Keajaiban Mata Air Pastor dan Hikayat Santo Fransiskus
Jumat, 15 Mei 2020 09:01 WIB
Christian Saputro
Jakarta - Di Maumere, ada sebuah destinasi wisata religi bernama Wair Nokerua atau Air Pastor. Ada kisah tentang mukjizat Santo Fransiskus di sini. Seperti apa kisahnya?Wair Nokerua artinya Air Pastor, bermakna air yang ditemukan seorang Pastor. Konon dulu ketika Santo Fransiskus Xaverius menjejakkan kaki di kawasan ini memakai tongkatnya, kemudian memukul dinding batu cadas mengalirlah air dari lubang gua tersebut. Kini kawasan ini menjadi salah satu tujuan wisata ziarah di Maumere.Dari sebuah gua di tebing batu curam mengalir air tawar jernih tanpa henti. Tempat ini pun dinamai Wair Nokerua oleh masyarakat setempat. Dinding batu cadas dipukul Santo Fransiskus memakai tongkat dan seketika mengalirlah air dari lubang gua tersebut.Wair dalam bahasa Sikka berarti air, sementara Nokerua diadopsi dari bahasa Latin yang berarti Pastor atau orang suci.Setelah ziarah, biasanya peziarah langsung berwisata ke pulau Nusa Kutu yang lokasinyatak jauh dari Wair Nokerua.Gua Berbentuk ElipsDari ujung pasir putih, pengunjung harus menaiki batu karang rata setinggi 1 meteran sepanjang 5 meter atau bisa berjalan di laut di ujung batu karang jika air laut sedikit pasang. Namun jika air lautnya surut, maka pengunjung dapat berjalan melewati pasir tersebut mengitari ujung batu karang.Menurut Rofinus Rugu, pantai Nokerua ini dangkal dan terdapat suatu laguna, pada sisi paling barat dari hamparan pasir putih. Pada kaki tebing Nokerua terdapat gua-gua kecil. Di ujung dari lengkungan perbukitan yang agak menjorok ke laut terdapat bebatuan kokoh yang akan terendam air laut saat pasang."Dari hamparan tebing terjal tersebut, kurang lebih 20 meter dari lengkungan tanjung dari pasir putih.Β Kita selanjutnya menemui gua kecil berbentuk elips dengan kedalaman sekitar 1,5 meter dari mulut gua dengan tinggi sekitar 0.5meter. Dari dalam gua tersebut mengalir air dengan debit sekitar 0,5 liter per detik," kata Rofinus."Air di sini dangkal sekali. Kalau air surut baru kita bisa melihat gua tempat Wair Nokerua.Tapi jika air pasang guanya tertutup air laut. Dulu juga tidak ada pulau karang di depan lokasi ini namun setelah gempa dan tsunami tahun1992 pulau karang itu muncul," ujarnya.Jika dilihat, atol sepanjang 400 meter tersebut membentang dari ujung timur hingga ke barat melewati lokasi Wair Nokerua berbentuk busur (cembung) seakan melindungi Wair Nokerua dari terjangan ombak. Terlihat tiga buah perahu nelayan menyusuri sisi timur dan masuk ke bagian dalam atol dan merapat ke pasir putih Wair Nokerua."Pantai ini biasa kami jadikan tempat perahu nelayan melego jangkar dan beristirahat sambil menunggu saat malam baru pergi mencari ikan. Perahu nelayan kami juga aman kalau ada musim badai karena ada gugusan batu karang tersebut yang bisa menahan gelombang besar," paparnya.Di kawasan ini terdapat 4 buah bale-bale dari bambu yang dibangun para nelayan persis di bawah tebing terjal yang menjorok keluar. Tebing ini melindungi mereka dari panas mentari dan hujan. Sesekali kita akan melihat aktivitas beberapa nelayan sedang memasak, mencuci pakaian dan mandi memakai air Wair Nokerua.Hikayat Santo FransiskusWair Nokerua seperti dikisahkan Yohanes Koko, warga Kolisia yang ditemui di pantai Wair Nokerua. Konon pada zaman dahulu ada seorang penyebar agama kristen bernama St. Fransiskus Xaverius bersama rombongannya hendak menyebarkan agama di pulau Flores.Pada saat itu mereka berlayar melewati pantai Alok Matang, sekarang disebut pantai Nangarasong, dan persediaan air di kapal mereka habis. Maka Fransiskus tutur Yohanes memerintahkan anak buahnya untuk menepi ke pinggir pantai.Santo Fransiskus Xaverius pun turun dan memperhatikan keadaan pesisir pantai yang terdapat sebuah bukit yang gersang dan dalam bukit itu terdapat beberapa buah gua yang mungkin digunakan masyarakat sekitar untuk beristirahat. Fransiskus lalu berjalan menuju salah satu gua dan ia membuat suatu mujizat.Kemudian Fransikus berdoa, lalu menengadah ke langit dan mengetuk batu dalam gua itu sebanyak tiga kali. "Dari dalam gua seketika mengalir air yang sangat jernih dan membuat masyarakat setempat yang datang dan ikut menyaksikan merasa senang dan terheran-heran," jelasnya.Masyarakat setempat, tutur Yohanes, menyebut Fransiskus orang suci dan sakti. Setelah air tersebut mengalir, Santo Fransiskus bersama rombongannya bersama sama dengan masyarakat meminum air ajaib itu dan mengisi tong-tong di kapal mereka hingga penuh.Sebelum meninggalkan masyarakat, Santo Fransiskus cerita Yohanes juga membaptis orang orang Alok matang tersebut menjadi seorang kristiani.Selepas itu Fransiskus, tambah Yohanes, berjalan melanjutkan perjalanan mereka menuju pulau Babi, menyusuri pulau Flores ke arah timur, dan kembali melewati pantai selatan dan merapat di Bola serta Sikka dan menyebarkan agama di sini.Kawasan wisataHironimus Roga menambahkan, saat hari minggu atau libur banyak peziarah maupun biarawan atau biarawati mengunjungi tempat ini. Biasanya mereka membawa lilin dan berdoa di tempat tersebut. Air terebut sangat jernih, mengalir pada batu-batu yang menjadi salurannya. Tidak ada butiran pasir ataupun tanah yang turut keluar bersama air tersebut."Biasanya pengunjung juga berdoa di tempat ini dan mengambil air untuk dibawa pulang. Air tersebut diyakini sebagai air suci yang berkhasiat karena air ini ada karena muzisat yang dibuat Santo Fransiskus," sebutnya.Di tebing tersebut, terdapat beberapa gua tapi hanya tiga gua yang agak sedikit besar sementara gua Wair Nokerua merupakan gua yang paling besar dan dalam. Gua-gua tersebut terjadi akibat gerusan ombak.Areal pantai dan tanah di sekitar tempat itu, papar Hironimus,Β sudah dibeli oleh seorang pengusaha Flores asal dari kabupaten di bagian Barat Flores. Dari informasi yang dirinya peroleh, tempat tersebut akan dijadikan tempat wisata.Sekitar sekira 300 meter dari depan jalan negara kita akan jumpai sebuah patung malaikat berwarna putih kusam. Patung ini yang jadi satu- satunya tanda yang meyakinkan kita bahwa di sekitar tempat tersebut terdapat Wair Nokerua.Selain mengunjungi Wair Nokerua,pengunjung juga bisa memanjakan mata menyaksikan pemandangan pulau-pulau di depannya sambil berenang di air laut yang terlihat bagai di dalam kuali atau menyerupai kubangan karena dikelilingi atol. Jika musim panas tiba, rerumputan yang tumbuh di atas batu-batu cadas mengering terlihat seperti kapas.Pulau Mungil Nusa KutuMenyambangi Wair Nokerua tak lengkap rasanya bila tidak menyeberang ke sebuah pulau kecil nan eksotis di sisi baratnya. Pulau yang tidak termasuk dalam gugusan pulau yang ada di kabupaten Sikka ini seakan luput dari perhatian. Namun pulau mungil yang dulunya bergabung dengan daratan ini tampak bak seorang bayi diapit dua bukit di depannya yang bisa diibaratkan orang tua baginya.Saat melihat pemandangan di sekitar Wair Nokerua terpesona oleh sebuah pulau kecil yang terlihat hanya beberapa ratus meter di depannya. Pulau gersang yang ditumbuhi rerumputan dan beberapa pohon kecil ini terasa mempesona di sekitar hamparan sawah yang terendam air asin.Uniknya pulau ini, jika air laut surut dari kejauhan terlihat beberapa pohon dan deretan pasirΒ yang tersusun rapi bak jembatan menyatukan dirinya dengan daratan. Pasir putih dan bebatuan tersebut sebagai jalan penghubung antara daratan dan sang pulau. Ketika air pasang maka jembatan ini akan hilang dan tinggalah sang pulau menyendiri.Diselimuti rasa penasaranΒ perjlanan dilanjutkan ke arah barat desa Kolisia. Mumpung air laut sedang pasang, tak ada salahnya bila melepas penat sekalian mengabadikan keunikan dan keindahan pulau ini. Pulau Nusa Kutu pun seakan menantang siapa pun untuk menyinggahinya menemukan jawaban keunikannya.Melintasi Hutan BakauBerjarakΒ 20 kilometer arah barat kota Maumere, kita akan memasuki desa Kolisia di kecamatan Magepanda. Bila memakai kendaraan, maka kendaraan roda empat bisa diparkir di dekat pintu perusahaan budidaya mutiara di dusun Kolisia.Kalau ingin memacu andrenalin sebaiknya bisa memakai mobil off road dan motor trail.Kita akan merasakan sensasi menyusuri pesisir pantai melintasi hutan bakau membelah areal persawahan hingga ke pinggir pantai.Jika ingin berjalan kaki perjalanan dapat ditempuh menyusuri pematang sawah tadah hujan yang dipenuhi tanaman kacang hijau, menyusuri hutan bakau mengitar sejauhΒ 500 meteran. Jalan ini pun sulit dilewati bila air laut sedang pasang karena akan dipenuhi air laut.Jika dilihat dari kejauhan, pulau Nusa Kutu berada di ujung daratan selat. Di perairan selat tersebut dipenuhi keramba - keramba mutiara yang dibudidayakan. Dipesisir pantai Nanga terdapat beberapa rumah darurat yang dibangun nelayan Bajo asal Wuring untuk melepas penat selepas melaut.Kepenatan terbayar ketika menatap dua bukit Nanga yang gersang sambil memandangi genangan air laut di areal persawahan. Rimbunan pohon bakau menjadikan aneka burung betah beterbangan memperdengarkan suara kicauan. Melepas penat sebentar dibawah puluhan pohon asam yang berjejer di pesisir pantai, perjalanan pun terpaksa dilanjutkan.Berburu dengan waktu seraya memperhitungkan air laut yang sedang surut, perjalanan ke pulau Nusa Kutu pun dilanjutkan. Kita akan menyusuri deretan pasir putih dengan satu dua pohon di sekitarnya sejauhΒ 100 meteran hingga menginjakan kaki ke pulau Nusa Kutu.Melanggar Pantangan LeluhurGaudensia Gedo warga Kolisia menuturkan, dahulunya pulau ini menyatu dengan daratan, namun setelah terjadinya gempa bumi dahsyat dan tsunami yang melanda Flores di tahun 1992, pulau ini terpisah dari daratan.Dulu bukit Nanga bersatu dengan deretan pulau ini. Lahan sawah yang diapit dua bukit di depannya sebut Gaudensia, juga dulu masih bisa ditanami. Namun setelah itu air laut naik hingga merendami areal persawahan dan bertambah tinggi dari tahun ke tahun sehingga areal ini tidak bisa ditanami dan dibiarkan terlantar."Kalau air pasang, jalan ini tidak bisa dilewati. Air laut akan masuk dari arah barat memenuhi hutan bakan. Air laut juga mengenangi hampir semua areal di depan dua bukit ini sehingga terlihat seperti kubangan. Kalau di deretan pohon asam sampai ke pesisir pantai sebelah utara tidak tergenangi air laut karena daerahnya sedikit lebih tinggi. Tinggi air laut yang menggenangi areal ini bisa sampai selutut sehingga hampir tidak ada orang yang ke pulau Nusa Kutu kalau air laut sedang pasang," ujar wanitaΒ yang sedang memilih buah asam di pantai.Ibrahim Nura dan Antonius Wangga warga Kolisia yang merupakan pemilik tanah di sekitarΒ pulau ini yang ditemui di desa tersebut menjelaskan dahulunya di sekitar pantai ada sebuah perkampungan yang berhadapan dengan laut utara Flores. Kehidupan masyarakat kampung tersebut berubah total setelah timbul sebuah malapetaka. Semua warganya secara tiba-tiba saja saja mengalami kebutaan total.Kebutaan yang membuat panik warga setempat terjadi akibat pantangan yang telah diwariskan nenek moyang mereka dan ditaati secara turun temurun dilanggar. Kejadian berawal ketika dua perempuan buta usai mengumpulkan kayu bakar memanggil anjing seolah berbicara dengan manusia.Akibatnya semua warga di kampung tersebut mengalami kebutaan. Hujanpun turun terus menerus selama beberapa hari. Air laut kemudian naik dan akhirnya menutupi kampung tersebut. Wilayah tersebut sekarang dikenal dengan nama Teluk Kolisia.Dihuni KambingSelepas menapaki ketinggian pulau Nusa KutuΒ sekira 6 meter dan mengitari pulau sepanjangΒ sekira15 meter dengan lebar sekira 5 meteran rasa-rasanya kaki ini penat. Bukit-bukit terjalnya seakan menantang membuat penulis harus berkejaran dengan waktu karena sebentar lagi air laut akan pasang. Tak terasa, sudah sejam lebih kaki ini melangkah di setiap sudut pulau tandus ini, melompat dari bukit kecil ke bukit satunya yang lebih besar di depannya.Saat menyusuri jalan pulang, nampak beberapa kerbau dan sapi melepas penat di kali. Ada juga yang berkeliaran di areal persawahanΒ yang masih ditumbuhi sedikit rumput akibat dilanda kekeringan.Dari kejauhan, deretan bukit gersang menawan mata dan menampakan sebuah pemandangan yang menawan untuk diabadikan.Saat dijumpai di bawah rindangnya pohon mangga, di desa Kolisia, beberapa wanita yang sedang asyik merapikan tumpukan sayuran sehabis panen meluangkan waktu untuk berceritera mengenai Nusa Kutu.Dikisahkan MargarethaΒ dulunya pulau Nusa Kutu dihuni ratusan ekor kambing yang dilepas oleh Aloisius Walo (almahrum) dan anaknya Kanisius Wisang. Kalau air laut surut, kambing-kambing tersebut kadang pergi sampai ke daratan dan kembali lagi kalau siang sebelum air pasang. Kadang juga mereka terlambat pulang sehingga ada yang sering mati tenggelam."Kalau mereka makan tanaman milik penduduk di sawah maupun pekarangan rumah ada penduduk yang membunuhnya. Sekarang juga masih ada tapi tinggal beberapa ekor saja," sebutnya.Emilinda Buka warga dusun Edo mengatakan tanah di sekitar pulau merupakan milik bapak Lari, bapak Nita selaku ketua adat dan juga kepunyaan bapak Ibrahim Nura dan Antonius Wangga.Pulau Nusa Kutu sebut Emilinda dulunya tersambung dengan daratan teluk Kolisia. Namun selepas gempa bumi dan tsunami dahsyat tahun 1992 daratan tersebut tergerus air dan seakan terputus.Daratan di depannya juga dipenuhi air laut dan area genangan air laut bertambah luas dari tahun ke tahun.Kalau hari Minggu suka ada orang yang ke pulau tersebut. Tapi kalau ke sanaΒ harus menunggu air laut surut, biasanya pagi hari. Di sekitar pantai Magepire ada tinggal beberapa nelayan suku Bajo dari desa WuringΒ yang buat rumah darurat."Bila di tata dengan baik pulau ini bisa dijadikan tempat wisata apalagi hutan bakaunya rimbun sekali dan banyak burung di sana," jelasnya.Paket WisataJika ditata dengan baik seperti pinta Emilinda tentunya ini akan menjadi salah satu destinasi wisata. Ada baiknya lokasi wisata ini jadi satu paket dengan kunjungan ke Wair Nokerua yang berada beberapa ratus meter ke arah timur dari Nusa Kutu, Bukit Tanjung dan pantai Kajuwulu yang memesona.Dari pulau mungil ini pula, pandangan kita akan bertemu berbagai panorama cantik yang tersaji di daratan Flores. Mulai dari pegunungan, padang sabana sampai deretan pesisir yang terkenal dikalangan wisatawan domestik dengan sebutan Tanjung Satu.Dari tempat eksotis Nusa Kutu ini pula Teluk Kolisia menjadi bagian yang menghadirkan berbagai kesejukan. Siapa sangka, dahulunya teluk ini merupakan hamparan perkampungan yang ramai sebelum bencana datang akibat melanggar pantangan leluhur. Pulau Nusa Kutu memang unik dan menantang untuk dikunjungi.Menuju Wair NokeruaTerletak sekira 15 kilometer arah barat kota Maumere, Wair Nokerua dapat dijangkau dengan menumpang angkutan pedesaan dari kota Maumere menuju Magepanda dari Taman Kota atau dengan mengendarai kendaraan bermotor.Menyusuri jalan negara Trans Utara Flores, kita akan tiba di desa Kolisisa kecamatan Magepanda. Dari dusun Nangarasong perjalanan dapat ditempuh dengan berjalan kaki atau mengendarai sepeda motor menyusuri jalan setapak berdebu sejauh Β± 500 meter ke arah utara.Pengendara motor harus berhati-hati karena melewati jalan sempit di tepi sawah dan berbatu. Ada jalan mobil yang mendaki melewati tebingΒ dan menuruni kali tapi jalan ini sudah tertutup karena jarang dilewati kendaraan.Sepeda motor diparkir di bawah tebing di pepohonan asam dan pengunjung harus berjalan ke arah barat sejauh Β± 300 meter. Tantangan pertama dijumpai. Sebuah tebing setinggi Β± 7 meter dengan kemiringan Β± 450 derajat harus dilewati. Walau jalan tersebut terlihat bekas digusur dan hendak dilewati kendaraan roda empat, namun jalan tebing tersebut masih belum bisa dilewati kendaraan. Batu-batu besar berserakan sehingga pejalan kaki harus berhati-hati mendaki dan menuruni tebing tersebut.Selepas menuruni tebing kita akan menyusuri pasir putih sejauh sekira 250 meter. Sisi selatan pasir putih sejauhΒ 20 meter tampak tebing-tebing curam gersang dengan rerumputan yang mengering.Β BiasanyaΒ penduduk sekitar menggembalakan kudanya di bawah tebing curam tersebut yang terdapat padang rumput hijau.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!