Perjuangan Menuju Situ Cisanti di Sungai Citarum
Sabtu, 24 Sep 2016 11:43 WIB

MUHAMMAD MACHROJAN
Jakarta - Hulu Sungai Citarum di Situ Cisanti memang terkenal indah. Tapi untuk menuju ke sana, butuh perjuangan di jalan yang tidak mudah.Pada hari Jumat (16/09/2016) kita melakukan perjalanan yang penuh dengan perjuangan berlar-lari mengejar bus dari pol Jakarta ke Bandung. Tadinya kita berniat mengunakan jasa kereta api, tapi kita beralih ke angkutan bus karena mengejar waktu agar tidak kemalaman sampai bandung.Perjalanan kami di mulai dari pukul 04.30 sore sampai di Bandung pukul 08.00 malam. Karena sepanjang perjalanan macet di mana-mana. Setibanya di Bandung, kami disambut dengan hujan rintik-tintik setelah itu harus menggunakan angkot menuju rumah paman atau nenek kami yang berada di Pagarsih.Sampainya di rumah hujan mulai turun agak deras. Tak apa-apalah biar hujan ini menjadi berkah. Saya kita hujan akan turun sebentar saja ketika kami bangun pagi untuk melaksanakan sholat subuh, ternyata hujan masih turun. Kami agak sedikit cemas apakah hujan ini akan turun terus hingga siang harinya. Gimana nanti pas camping di sana? Jam sudah menunjukan pukul 07.00 pagi, hujan masih turun juga. Akhirnya saya minta paman tolong didrop sekitar jalan Asia-Afrika. Sesampainya di sana hujan masih rintik-rintik dan akhirnya kami jalan kaki menuju Hotel (point pertemuan) dengan badan sedkit agak basah.Di sana kita disambut dengan ramah dari team detikTravel. Kita menunggu di dalam lobby sambil mengeringkan baju kita yang tadi terkena sedikit hujan. Berselang waktu kita diajak untuk menuju lantai 9. Di sana ada beberapa orang yangΒ sudah datang untuk ikutan acara detikTravel goes to Citarum. Kami dikumpulkan dalam ruangan itu berkenalan satu dengan yang lainnya serta berbagi cerita datang dari mana, mengunakan apa dan berangkat jam berapa.Di dalam ruangan itu kita bersunda gurau (Bercanda-canda). Apalagi saya pertama kali ikut dalam acara ini. Sungguh menyenangkan sekali. Tak berapa lama dari pihak detikTravel membuka acara dan mereka memulai pembicaraan sedikit tentang Situ Cisanti - Citarum.Serta apa saja kegitan yang akan kita lakukan di sana dari hari Sabtu Siang hingga Minggu siangnya. Tak berapa lama orang-orang tersebut sampai juga, kami siap-siap menuju bus yang suda menunggu kami di depan Ibis Budget Hotel.Alhamdulilah hujan sudah reda, matahari pun bersinar. Kita memulai perjalanan kurang lebih 2,5 jam dari jalan Asia-Afrika menuju Citarum. Setibanya di sana, kami mulai memasuki daerah Pegunungan Citarum. Kita melihat pemandangan dan ladang sayur-mayur yang sangat menakjubkan. Tapi kalian samua jangan salah paham dulu. Dahulu kala itu banyak pohon-pohon yang tumbuh dan karena ketidaktahuan masyarakat tersebut guna pepohonan adalah agar tidak terjadinya longsor. Tapi masyarakat tesebut tidak memperdulikan peringatan itu, dan akhirnya kita sampai juga di tempat Situ Cisanti - Citarum. Kita dibagi beberapa team/kelompok, ada yang 1 kelompok 4-5 orang, ada juga kelompok khusus untuk wanita.Setelah dibagi kelompok, kita memulai gotong royong membangunkan tenda. Jujur ini pertama kali saya membuat tenda dan camping di alam terbuka. Akhirya tenda kami pun jadi juga, barang-barang kami mulai dimasukkan ke dalam tenda.Tak lama kemudian makanan untuk makan siang sudah datang. Kami makan bersama berlasakan daun pisang yang biasa disebut Botram. Kami semua makan makanan tersebut dengan lahapnya sambil bercanda-canda.Tak berapa lama setelah makan kita diajak sedikit bercerita tentang Citarum zaman dahulu oleh bapak Dudung. Setelah itu kita mulai beranjak menuju Citu cisanti sambil membawa kantong plastik untuk mengambil sampah-sampah yang berada di sekitar Situ Cisanti.Pas kita menelusuri sekitar danau saya sungguh terkejut akan banyaknya sampah berserakan dimana-mana hingga di dalam danau tersebut. Dalam perjalanan menuju mata air kita di dampingi dengan kang Agus.Banyak pengetahuan yang di berikan oleh kang Agus. Kita pun diajak ke 7 mata air (Citarum,cikahuripan,cikoleberes,cihaniwung,cisadane,cikawudukan dan cisanti). Setelah kita sampai di salah satu mata air, para d'Traveler mulai mencuci muka dan membasuh ke tanggan. Tapi jangan sampai terbalik, ternyata mata air itu di pisah. Ada yang khusus untuk wanita dan ada pula yang khusus pria.Saya sendiri menikmati air tersebut, betapa bening dan segarnya mata air tersebut. Kata kang Agus mata air ini dapat diminum langsung karena kandungan mineralnya lebih bagus dari kemasan air botolan yang dijual di pasar, supermartket dan lainnya.Kang Agus bilang tiap tahunnya ada ritual pertukan air, contohnya air yang dari Hulu di bawa menggunakan bambu panjang yang di lubangi dalamnya. Dibawa ke hilir, begitu juga sebaliknya dari hilir ke hulu.Kang agus juga bilang, banyak orang-oarang dari luar negeri membawa sample mata air tersebut untuk diteliti kandungan air tersebut. Sambil kita meninggalkan mata air tersebut kita beranjak ke makam Dipati Ukur yang tidak jauh dari mata air tersebut.Perjalanan kurang lebih 5-10 menit. Di sana kita disambut dengan seorang ibu-ibu paruh baya yang menjelaskan area makam tersebut, mulai dari petilasan Dipati Ukur hingga batu-batu yang terletak di area makam.Setelah dari makam tersebut kita melanjutkan perjalanan hingga titik Nol citarum. Tapi kita tidak lupa, tetap mengambil sampah-sampah yang ada d sekitar danau tersebut.Waktu sudah menunjukkan malam hari. Tak lama kita melihat sebuah dermaga kayu. Banyak dari penduduk sana yang tiap hari mancing di danau tersebut. Banyak ikan-ikannya yang berkembang biak dan tumbuh besar secara alami.Malam harinya kita santap malam dan mengikuti acara tanya jawab dengan kang Agus berserta teman-teman nya. Setelah acara tanya-jawab kita mengadakan acara api unggun sekaligus acara perkenalan team dan pesertanya masing-masing.Acaranya sangat lucu, dan gelak tawa pun pecah. Tak terasa waktu sudah malam dan kita beristiraht di tenda masing-masing kelompok. Kita pun tertidur dengan nikmat (biar pun banyak yang ngorok dari tenda-tenda yang lain)Tak terasa sudah pagi hari. Sebagian orang sudah berburu foto mengejar sunrise dan ada pula yang mulai mandi dan ada pula sebagian yang menunaikan ibadah sholat subuh.Β Sebelum kita menuju perternakan sapi dan tata cara pengolahan limbah kotoran sapi, kita makan pagi dulu dan briefing membuat trending topic di Twiter dengan #selamatkan citarum.Walhasil kita bisa ada di urutan no 2 setelah PersibDay di topic tranding Twiter. Kita akhirnya menuju perkampungan perternakan sapi dan pembuatan biogas. Selama dalam perjalanan kaki kita disuguhkan dengan pemandangan yang begitu indah dari luar, tapi siapa sangka di luar Situ Cisanti begitu indah tapi di dalam situ cisanti banyak sampah yang berserakan.Sesampainya di pemukiman penduduk kita ditunjukkan langsung cara pembuatan biogas (kalau tidak salah 1:3 maksudnya 1 scope kotoran sapi yang di masukan ke dalam lubang pembutan biogas di tambahkan 3 ember air setelah itu diputar menggunakan alat yang di dalam lubang tersebut) Gas tersebut masuk ke dalam pipa-pipa yang langsung menuju tungku gas itu. Kunjungan kami tersebut sekitar 1-1,5 jam, dan kita melanjutkan perjalan menuju kandang sapi komunal yang terletak agak sedikit jauh dari dari perternakan sapi tersebut.Dari komunitas d'Traveler menelusuri perkebunan sayur mayur. Sesampainya kita melewati rumah warga masih ada 15% penduduk sekitar yang langsung membuang limbah kotoran sapi dalam aliran air (got) yang ujungnya langsung menuju aliran Citarum. Sungguh-sunguh mengejutkan.Tak berapa lama kita sampai di kandang sapi komunal yang kotoran tersebut tidak langsung dibuang ke kali tetapi kotoran sapi tersebut diolah menjadi pupuk kandang dan berguna untuk warga sekitar.Hari sudah siang dan kami bergegas meninggalkan kandang tersebut menuju bus yang akan menghantarkan kita ke point pertemuan di hotel yang pertama kali kita kumpul.Itulah sebagian cerita kami mulai dari Jakarta hingga sampai di Citarum tersebut. Semoga cerita ini akan menjadi isnpirasi buat d'Trveler yang lain ya.
Komentar Terbanyak
Foto: Momen Liburan Sekolah Jokowi Bersama Cucu-cucunya di Pantai
Layangan di Bandara Soetta, Pesawat Terpaksa Muter-muter sampai Divert!
Wapres Gibran di Bali Bicara soal Pariwisata, Keliling Pasar Tradisional