Kata yang tidak akrab di telinga. Terus terang saja saya tidak mengetahui bahwa Bena adalah sebuah desa tradisional yang terletak di bawah kaki Gunung Inerie (2245m) hingga salah satu teman seperjalanan - Sysilia Tanhati, memberitahu tentang desa ini. Desa Bena secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Aimere, Kabupaten Ngada. Lokasinya sendiri berada di selatan Bajawa dan berkunjung ke sana, merupakan agenda kami selanjutnya, setelah berendam di Air Panas Mengeruda, Soa.
Kami tiba di Desa Bena sekitar pukul 11.30 WITA. Seperti kunjungan ke desa-desa sebelumnya, kami diwajibkan mengisi buku tamu dan memberikan donasi. Karena diburu oleh waktu, saya dan Simbah hanya mendengarkan penjelasan dari Pak Yoakhim mengenai desa tersebut - tanpa menemui kepala desa terlebih dahulu.
Menurut penuturan beliau, sebagian besar penduduk Desa Bena berasal dari Suku Ngada yang masih memegang teguh tradisi Ngada hingga saat ini. Terlihat dari adanya Ngadhu, Bhaga dan Poe di dalam wilayah desa. Ngadhu merupakan simbol dari laki-laki, berupa rumah berpayung dengan satu tiang kayu yang diukir dimana akar kayu tersebut harus dibuat bercabang dua dan ditanam dengan darah babi atau ayam. Arti dari simbol tersebut adalah meskipun laki-laki masuk dalam keluarga perempuan, dia tetap menjadi penguasa tunggal di dalam keluarganya dan menjadi seseorang yang mengayomi dan melindungi keluarga. Perlu diketahui bahwa Suku Ngada menganut Maternalistik yang artinya sistem kekerabatan mengikuti garis keturunan perempuan. Sedangkan Bhaga merupakan simbol dari perempuan, berupa miniatur rumah adat yang artinya perempuan dipersiapkan untuk menerima laki-laki ke dalam rumah yang akan mereka tempati bersama. Di atap rumah terdapat senjata yang berguna untuk melindungi kehidupan di dalam rumah dari roh-roh jahat. Sedangkan Poe adalah meja batu yang digunakan sebagai tempat persembahan kepada dewa pada saat penduduknya masih menganut Animisme. Berdasarkan informasi dari Ibu Maria - salah satu penduduk Bena, tanggal 28 Oktober ini akan dilangsungkan upacara adat pembangunan Ngadhu dan Bhaga. Sayangnya, tanggal tersebut adalah tanggal berakhirnya petualangan kami di NTT.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT












































Komentar Terbanyak
Pembegalan Warga Suku Baduy di Jakpus Berbuntut Panjang
Denda 50 Kerbau Menanti Pandji Pragiwaksono usai Candaan Adat Toraja
Kisah Sosialita AS Liburan di Bali Berakhir Tragis di Tangan Putrinya