Berkenalanlah saya dengan Bapak Ellyas, seorang penduduk lokal dari suku Dayak Lundayeh yang berasal dari Desa Krayan, Kabupaten Malinau, Kalimantan timur. Belajajarlah saya tentang budaya Suku Dayak Lundayeh. Tahulah saya bahwa Suku Dayak Lundayeh adalah seniman tanah Borneo.
Dua tahun sudah beliau bersama tim nya bekerja merestorasi budaya seni khas Suku Dayak Lundayeh. Bukan perkara mudah untuk merestorasi budaya seni, khususnya seni musik, yang sudah hilang sejak dua generasi sebelumnya. Prihatin juga bangga. Prihatin dengan kebudayaan lokal yang hampir punah, namun bangga mengetahui masih ada yang peduli dengannya.
Alat musik milik Suku Dayak Lundayeh kebanyakan dibuat dari rotan dengan nada pentatonik. Alat musik petik, tiup, dan pukul menghasilkan nada-nada ritme cepat yang menyemangati khas Suku Dayak. Saya sempat diajarkan memainkan ubé, belutut, keng, tubung, kelinang, tabang, agung bulu', dan kelingut. Saya yang memiki dasar pendidikan musik sangat menikmati. Saat saya dan Pak Ellyas serta seorang temannya mencoba bermain keng, ubé, serta kelinang bersama, banyak orang yang tertarik untuk menyaksikan dan mendengarkan. Pertunjukan spontan yang ternyata sangat atraktif!
Soal alat musik Lundayeh bukanlah soal main-main. Dari sepuluh keng yang dibuat dari sepuluh bilah bambu, hanya satu yang akhirnya bisa berbunyi merdu. Alat-alat musik tersebut yang akhirnya mendatangkan undangan kepada Indonesia sebagai tamu kehormatan di pentas seni World Expo Zaragoza Spanyol, Medo Suji Festival Jepang, dan di banyak lagi negara-negara Eropa dan Asia Pasifik. Membanggakan! Masih ada yang ke Eropa untuk mengharumkan nama bangsa, bukan untuk studi banding. Semangat Bapak Ellyas dan teman-temannya juga membuat saya percaya bahwa anak cucu kita nanti masih bisa mendengar suara indah dari tangan Suku Dayak Lundayeh. Salam Aku Cinta Indonesia!












































Komentar Terbanyak
Awal Mula PB XIV Purbaya Gabung Ormas GRIB Jaya dan Jadi Pembina
Fadli Zon Bantah Tudingan Kubu PB XIV Purbaya Lecehkan Adat dan Berat Sebelah
Wisata Guci di Tegal Diterjang Banjir Bandang, Kolam Air Panas sampai Hilang!