Menyusuri Kembali Jejak Sang Idola di Gede-Pangrango

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Menyusuri Kembali Jejak Sang Idola di Gede-Pangrango

Adzani Yudhanto Atmatama - detikTravel
Senin, 06 Feb 2012 15:41 WIB
loading...
Adzani Yudhanto Atmatama
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Penampakan Gunung Gede Pangrango
Memandang Alam dari Puncak Gede-Pangrango
Persiapanan Mendaki Gunung Gede-Pangrango
Pos
Menyusuri Kembali Jejak Sang Idola di Gede-Pangrango
Menyusuri Kembali Jejak Sang Idola di Gede-Pangrango
Menyusuri Kembali Jejak Sang Idola di Gede-Pangrango
Menyusuri Kembali Jejak Sang Idola di Gede-Pangrango
Menyusuri Kembali Jejak Sang Idola di Gede-Pangrango
Jakarta - "Menyusuri Kembali Jejak Sang Idola" kalimat ini saya angkat dengan maksud dalam perjalanan kali ini kita dapat mengenang alm. Soe-Hok-Gie dan alm Norman Edwin yang merupakan sosok idola bagi saya.Lama rasanya tak bercumbu dengan alam pegunungan, setelah terakhir kali mencicipi ganasnya Puncak Mahameru di pertengahan September lalu. Ya, sekitar 3 bulan bergulat dengan akademik dan birokrasi kampus, saya memutuskan untuk melakukan pendakian ke salah satu gunung yang cukup terkenal di kalangan pendaki, yaitu Gunung Gede-Pangrango.Gunung Gede-Pangrango, terletak di tiga kabupaten yang berbeda, yaitu Bogor, Cianjur, dan Sukabumi. Booking melalui http://www.booking.gedepangrango.org/ saya lakukan 1 bulan sebelum pendakian dengan tujuan agar teman-teman dapat melakukan persiapan yang matang. Awalnya pendakian akan dilakukan maksimal 10 orang tapi hingga H-10 hanya tinggal 4 orang yang akan melakukan pendakian ini, yaitu saya, Anjar, Manan, dan Wahyu."Menyusuri Kembali Jejak Sang Idola" judul ini saya angkat dengan maksud dalam perjalanan kali ini kita dapat mengenang alm. Soe-Hok-Gie dan alm. Norman Edwin yang merupakan sosok idola bagi saya. Kedua orang itu dulunya sering melakukan pendakian ke Gunung Gede-Pangrango hanya untuk sekadar merenung ataupun menghargai hidupnya di puncak tertinggi.22 Desember 2011 segala persiapan sudah siap, namun kendala dimasalah per-bookingan sedikit mengganggu awal keberangkatan. Dalam sms terakhir dengan pengelola Taman Nasional Gn Gede Pangrango (TNGGP) mengatakan data yang kami kirim dari jogja baru akan diproses lebih lanjut, padahal tiket kereta jurusan Bandung sudah kita pesan seminggu sebelum keberangkatan. Akhirnya, malam hari Pukul 20.23 wib kita berempat meninggalkan Kota Gudeg menuju kota kembang.Sampai di Stasiun Padalarang, Bandung sekitar Pukul 08.00 wib dilanjutkan menggunakan bus menuju Kabupaten Cianjur dan lanjut lagi menggunakan angkot hingga Cibodas. Singkat cerita, setelah melakukan salat Jumat di Taman Nasional kita mengurus segala perijinan pendakian, dan kita diijinkan berangkat pada sabtu pagi, padahal kita sudah di base camp hari jumat. "Nekat" 1 kata yang sangat manjur dan sering dilakukan. Dengan harapan gak ketahuan oleh ranger yang berjaga di base camp, kita melakukan pengecekan terakhir barang-barang yang akan kita bawa. Pengecekan juga dilakukan oleh ranger yang berjaga. Dan hasilnya, LOLOS. Dalam Surat Ijin Masuk Kawasan Konservasi (SIMAKSI) pendakian harusnya dilakukan pada sabtu 24 des 2011 pada pagi hari dan kembali turun pada hari mingu 25 des 2011 malam. Namun kita berhasil mencuri start dari hari jumat, 23 des 2011.17.00 wib perjalanan dimulai dengan melewati jalan setapak yang sudah bias dikatakan sangat baik, hal ini dikarenakan TNGGP merupakan taman nasional yang sudah dikelola dengan sangat baik sekali. Bahkan pada bulan januari-maret pun pendakian ditutup dalam rangka pemulihan ekosistem hutan. Perjalanan awal kita ditemani rintik hujan yang mengguyur kawasan pegunungan, karena memang gunung Gede-Pangrango ini memiliki curah hujan yang terbanyak diantara gunung-gunung yang ada di Indonesia.Menjelang malam, perjalanan menjadi lebih berat. Medan yang dilalui sudah berupa jalan setapak bertanah yang becek dan menanjak, kondisi fisik pun sedikit menurun karena lelah. Kita pun sempat bingung dan khawatir mengapa jalan yang di peta tidak terlalu jauh namun terasa sangat lama dilalui. Sekitar pkl 21.00 wib kita baru sampe di sumber air panas, dan menemukan adanya kehidupan di pos tersebut. Kemudian dilanjutkan melewati kandang batu dan akhirnya sampai pada pos kandang badak dengan ketinggian 2395 mdpl. Pada pos kandang badak ini kita mendirikan tenda dan makan malam, disini juga sudah ada beberapa tenda dari pendaki lain yang telah dulu sampai.Pos kandang badak merupakan pos persimpangan antara 2 gunung, dari pos ini jika kita mengambil arah ke kanan kita akan menuju gn. Pangrango dengan lembah mandalawanginya, dan jika kita mengambil arah ke kiri kita akan menuju gn. Gede dengan lembah suryakencononya. Dari pos kandang badak menuju gn. Pangrango membutuhkan waktu sekitar 3 jam perjalanan, sedangkan untuk menuju gn. Gede memerlukan sekitar 2 jam perjalanan.Sabtu pagi, 24 desember 2011 pkl. 08.00 tim sudah siap melakukan summit attack menuju gn. Pangrango. Segala macam perlengkapan dipersiapkan, namun kita meninggalkan dome dan hanya membawa perbekalan seadanya. Dikarenakan pada jalur ini, jika kita membawa barang yang berlebihan akan sedikit mengganggu perjalanan. Pkl. 11.00 puncak pangrango (3019 mdpl) berhasil dijejaki, kondisi puncak tidak seperti yang saya bayangkan. Masih banyaknya vegetasi dipuncak membuat keadaan puncak berbeda dari puncak-puncak lainnya yang biasanya gersang dan berbatu. Hal ini disebabkan karena gn. Pangrango merupakan gunung api yang sudah tidak aktif lagi. Setelah beberapa saat mengabadikan momen di puncak kita segera menuju lembah mandalawangi. Lembah mandalawangi, merupakan lembah favorit 2 idola yang telah saya sebutkan diatas. Kondisi di lembah ini sangat sunyi dan ada mata air yang mengalir dengan jernih. Padang edelweiss yang luas menambah keindahan lembah ini, disini pula abu jasad Alm. Soe-Hok-Gie dikremasi dan disebar diseluruh penjuru lembah ini.Pukul 13.00 wib kita meninggalkan tempat yang menurut saya istimewa ini. Menuruni gn pangrango menghabiskan waktu sekitar 2,5 jam dengan ditemani rintik hujan yang cukup deras. Sesampainya di pos kandang badak, kita semua dikagetkan dengan banyaknya tenda dome yang ada di lokasi ini. Usut punya usut, ternyata ada salah satu partai nasional yang sedang melakukan pelatihan pengkaderan partainya. Okelah klo begituuu…Minggu, 25 des 2011… tepat pkl. 03.00 wib saya, anjar dan wahyu bersiap melakukan summit attack menuju gn. Gede. Manan yang pada waktu itu kondisinya cukup lelah memutuskan untuk tinggal di kandang badak. Pendakian menuju puncak cukup berat, medannya curam dan dini hari itu diguyur hujan yang cukup lebat, kondisi jalur juga banyak yang bercabang sehingga memaksa kita untuk lebih cermat dan berhati-hati dalam memilih jalur. 2 jam perjalanan menuju puncak, tanda-tanda kehidupan mulai tampak. Dari jauh terlihat kelap-kelip senter dan teriakan-teriakan orang yang telah lebih dulu berada di puncak Gede. Semangat pun semakin menggebu-gebu ingin segera mencapai puncak. Puncak Gede (2958 mdpl) keadaannya sangat berbeda jauh dari puncak Pangrango, walaupun ada beberapa vegetasi yang hidup di puncak namun tidak terlalu rimbun. Dan yang menarik perhatian adalah kawah yang masih mengepulkan asap sangat terlihat menakjubkan. Setelah mengabadikan momen lewat kamera poket dan makan nasi uduk yang dijual oleh penduduk sekitar kita turun dari puncak gede.Setelah packing dari kandang badak, pkl.08.00 kita meninggalkan kandang badak, diperjalanan pulang team sempat melepas lelah di pemandian air panas (2150 mdpl), sekitar 30 menit kita berendam ditemani rintik-rintik hujan yang selama perjalanan pulang selalu setia menemani kita. Puas menikmati air hangat perjalanan dilanjutkan, hujanpun semakin lebat, beban yang dibawa nampaknya bertambah berat karena terkena air hujan. Langkahpun semakin lama semakin tak karuan membawa badan yang sudah benar-benar letih. Namun percaya atau tidak, dalam perjalanan pulang kita hanya memerlukan waktu 3 jam sampai di base camp.Hujan yang semakin lebat dan baju yang sudah basah menambah dingin, dari base camp kita menuju Taman Nasional untuk mandi dan kemudian makan. Sebelum pulang pun kita sempat mampir di camp Green Ranger, disana kita bertemu Idhat Lubis, kakak Idham Lubis ( Sahabat Soe-Hok-Gie yang meninggal juga di Semeru) yang masih aktif mendaki walau usianya yang sudah tidak lagi muda.Perjalanan kali ini kita akhiri dengan perasaan yang sangat bangga, menyusuri kembali sekaligus mengenang 2 sahabat alam yang telah mendahului kita, gunung menjadi tempat mereka belajar dan berguru dan digunung pula mereka menyerahkan jiwa dan raganya kepada sang Pencipta. Namun, semangat petualang mereka masih dapat kita rasakan hingga kini, bahkan untuk selama-lamanya disetiap langkahku dalam menghargai arti kehidupan ini… 86,,
Hide Ads