Laporan dari Sri Lanka
Membangunkan Raksasa di Negeri Rahwana
Senin, 16 Apr 2012 08:32 WIB

Fitraya Ramadhanny

Jakarta - Bangsa Sri Lanka yakin, negeri mereka adalah Alengka tempat tinggal raksasa Rahwana. Namun untuk menjadikan pariwisata mereka menjadi raksasa, Sri Lanka masih punya banyak PR yang harus diselesaikan.Hari itu adalah Minggu, 1 April 2012 di Sri Lanka tengah. Mentari pagi sudah panas menyoroti Sigiriya Rock Fortress, gunung batu yang diukir dan diatur menjadi tempat tetirah raja. Kaki penulis tinggal melangkah ke dalam komplek situs bersejarah itu, ketika pemandu saya memasang wajah masam."Kita tidak boleh masuk," kata pemandu kami, orang Sri Lanka.Alasannya adalah karena penulis dan 3 wartawan lain dari Indonesia, datang satu hari setelah tanggal pada tiket yang tertera. Tiket kami dianggap hangus. Padahal, kami gagal sampai ke Sigiriya karena force majeur. Cuaca ekstrem panas memaksa kami hanya memilih satu gunung saja untuk dinaiki dalam satu hari, Gunung Dambulla tempat Vihara Buddha Tidur di dalam gua, atau Gunung Sigiriya. Kami kemarin memilih Dambulla.Pemandu kami mencoba berdebat dengan bahasa Sinhalese dan mengatakan kami adalah undangan khusus pemerintah Sri Lanka. Dia lantas menelepon orang dari badan pariwisata milik pemerintah Sri Lanka. Mereka bilang tak masalah ada perbedaan tanggal pada tiket, namun petugas lokal di daerah tak mau peduli. Komunikasi dari pusat, rupanya tidak sampai ke daerah."Mereka minta disogok?" tanya kami kepada pemandu, karena memang kesannya oknum ini cuma cari-cari kesalahan.Pemandu kami menggelengkan kepala, namun sepertinya ada yang mengganjal dan kami pun tak bisa bertanya lebih dalam. Dia hanya meminta maaf dan mengatakan malu dengan kelakuan oknum itu."Saya bilang wartawan ini datang jauh-jauh dari Indonesia ingin membantu kita mempromosikan wisata Sri Lanka, kenapa dipersulit?" kata dia curhat.4 Hari sebelumnya ada 28 Maret 2012, posisi penulis ada di Sri Lanka Expo di Colombo. Di ajang pameran paling besar di negara itu, penulis sengaja mendatangi tenda Tourism Sri Lanka yang cukup besar. Maksud hati mewawancara seputar pariwisata Sri Lanka, penulis malah dilempat-lempar dan tidak ada satu pun yang mau bicara dengan alasan 'bukan pejabat yang berwenang'. Birokratis sekali.Tapi selain dua kisah menjengkelkan itu, seminggu berada di Sri Lanka adalah pengalaman luar biasa. Potensi pariwisata di negara ini komplit! Di Sri Lanka bertebaran aneka situs bekas kerajaan dan situs religius. Bayangkan! Gigi Sang Buddha disimpan di Sri Lanka. Bahkan, ada tapak kaki di atas gunung yang diyakini tapak kaki Nabi Adam saat baru turun dari surga di Gunung Adam's Peak.Untuk traveler yang suka kehidupan alam liar, tunggu sampai Anda bertemu gajah dan macan tutul. Pantai dan laut di Sri Lanka juga oke untuk surfing dan diving. Sementara untuk penggemar suasana pegunungan, nikmatilah perkebunan teh penghasil Ceylon Tea yang tersohor di dunia.Colombo punya banyak koleksi gedung warisan Inggris bernuansa kolonial. Sedangkan untuk oleh-oleh khas Sri Lanka, bagaimana dengan batu mulia, teh, ukir-ukiran, kerajinan kulit, kain sari dan masih banyak lagi. Jangan lupa menonton tarian tradisional yang eksotis dan mencoba Spa Ayurveda yang tersohor sampai Eropa.Lewat sekelebatan berita utama di surat kabar lokal, ada kesan negeri ini berusaha bangkit mengejar ketertinggalan dari bangsa-bangsa lain, terutama dari negara tetangga India. Sri Lanka sudah lelah dijajah sejak abad ke-16 oleh Portugis, abad ke-17 oleh Belanda dan dicengkram Inggris sejak 1796 sampai merdeka tahun 1948.Tapi masalah belum selesai. Sri Lanka didera perang saudara berkepanjangan dengan Liberation Tigers of Tamil Eelam (LTTE) yang tersohor dengan nama Macan Tamil. 26 Tahun lamanya perang saudara berkecamuk memakan nyawa ribuan orang. Energi bangsa ini nyaris habis untuk konflik dengan saudara sendiri antara etnis Tamil dan Sinha. Macan Tamil baru takluk pada 16 Mei 2009 saat pemerintahan Presiden Mahinda Rajapaksa. Barulah bangsa ini benar-benar bisa membangun negeri.Pada 2011, Sri Lanka menjadi salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi paling tinggi di dunia yaitu 9,5 %. Tulang punggung perekonomiannya adalah ekspor teh, karet, kayu manis, dan... pariwisata!Namun rupanya, ada sejumlah pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pemerintah Sri Lanka. Masalah infrastruktur tampak sudah mulai didandani terutama di Colombo, mulai dari Bandaranaike International Airport yang gress walaupun tidak besar, jalan tol mulai berkembang dan papan petunjuk berbahasa Inggris untuk memudahkan para traveler. Namun di daerah, para wisatawan akan dibiarkan kebingungan dengan huruf keriting bahasa Sinha dan Tamil.Yang juga masih berat adalah faktor manusia, para pelaku industri pariwisata di Sri Lanka. Kita akan berhadapan dengan orang-orang yang ingin membuat wisatawan nyaman macam pemandu kami, versus oknum birokrat arogan yang senang melihat wisatawan susah. Padahal, tidak perlu menjadi pejabat atau pemandu wisata untuk membuat wisatawan terkesan.Orang spesial itu adalah Luxshman, sopir bajaj di Colombo. Tidak ada yang spesial dari pria paruh baya ini selain bajaj hitamnya merek TVS King yang dia lap sampai kinclong. Tapi begitu diajak berkeliling Colombo, penulis tertegun.Dengan bahasa Inggris fasih beraksen Sri Lanka, dia menyebutkan semua keterangan mengenai point of interest di Colombo yang kami lewati. Dari patung pahlawan nasional, bekas gedung DPR, hotel antik di pelabuhan, seluk beluk pasar di Pettah Market, kuil, masjid, stasiun, terminal, semua bisa dia jelaskan. Turis mana yang tidak senang mendapatkan pria yang bagaikan buku Lonely Planet berjalan ini.Luxshman bukan siapa-siapa, tapi dia tahu pariwisata adalah potensi yang luar biasa di Sri Lanka. Dia menyiapkan diri menjadi duta yang baik untuk bangsanya di mata para wisatawan. Dia tahu ada peluang ekonomi dengan melayani para turis keliling kota dengan bajaj dan Luxshman mencoba memberikan servis yang baik. Banyak turis datang, banyak pula yang akan naik bajaj. Uang Rupee pun mengalir ke koceknya.Sri Lanka tidak butuh oknum pengelola tempat wisata yang ketus. Sri Lanka butuh 1.000 orang seperti Luxshman dan pemandu kami, agar pariwisata mereka bisa besar, sebesar raksasa Rahwana.
Komentar Terbanyak
Study Tour Dilarang, Bus Pariwisata Tak Ada yang Sewa, Karyawan Merana
Penumpang Pria yang Bawa Koper saat Evakuasi Pesawat Dirujak Netizen
Koper Penumpangnya Ditempeli Stiker Kata Tidak Senonoh, Transnusa Buka Suara