Namun ada yang lebih menarik perhatian saya. Selepas pelabuhan, di sisi kiri jalan yang berbatasan langsung dengan pantai, dengan pandangan luas ke arah laut dan pulau-pulau di kejauhan, berdiri tembok tebal setinggi satu meter sepanjang garis pantai. Tak kurang dari tiga kilometer, tembok itu berfungsi sebagai pagar, tanggul atau bahkan pemecah ombak pada musim angin barat. Uniknya, setiap hari sepanjang tembok itu selalu ramai dikunjungi masyarakat, untuk sekedar melepas lelah dan menikmati pemandangan laut sore hari.
Masyarakat Sorong menyebutnya Tembok Berlin. mengingatkat saya kepada tembok yang membatasi kedua Jerman, Barat dan Timur sebelum bersatu dan akhirnya dirobohkan.
Tembok berlin di Kota Sorong seakan menjadi landmark bagi sebuah kebutuhan ruang publik, tempat berkumpul dan bersosialisasi masyarakat kota. Seperti halnya Pantai Losari di Makasar, Pelataran Benteng Kuto Besak di Palembang atau Tepian di Berau, Tembok Berlin juga menjadi lokasi favorit bagi sebagian besar warga Kota Sorong. Kamipun memutuskan untuk menghabiskan sore hari di Tebok Berlin. Menikmati sunset yang -sayangnya- sore itu tertutup awan sehingga kami tak dapat menyaksikan matahari terbenam dengan utuh. Namun, itu tak menyurutkan rasa kagum kami. Keindahan pemandangan pulau-pulau Raja Ampat di kejauhan seakan menyihir kami untuk tak beranjak dari Tembok Berlin. Malampun tiba.
Suasana malam hari di Tembok Berlin ternyata tak kalah menarik. Deretan tenda-tenda penjual seafood merubah wajah Tembok Berlin menjadi kawasan wisata kuliner yang khas. Ikan segar, udang, cumi-cumi dan kepiting adalah menu utama di setiap tenda. Hmmm... sungguh menggugah selera kami.
"Ah, ini biasa saja.. lebih rame kalau malam minggu!" kata seorang penjual seafood dengan logat Papua yang kental sambil tangannya terus sibuk membolak-balik ikan baronang yang sedang dibakarnya. Rasanya tak perlu menunggu malam minggu. Lagipula, perut kami memang sudah lapar, waktunya makan malam. Pilihanpun jatuh pada tenda bernama marinnda, salah satu diantara puluhan warung seafood yang ada.
Tak lama kemudian, kamipun sibuk melahap ikan baronang bakar dan kepiting rebus.












































Komentar Terbanyak
Awal Mula PB XIV Purbaya Gabung Ormas GRIB Jaya dan Jadi Pembina
Fadli Zon Bantah Tudingan Kubu PB XIV Purbaya Lecehkan Adat dan Berat Sebelah
5 Negara yang Melarang Perayaan Natal, Ini Alasannya