Akhir Pekan, Serunya Berburu Kuliner di Blitar
Sabtu, 16 Nov 2013 14:26 WIB

Bustomi Menggugat
Jakarta - Makanan khas setempat menjadi tujuan wisatawan untuk berlibur dan berkeliling tempat wisata. Tidak ada salahnya di akhir pekan, Anda mengunjungi Blitar yang terkenal dengan pecelnya.Ini adalah perjalanan backpacking pertama saya. Naik sepeda motor pertama kali untuk jarak yang cukup jauh. Menikmati travelling dan wisata kuliner seru.Pekan ini saya jalan-jalan ke salah satu kota di provinsi paling timur Jawa Dwipa. Sebenarnya tidak ada niatan atau pun rencana untuk menjelajahi daerah yang identik dengan sosok Presiden pertama kita ini.Berhubung tidak ada jadwal acara, kecuali tampil di Journalist Club sebuah stasiun TV lokal ternama di Surabaya pada selasa malamnya. Jadi sengaja saya kosongkan dan tunda satu-satunya program pekan ini.Saya diajak junior yang asli Kademangan, Kabupaten Blitar. Senin malam setelah maghrib, kami berangkat dengan motor menyusuri jalanan, menerobos kemacetan khas kota metropolitan.Perjalanan Surabaya-Blitar yang normalnya 3,5 jam ditempuh dengan motor malah molor 2 jam karena macet mulai Surabaya hingga Mojokerto. Tak masalah. Tuhan akhirnya kabulkan doa saya untuk jadi seorang backpacker. Betapa tidak, saya pergi ke Blitar selama seminggu namun hanya membawa tas punggung dengan 3 pakaian ganti.Meski sedikit kesal gara-gara macet, tapi di tengah perjalanan, tepatnya di Jombang, kami bisa menemukan warung dengan harga khusus backpacker. Menu utamanya itulah yang bikin rasa kesal saya hilang. Iwak wader.Rasa makanan ini pokoknya 'nendang' banget. Dua porsi plus minuman berupa es jeruk hanya seharga Rp 20 ribu. Benar juga, pasca derita adalah bahagia. Berarti setelah bahagia derita lagi dong? Benar sekali.Tepat pukul 11 malam, ban motor yang menemani perjalanan kita malah bocor karena jalan rusak yang dilalui, di Desa Ponggok, masuk daerah Pare, Kediri. Tentunya, ini bak kiamat di tengah malam.Setelah bertanya ke sana kemari dan mendapat rekomendasi tukang tambal ban yang buka sampai tengah malam, kami pun menuntun kawan setia kami sejauh 2 km, namun ternyata tutup. Kami terpaksa menginap di masjid dekat TKP.Akhirnya dengan penuh keterpaksaan, setelah shalat subuh kami ketuk pintu tukang tambal bannya. Alhamdulillah beliaunya berkenan. Teori siklus yang lama berlaku. Setelah penderitaan, kebahagiaan menimpa.Sekitar 20 menit kami menunggui proses opname 'si matic' sembari berbncang soal situasi sekitar. Mata saya yang penyuka kuliner ini mulai jelalatan. Akhirnya tertuju pada sebuah warung sederhana yang menjual mie dan es. Namanya yang bikin naluri saya bangkit: Mie Taubat dan Es Cepat Kaya.Ini membuat saya tertawa terbahak-bahak! Itu adalah kuliner khusus pecinta makanan pedas. Level pedasnya juga membuat saya tersenyum, mulai tingkat PAUD dengan nol cabai, beranjak ke SD, SMP, SMA, sarjana, dokter dan tingkatan professor dengan 18 cabe.Uniknya, cabai yang dipakai adalah Lombok ijo. Tapi menurut keterangan tukang tambal ban, karena laris penjualnya kadang curang. Cabai diganti bubuk merica. Nah, info seperti ini penting bagi kita agar tidak tertipu oleh penjual.Pukul 05.00 WIB, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Blitar. Daerah yang dijuluki sebagai Kota Patria ini ternyata lumayan sejuk. Tidak panas juga nggak dingin walau pagi harinya berkabut.Destinasi yang cocok bagi saya yang jenuh dengan suasana kota sebesar Surabaya. Setibanya di rumah junior saya ini, desanya benar-benar asri. Suasana semacam flashback ke masa kecil saya. Teduh dan rindang. Keguyuban khas masyarakat desa seperti ulasan kawan-kawan sosiologi masih terasa.Selesai ramah-tamah dengan keluarganya, kami pun beristirahat sekitar 2 jam dan kemudian mandi. Siap-siap karena kakak junior saya hendak mengajak kita sarapan menu khas Blitar. Pasti sudah pada paham kan? Yup. Pecel.Tidak tanggung-tanggung, kami makan pecel di areal Makam Bapak Proklamator, Bung Karno. Walau kita hari ini tidak masuk ke areal makam karena masuk rencana esok hari, tapi sepintas kompleks makam terlihat megah dan keren.Kami pun sarapan di Warung Mbok Bari 6. Itu cabang ke-6 di kota ini. Katanya makanan ini memang favorit. Saya pun ikut memesannya karena jujur ini baru pertama kalinya saya mendatangi daerah ini.Jadi saya benar-benar buta soal wisata apalagi kulinernya. Yang bikin saya terkejut adalah harga pecel seporsi di warung seterkenal ini hanya Rp 4 ribu.Apalagi lokasinya berada di sekitar Makam Bung Karno yang terkenal tentu strategis, juga dikelilingi oleh stand-stand pedagang yang menjual merchandise khas Blitar.Memakai sistem 'SMP' alias 'selesai makan pulang', maka kami pun meluncur balik ke rumah junior saya. Di tengah perjalanan kami sempat mencari info seputar destinasi wisata ke dinas terkait. Nama dinas terkait wisata antara Kota dan Kabupaten Blitar ternyata berbeda.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum