Bena Oh Bena

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Christina Sugihwati|4670|NTT 1|24

Bena Oh Bena

Redaksi Detik Travel - detikTravel
Selasa, 03 Mei 2011 11:05 WIB
loading...
Redaksi Detik Travel
Inilah Desa Bena - desa tradisional di Bajawa.
Bena Oh Bena
Jakarta -

Kata yang tidak akrab di telinga. Terus terang saja saya tidak mengetahui bahwa Bena adalah sebuah desa tradisional yang terletak di bawah kaki Gunung Inerie (2245m) hingga salah satu teman seperjalanan - Sysilia Tanhati, memberitahu tentang desa ini. Desa Bena secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Aimere, Kabupaten Ngada. Lokasinya sendiri berada di selatan Bajawa dan berkunjung ke sana, merupakan agenda kami selanjutnya, setelah berendam di Air Panas Mengeruda, Soa.

Kami tiba di Desa Bena sekitar pukul 11.30 WITA. Seperti kunjungan ke desa-desa sebelumnya, kami diwajibkan mengisi buku tamu dan memberikan donasi. Karena diburu oleh waktu, saya dan Simbah hanya mendengarkan penjelasan dari Pak Yoakhim mengenai desa tersebut - tanpa menemui kepala desa terlebih dahulu.

Menurut penuturan beliau, sebagian besar penduduk Desa Bena berasal dari Suku Ngada yang masih memegang teguh tradisi Ngada hingga saat ini. Terlihat dari adanya Ngadhu, Bhaga dan Poe di dalam wilayah desa. Ngadhu merupakan simbol dari laki-laki, berupa rumah berpayung dengan satu tiang kayu yang diukir dimana akar kayu tersebut harus dibuat bercabang dua dan ditanam dengan darah babi atau ayam. Arti dari simbol tersebut adalah meskipun laki-laki masuk dalam keluarga perempuan, dia tetap menjadi penguasa tunggal di dalam keluarganya dan menjadi seseorang yang mengayomi dan melindungi keluarga. Perlu diketahui bahwa Suku Ngada menganut Maternalistik yang artinya sistem kekerabatan mengikuti garis keturunan perempuan. Sedangkan Bhaga merupakan simbol dari perempuan, berupa miniatur rumah adat yang artinya perempuan dipersiapkan untuk menerima laki-laki ke dalam rumah yang akan mereka tempati bersama. Di atap rumah terdapat senjata yang berguna untuk melindungi kehidupan di dalam rumah dari roh-roh jahat. Sedangkan Poe adalah meja batu yang digunakan sebagai tempat persembahan kepada dewa pada saat penduduknya masih menganut Animisme. Berdasarkan informasi dari Ibu Maria - salah satu penduduk Bena, tanggal 28 Oktober ini akan dilangsungkan upacara adat pembangunan Ngadhu dan Bhaga. Sayangnya, tanggal tersebut adalah tanggal berakhirnya petualangan kami di NTT.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pak Yoakhim melanjutkan bahwa di Desa Bena, selalu diadakan pesta adat setiap tahunnya - sama seperti di desa tradisional lainnya. Pesta tersebut dinamakan Reba, biasanya dilangsungkan pada akhir Desember atau awal January. Pesta ini dilangsungkan secara besar-besaran. Dahulu pesta ini diadakan minimal selama 1 minggu dengan mengorbankan hewan ternak sebanyak-banyaknya. Tapi kini, pesta tersebut tidak boleh diadakan lebih dari 3 hari dan pemerintah telah membatasi jumlah hewan ternak yang dikorbankan.

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads