Mengejar Sunrise di Puncak Kuta Malaka, Aceh
Senin, 27 Apr 2015 13:20 WIB

Zikirullah Alfarisi
Jakarta - Aceh memang memiliki pesona alam yang menggoda. Salah satunya tentu Puncak Kuta Malaka. Selain bisa kemping sambil menanti indahnya sunrise di sana, Anda juga bisa melihat indahnya Air Terjun Kuta Malaka yang indah. Mau?Seperti biasa, setiap akhir pekan dan apabila tidak ada halangan, saya dan beberapa teman-teman lintas komunitas akan melakukan trip dan camping ketempat-tempat wisata. Sabtu 28 Februari 2015 lalu, saya ditemani Sayed, Iqbal Perdana, Sayed Iqbal, Mirja, Taufik atau Bang Manah, dan Khairul Mubarak akan melakukan trip ke puncak Kuta Malaka.Perbukitan Kuta Malaka terletak di Pemukiman Samahani, Kecamatan Kuta Malaka, Aceh Besar. Di atas bukit ini Anda bisa menyaksikan lanskap dengan hamparan sawah nan hijau, begitu juga pepohonan di tengah-tengah pemukiman penduduk yang asri. Dari Banda Aceh, Anda harus menempuh perjalanan sepanjang 45 km atau kurang lebih sekitar 20 menit. Satu-satunya petunjuk yang mengarah ke lokasi Kuta Malaka adalah sebuah papan nama penunjuk bertuliskan PT Kuta Malaka Lemonia.Kami terus memacu kendaraan menuju salah satu desa di Kecamatan Kuta Malaka. Kami memasuki hutan Kuta Malaka sekitar pukul 22.30 WIB, suara sepeda motor kami dan candaan kami seketika memecah kesunyian malam waktu itu. Kami memacu kendaraan masing-masing sambil mendaki, perjalanan ke puncak Kuta Malaka tersebut masih dapat dilalui denganΒ menggunakan sepeda motor.Dalam perjalan sejauh 30 kilometer, Anda akan melintasi jalan yang masih berupa tanah merah. Tidak bisa dibayangkan jika memasuki musim hujan jangan harap bisa melewati jalan tersebut dengan mudah. Jalanannya akan becek ditambah lagi kita mesti melewati enam anak sungai serta ada juga tanjakan yang lumayan terjal.Jalanan ke Puncak Malaka yang terbilang tidak bagus tersebut harus kami lewati lebih kurang delapan kilometer. Jalan berbatu dan dakian yang curam mengharuskan saya turun dari motor. Akhirnya setelah melakukan perjalanan selama lebih kurang sekitar 50 menit saya dan rombongan akhirnya sampai ke puncak.Dari puncak Kuta Malaka ini, ketika malam hari Anda akan melihat penampakan malam kota Banda Aceh dan Aceh Besar dari ketinggian lebih dari 600 mdpl. Setelah beristirahat di sebuah area terbuka dengan sebatang tiang lampu, kami mendirikan tenda. Sebagian ada yang mencari kayu bakar dan sebagian lagi mempersiapkan makan malam yang kedua kami.Malam itu adalah malam pertama kali saya menginjakkan kaki saya di Puncak Kuta Malaka, kekaguman yang luar biasa ketika di depan saya terdapat lautan berpijar berupa cahaya lampu kota Banda Aceh dan sebagian Aceh Besar ketika malam hari. Setelah melakukan makan malam yang kedua di tempat yang berbeda, kami mencoba memecahkan kehingan malam sambil bercengkrama dan tentunya ditemani oleh harumnya aroma kopi Ulee Kareng yang diseduh oleh Sayed.Malam makin larut sebagian pasukan sudah berada di tenda untuk beristirahat agar esok paginya dapat melihat sunrise yang terbilang cantik dari kawasan ini. Saya, Mirja, dan Bang Manah memilih untuk tetap di luar sambil duduk bercengkrama di samping api ungun. Tak lama kemudian kami pun menyusul teman-teman yang lain untuk beristirahat di dalam tenda.Pagi itu sekitar pukul 07.00 embun pagi masih saja memberikan hawa dingin di ketinggian 600 mdpl tesebut, disertai dengan kicauan burung-burung yang silih berganti seolah-olah memberikan kabar ke kami untuk segera menikmati indahnya cahaya pagi.Cahaya matahari pagi mulai tampak dan masuk ke dalam tenda. Akhirnya saya berhasil melihat keindahan cahaya matahari terbit dari puncak Kuta Malaka. Tidak banyak momen yang terekam di pagi itu, karena keterbatasan fasilitas dan baterai hp mulai lowbat. Tapi keindahan pagi di Kuta Malaka sangatlah berbekas di dalam pikiran saya.Sungguh keindahan luar biasa yang begitu menggoda. walau sebelumnya saya pernah melihat keindahan cahaya matari terbit dari Casanemo, Sabang. Tapi pagi itu dengan perjalanan yang begitu menantang di malam harinya, membuat saya begitu terkagum untuk melihat keindahan ciptaan sang pencipta.Setelah menikmati kopi pagi dari atas bukit, kami bergegas untuk segara packing dan membereskan semua peralatan untuk kembali turun menuju air terjun 7 tingkat. Sialnya bagi saya dan Iqbal Perdana ketika melihat ban motor kami bocor. Akhirnya saya harus tarik tiga dengan Sayed dan Mubarak lalu Iqbal membawa motor tersebut sendiri dengan sangat berhati-hati, mengingat perjalanan kami sedikit terjal dan berbatuan.Setelah melewati semua tantangan jalanan yang berbatu tersebut, akhirnya kami sampai di titik awal menuju air terjun tujuh tingkat. Dari situ jika melihat ke arah puncak sebelah timur, maka kita dapat melihat pemandangan yang indah, perpaduan latar depan jajaran bukit sabana.Air Terjun Kuta Malaka terletak sekitar 200 meter dari pintu masuk ke dalam hutan. Konon menurut beberapa sumber, air terjun ini memiliki banyak tingkatan hingga 17 tingkat. Masing-masing dengan ketinggian yang bervariasi. Dari situ kita harus berjalan kaki melewati anak tangga, dinaungi pepohonan rindang nan sejuk sambil diiringi siulan suara burung dan jangkrik yang seolah mengucapkan selamat datang.Air Terjun Kuta Malaka dialiri air dari pegunungan yang jernih dan dingin. Jernihnya air membuat dasar telaga di bawah air terjun dapat terlihat dan dari permukaan air telaga tersebut tampak berwarna kehijauan. Bunyi gemercik air yang tumpah. Nyanyian burung berlomba dengan jangkrik. Aroma khas udara berembus sepoi-sepoi dari pepohonan hutan. Ketiganya bersatu menenteramkan jiwa dan mendamaikan pikiran kala menikmati Air Terjun Kuta Malaka.Sesampainya kami disana, saya dan bang manah sudah tak sabar ingin menikmati dinginnya air dari gunung tersebut. Mirja dan Iqbal memasak bubur kacang hijau selain itu Mubarak dan Sayed mengikat ayunan dari sela-selah batang pohon untuk bersantai, tentunya sambil ditemani oleh kicauan burung dan gemercik suara air.Sambil menunggu bubur kacang hijau masak kami bertiga (Saya, Bang Manah, dan Bung Mirja) memuaskan diri dengan cara berenang di kolam air terjun dan sesekali menaiki ke tingkat yang lebih tinggi. Setelah puas mandi, bubur kacang hijau pun tak kunjung matang, saya mencoba sesekali melihat ke sisi air terjun sungguh pemandangan yang luar biasa, semua beban dan kelelahan saat pertama kali melewati ratusan anak tangga seakan terbayar lunas.Β Namun, keindahan kawasan air terjun yang masih alami tercoret oleh sebagian pengunjung. Mereka membuat sejumlah coretan di dinding batu air terjun tersebut dengan mengikis bebatuannya. Tidak hanya itu, di kawasan tersebutΒ juga sudah mulai banyak sampah plastik bekas makanan dan botol sisa minuman berserakan di pinggiran telaga air terjun.Sehingga sebelum beranjak pulang, kami berinisiatif melakukan pemungutan sampah di kawasan tersebut. Walaupun tidak banyak sampah yang kami ambil, tapi setidaknya apa yang kami lakukan semoga bisa dicontoh oleh para pengunjung lainnya. Salam traveling!
Komentar Terbanyak
Bus Pun Tak Lagi Memutar Musik di Perjalanan
Ogah Bayar Royalti Musik, PO Bus Larang Kru Putar Lagu di Jalan
Takut Bayar Royalti, PO Haryanto Ikut Larang Kru Putar Lagu di Bus