Bertualang ke Cirebon
Marcel S Ardhito - detikTravel
Rabu, 09 Nov 2011 15:27 WIB
Jakarta - Kira-kira satu tahun yang lalu saya pergi ke Cirebon bersama teman dengan teman-teman yang lain. Kami pun berangkat ke Cirebon menggunakan kereta. Berangkat dari Stasiun Gambir jam 10 pagi. Sampai di Cirebon jam 1 siang dan kami langsung memesan tiket untuk pulang dengan pertimbangan keamanan.Kami berada di Cirebon sekitar 4 harian. Kami pun menginap di rumah Ipul (salah satu teman yang merekomendasikan untuk pergi ke Cirebon) di daerah Setu Patok. Letaknya memang cukup jauh dari kota. Setelah menaruh barang, kami bermain-main yang di Setu Patok.Setu ini besar dan airnya cukup deras. Kami sempat foto-foto sebentar. Keesokan harinya kami dikenalkan kepada teman Ipul yang bernama Veri. Tiba-tiba kami diajak oleh Veri untuk ke Majalengka, melihat curug yang menurutnya bagus.Petualangan kami pun di mulai. Kami menggunakan motor, saya di bonceng oleh Veri dan Anton bersama Ipul. Selama perjalanan kami melewati jalan yang menanjak dan pemandangannya yang cukup bagus. Sampai akhirnya kami diΒ hadapkan oleh hutan bambu yang begitu sepi dan jarang ada orang. Boleh dikata kalau kami melihat satu orang saja, senangnya minta ampun.Sudah begitu kami juga harus melewati kuburan nan sepi dan melewati pohon bambu. Kalau sudah gini bisa dibilang horor deh. Kami jadi mikir, kalau hilang atau dibunuh orang nggak ada yang tahu kali atau ban bocor gimana caranya mencari tukang tambal ban.Akhirnya kami pun sampai di curug, belum berhenti di situ kami masih harus menuruni banyak anak tangga sebenarnya kawasan curug ini sih kurang perawatan tapi cukup lumayan.puas kami berfoto-foto di daerah curug kami memutuskan untuk pulang dan ingin mencari jalan lain karena kami tidak mau melewati daerah situ lagi. Kata penduduk, jalan yang kami lewati adalah yang paling dekat dan karena sudah sore kami terpaksa lewat sana kembali dengan perasaan parno ditambah hujan pula.Spanjang jalan saya hanya berdoa nggak henti-hentinya. Perasaan ini semakin kacau karena salah satu motor yang kami naiki panas dan ngadat tapi kami tetap memutuskan untuk tetap tancap gas. Saat melewati hutan bambu, saya menutup mata dan berdoa, hingga akhirnya kembalilah kami di Cirebon.Β Perjalanan ini merupakan pengalaman yang paling berharga seumur hidup. Dalam perjalanan ini yang serunya bukan di curug tapi perjalanannya yang mantap. Sebelum melanjutkan perjalanan esok harinya, kami semua terlebih dahulu beristirahat.Β Keesokan harinya kami berkunjung ke Kesepuhan Cirebon, Gua Sunyaragi, berkeliling Cirebon, dan mencicipi makanannya. Menurut saya, perjalanan yang paling seru memang saat ke curug. Dan, satu hal ang harus diketahui, Anton, salah satu teman kami "ketempelan" makhluk halus dan baru ketahuan dua bulan kemudian.
(travel/travel)












































Komentar Terbanyak
Awal Mula PB XIV Purbaya Gabung Ormas GRIB Jaya dan Jadi Pembina
Fadli Zon Bantah Tudingan Kubu PB XIV Purbaya Lecehkan Adat dan Berat Sebelah
5 Negara yang Melarang Perayaan Natal, Ini Alasannya