Hampir kebanyakan penyelam yang saya kenal sudah bertemu dengan Si Cantik. Rasa iri dan cemburu saya rasakan ketika melihat mereka bersama dia dalam sebuah album foto. Saya hanya bertanya pada diri sendiri, kapan saya dapat bertemu dengannya.
Doa saya terjawab melalui rencana perjalanan yang telah disiapkan oleh panitia ACI. Hari itu saya dijadwalkan untuk melakukan penyelaman di sekitar perairan Taman Nasional Komodo (26/10/10). Ditetapkanlah bahwa saya akan menyelam di Karang Makassar dan Batu Bolong bersama salah satu dive center di sana, dengan harga Rp. 800.000 untuk dua kali menyelam yang termasuk biaya perahu, biaya semua peralatan menyelam dan biaya makan siang. Saya masuki seluruh tempat di sana dan memang harga untuk melakukan penyelaman adalah sama di setiap dive center.
Pukul 08.00 WITA, perahu meninggalkan dermaga Labuan Bajo untuk menuju ke titik penyelaman pertama yaitu Karang Makassar. Untuk tiba disana diperlukan waktu kurang lebih 2 jam. Laut sangat tenang - kami biasa menyebutnya 'flat'. Sambil berbaring, saya menikmati suasana sekitar. Terus terang saya merindukan perasaan ini. Saya jatuh cinta pada kedalaman laut.
Tak lama saya dipanggil untuk mengikuti instruksi dari dive guide, Marteen namanya - seorang pria asing asal Belanda. Saya pun melakukan persiapan ketika tiba di lokasi tersebut. Perasaan saya luar biasa gembira karena akan bertemu dengannya. Saya harap penantian berakhir segera.
Byuuuur, bunyinya ketika saya masuk ke dalam air. Dengan segera saya menyesuaikan diri dengan keadaan di dalam laut dan mengikuti kelompok menjelajah sekitar. Seketika ada seorang penyelam yang melihatnya, saya tengok kanan dan kiri untuk mencari dimana datangnya suara dan arah tangan si pemberi bunyi. Saya sipitkan mata untuk melihat sesuatu yang dia tunjuk. Hanya titik hitam yang saya lihat, kemungkinan sekitar 20 meter dari tempat kami berdiri. Saat itu visibility memang terbilang cukup bagus, kira-kira hingga 30 meter.
Sekelebat saja dia menampakan diri, lalu menghilang. Berkali-kali saya hanya melihat dia dari jauh saja. Terus terang saya mulai bosan, SPG menunjukan sisa udara 70 bar. Beberapa penyelam sudah naik ke permukaan dan saya termasuk ke dalam kelompok yang masih penasaran untuk melihatnya dari dekat.
Hingga akhirnya penantian terjawab sudah, dia berada di belakang saya. Saya melihatnya pertama kali ketika membalikan tubuh secara tidak sengaja. Manta, nama Si Cantik - saya akhirnya bertemu dengannya. Dia berada kurang lebih 1 meter di depan saya, menari-nari dengan anggunnya. Lagi-lagi hanya sepasang kata yang muncul, luar biasa.
Saya terpaku menatap dia sambil berusaha mengabadikan dalam foto dan video. Saya lupa bahwa tubuh sudah lelah menahan kuatnya arus saat itu. Dia berada di situ dan saya berdiam hingga dirinya berlalu. Tersisa 20 bar ketika saya tiba di permukaan. Perasaan puas seolah saya menjadi pemenang dalam sebuah pertandingan, dirasakan. Saya bagaikan seorang pelari yang pertama tiba di garis finish. Hanya ucapan terima kasih yang dapat saya panjatkan karena satu dari sekian banyak keinginan telah dikabulkan.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!