Hallstatt di Austria, Seperti di Negeri Dongeng

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Hallstatt di Austria, Seperti di Negeri Dongeng

Pitta Hutabarat - detikTravel
Sabtu, 14 Mar 2015 12:35 WIB
loading...
Pitta Hutabarat
Ikon Desa Hallstatt
Gereja kuning kecil nan anggun tidak jauh dari penginapan
Seperti di negeri dongen
Lokasi perkampungan warga. Dilihat saat berada di kapal ferry
Lokasi pusat Hallstatt
Hallstatt di Austria, Seperti di Negeri Dongeng
Hallstatt di Austria, Seperti di Negeri Dongeng
Hallstatt di Austria, Seperti di Negeri Dongeng
Hallstatt di Austria, Seperti di Negeri Dongeng
Hallstatt di Austria, Seperti di Negeri Dongeng
Jakarta - Desa Hallstatt di Austria merupakan salah satu destinasi utama wisatawan dunia karena keindahannya. Desa tersebut memang terletak di depan danau dan dikelilingipegunungan yang diselimuti es. Rasanya seperti di negeri dongeng.Banyak orang melakukan kunjungan, baik dengan ikut travel agent, atau dengan memilih travelling secara mandiri. Kali ini saya akan menyajikan sedikit catatan kunjungan saya ke kampung Hallstatt yang dikelilingi pegunungan di Austria pada Mei 2014 lalu.Masuk ke wilayah Salzkammergut, Hallstatt saat itu sedang di ujung musim semi dan menjelang musim panas. Kenapa saya sebut kampung? Karena kota ini sangat kecil, dengan luas kurang lebih 60 Km dan jumlah penduduk sebanyak 788 orang.  Bersebelahan atau tidak begitu jauh dengan kampung-kampung lain di dekatnya, seperti Bad Ischl dan Obertraun. Dan nama Hallstatt saat ini juga sudah semakin menggema di telinga para traveller.Di samping karena keindahan dan suasananya yang begitu tenang, juga karena kampung ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO. Apa sih yang menarik dari kampung ini? Yaitu danaunya yang disebut Hallstattersee.Sebuah danau yang dikelilingi jajaran pegunungan Alpen dengan pemandangan yang luar biasa indah dan tenang nan memukau. Dapat dicapai dengan menggunakan kereta api dari Vienna selama dua jam perjalanan, dengan berganti kereta satu kali di Attnang-Pucheim, dan melanjutkan perjalanan hingga tiba di stasiun kereta Hallstat.Jangan kaget setibanya di stasiun kereta Hallstatt. Yang kita temui adalah sebuah stasiun yang berada di antara pepohonan dengan suasana sepi. Namun jangan khawatir, stasiunnya terawat dan akan ada petugas yang berjaga di situ selama jam kerja.Untuk menuju kampungnya kita harus menggunakan kapal ferry berukuran sedang dengan harga €8 (Rp 111 ribu) pulang pergi, yang bisa kita temui dengan hanya berjalan sedikit saja ke arah belakang stasiun.  Penyeberangannya sendiri hanya ditempuh 15 menit, dan sampai di dermaga kampung Hallstatt. Sepanjang penyeberangan tersebut kita akan disajikan pemandangan alam yang indah memukau dan menenangkan. Air danau yang tenang, pegunungan yang mengelilingi kampung, dan kampung kecil di kaki gunung dengan model rumah-rumah khas pedesaan Austria. Dalam sehari sebenarnya kampung ini sudah bisa kita kelilingi.  Kita bisa temukan banyak tempat penginapan yang bisa dipesan jauh hari secara online, restoran yang menyajikan makanan yang menggugah selera dengan lake view, toko-toko penjual suvenir, toko swalayan, bahkan ATM. Jadi jangan takut kehabisan uang, karena ATM tersedia.Kebetulan waktu jadwal kami ke sana, sebulan sebelum tiba saya sudah ubek-ubek beberapa situs untuk pemesanan penginapan di Hallstatt. Namun mungkin karena banyak orang yang juga berlibur ke Hallstatt, kami tidak mendapatkan penginapan murah yang available di Hallstatt. Untungnya kami dapat penginapan yang cukup murah di kampung Obertraun, kampung tetangganya Hallstatt. Hanya satu stasiun di depan Hallstatt. Nama penginapannya Alpenrose Pension, dikelola oleh suami istri penduduk setempat yang sangat ramah.  Kamar yang kami inapi tidak mewah namun sangat nyaman, apalagi untuk kami yang masih mengandalkan kaki untuk menikmati suasana kampungnya. Rasa letih pun hilang dengan istirahat yang enak.  Luar biasanya lagi, saat membuka jendela dan pintu balkon di pagi hari, pemandangan gunung yang masih berselaput salju di pucuknya memanjakan mata kami. Didepan penginapan ini ada sebuah peternakan luas dengan hamparan rumput hijau tempat ternak merumput.Sebenarnya walau tujuan utama kami adalah Hallstatt, namun kami bersyukur menginap di kampung tetangga ini. Sehingga menambah pengalaman kami menyaksikan indahnya kampung-kampung di Austria.  Kalau kami ke Hallstatt, bisa jadi kami hanya berkutat di situ, tidak menikmati kampung disekitarnya. Baiklah, akan saya jelaskan kenapa!Setiba kami di Stasiun Obertraun, kami mengarah ke arah belakang stasiun, sesuai dengan google map yang sudah kami cek sebelumnya. Setelah bertanya sekali ke seorang ibu yang kebetulan lewat dengan sepedanya, kami berhasil menemukan Alpenrose Pension.Sepanjang perjalanan ke penginapan, kami terpesona dengan kampung yang bersuasana tenang ini. Biar kata kampung, tapi jalanannya bersih tanpa sampah dan beraspal bagus, serta ditutupi oleh paving block di pinggirannya.  Air di paritnya jernih dan mengalir dengan lancar, mengundang saya untuk membuka sepatu dan kaus kaki, serta merendamkan kaki sekejap, segar!Beberapa meter sebelum tiba di penginapan, kami melihat sebuah gereja kecil bercat kuning dengan beberapa pusara di halaman belakangnya. Di sebelah gereja terdapat sebuah sekolah TK yang tidak terbilang baru, namun bagus dan terawat. Tiba di penginapan, kami disambut oleh seorang wanita paruh baya yang gemuk dan sangat ramah, dimana beliau adalah pemiliknya. Syukurnya bisa bahasa Inggris!  Setelah ngobrol sebentar, membereskan administrasi, dan menaruh tas kami di kamar, lalu mengisi botol minuman kami dengan air dari keran, ya langsung dari keran, dan aman. Kami langsung keluar lagi untuk mengunjungi Hallstatt.Namun kami tidak menggunakan kereta seperti sebelumnya, tapi berjalan kaki menyusuri pinggiran rel kereta api sampai ke Stasiun Hallstatt, untuk seterusnya menggunakan ferry penyeberangan.  Kenapa? Selain untuk berhemat, jalanan dipinggir rel kereta sangat layak untuk dilalui, banyak orang jogging, trekking, dan bersepeda, dengan pemandangan langsung ke danau, dan menikmati indahnya bunga-bunga liar warna-warni di sepanjang jalan.  Betapa sebuah pengalaman mengasyikkan. Dan lebih kurang 30 menit, kami sudah sampai di Stasiun Hallstatt dan menuju ferry penyeberangan. Lima belas menit kemudian, tibalah kami di kampung Hallstatt yang tersohor itu.Pengalaman lain menjangkau Hallstatt dari Obertraun adalah pada esok paginya. Kami bangun kira-kira pukul 07.00 pagi, bersiap-siap, sarapan, dan berjalan kaki ke Hallstatt dengan arah yang berbeda.  Berdasarkan informasi pemilik penginapan, bahwa jalanan ke arah kiri penginapan juga bisa ke Hallstatt dengan jarak 5 Km. It’s okay, kami siap untuk pengalaman baru!Suasana pagi hari, matahari baru muncul dengan udara segar, dan menelusuri jalanan beraspal yang rapih dan bersih.  Baru sebentar berjalan, kami sudah disambut dengan pemandangan khas pagi hari yang luar biasa indahnya.  Di kiri kanan, kita akan dimanjakan oleh pemandangan gunung, padang rumput yang dipangkas rapi dengan pohonan yang rindang. Yang membuat semakin girang adalah saat kami melewati rumah-rumah penduduk khas desa-desa di Austria.Disertai dengan padang rumput dan bunga-bunga liar berwarna kuning dan putih terhampar di hadapan, dengan latar belakang danau dan pegunungan. Terima kasih ya Tuhan, kami diizinkan untuk menyaksikan keindahan ini.Tidak terasa, kurang lebih satu jam kami tiba di Hallstatt. Sebenarnya tidak lama tiba di sana dengan berjalan kaki, tapi saking banyaknya lokasi yang layak foto, jadi banyak berhentinya untuk foto-foto.  Setelah setengah hari kami menikmati Hallstatt, sekalian makan siang di sebuah restoran dengan lake view dan bunga mawar menjalar di dindingnya. Kami menyeberang dengan ferry ke Stasiun Hallstatt, dan melanjutkan perjalanan ke kampung tetangga bernama Bad Ischl di dua stasiun sebelum Hallstatt. Konon, Bad Ischl ini merupakan sebuah desa tempat liburan keluarga Kerajaan Austria zaman dulu. Kampung Bad Ischl ini lebih besar dari Hallstatt, dan sudah lebih banyak bangunan dengan arsitektur modern.  Kami hanya berjalan menyusuri kampung ini, menyeberangi sungai dengan air yang jernih dan berfoto-foto. Sayangnya karena itu hari Minggu, banyak toko yang tutup, walaupun banyak orang yang plesiran juga seperti kami.Capek berkeliling, kami mencari tempat makan sekalian istirahat. Satu-satunya tempat makan yang bersahabat dengan kantong adalah sebuah booth penjual burger dengan pelayannya yang terdiri dari dua orang wanita muda dengan beberapa tindikan piercing di hidung dan telinga.  Pembeli sudah mengantre panjang, dan kami pun harus sabar menunggu giliran sambil membaca daftar menu yang tertempel di dinding. Akhirnya pilihan kami jatuh pada hamburger with french fries dan sosis Kasekkrainer yang maknyus itu.  Gak nyangka, ternyata hamburgernya gede banget, kentangnya juga gendut-gendut, apalagi sosisnya. Puas banget makannya walau di bagi berdua! Tak lupa kami beli burgernya satu lagi untuk take away pengisi perut di malam hari.Setelah cukup makan dan istirahat, kami kembali menuju stasiun kereta untuk kembali ke penginapan dan beres-beres. Karena keesokan hari kami akan melanjutkan perjalanan ke Salzburg.
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads