pos ini kita akan menjumpai banyak pohon centigi dan edelweiss ya, pohon khas di ketinggin dan merupakan symbol dari keabadian. Aku terus melangkah, langkah gontai, kaki sudah mulai ga connect lagi dan fikiran sudah mengambang kawan. Berkunang-kunang kawan, medan semakin berat, tanjakan dengan kemiringan hampir 70u00E2u0097u00A6, harus kami lalui, pelan langkah kami kami berhenti, jalan lagi, 10 langkah, berhenti lagi, hufthhh. Namun kembali tekad itu ada di depan mataku.akhirnya aku bisa melaluinya. Setelah itu kita akan bertemu dengan percabangan (2.700 mdpl) yang menuju ke Apuy dan ke Kawah Gua Walet. Jalur masih terjal dengan batu-batuan besar dan jika tidak hujan, batuan ini sangat licin dan berbahaya.
Aku tiba juga di Pos Goa Walet, ya pos dimana ini bisa menjadi pos atau kita bisa ngecamp di bawahnya karena luasnya dataran itu dan mampu menampung beberapa tenda dan juga ada sedikit kehidupan disana dengan adanya tetesan-tetesan air yang keluar dari sela-sela batuan itu. Aku istirahat sejenak untuk berpose. Hayoo sebentar lagi kita akan menjadi orang tertinggi di tatar sunda kawan, gumamku dalam hati. Kami berjalan pelan, pelan dan sangat pelan, dengan sisa-sisa tenaga yang ada. Kang Sob dan dd Paisal dan dd di depan, aku di belakangnya, semantara adip dan Eko mengikuti dari belakang, bau belerang sudah muali terasa baunya walaupun tidak terlalu menyengat.
Aku tiba kawan. Kakiku menginjakkan kaki disana, Aku berada di tepi kawah kembar puncak sunan cirebon. Aku menjadi orang tertinggi di tatar sunda sekarang ini. Lunas kawan, Impas, semua kelelahan itu, tandas, lenyap dan hilang seiring dengan bergantinya kabut yang dibawa angina menuju kecerahannya cuaca puncak, kawah kembar itu begitu besar, dengan tebing-tebingnya yang terlihat sangat ganas kawan.
aku lihat ada seonggok batuan yang menyerupai muka manusia menempel diantara dinding tebing itu. Subhanallah. Kami semua bersalaman dan berpelukan. Moment ini, ya di moment inilah bendera merah putih berkibar kawan. Haru, jelas, karena kita masih bisa mengibarkan bendera di ketinggian 3.078 mdpl.
Terima kasih kepada sahabat alam Kang Sob, dd Paisal, Adip, Eko1, Eko2, Awing dan dd ,Titi, Wiwik, Rahma, Ayu, Kang Udin, Ibnu dan Kang Anam. Atas kebersamaannya, kesolidannya, keceriaanya, yang kalian ciptakan. Dengan dingin kita akan tahu betapa hebatnya hangat itu, kehangatan dari sebuah persahabatan jelas lebih hebat dari hangatnya kemunafikan., Dengan kelelahan kita akan belajar menjadi jiwa yang kuat dan tegar, dengan kesabaran dan tekad yang kuat, segala sendi kehidupan dapat kita gapai, seperti kita bias menggapai asa menjadi orang tertinggi di tatar sunda. Srupuuuutttttt.salam ngopi2 ah gan.
(gst/gst)
Komentar Terbanyak
Koper Penumpangnya Ditempeli Stiker Kata Tidak Senonoh, Transnusa Buka Suara
Kronologi Penumpang Lion Air Marah-marah dan Berteriak Ada Bom
Pendemo Tolak Kapal Pesiar Bawa Turis Israel Berlabuh di Yunani