Garis Nazca yang berbentuk aneka objek dari ikan paus hingga burung kolibri, sampai saat ini masih misterius. Saya dibuat terpesona ketika melihatnya langsung.
Sudah satu jam lebih aku menyaksikan video 'Enigmatic Nazca' dari TV di ruang tunggu Aeronazca, bandara kota Nazca, 450km dari Lima, ibukota Peru. Sesekali kutimpali obrolan suamiku dengan Chloe, dosen asal Perancis kenalan baru kami.
Dari tempatku duduk terlihat Jose pemandu kami tampak agak gelisah. Ia berbicara dengan staf penerbangan di satu counter, lalu pindah berbincang ke counter lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak lama kemudian ia menghampiri, memberitahu Chloe, "Siap-siap, Anda terbang 30 menit lagi,"
Kepada kami ia melanjutkan, "Kalian pasti terbang hari ini, tapi masih menunggu giliran. Belum pasti jam berapa,"
Tadi menjelang pukul 10.00 saat mobil pengantar kami memasuki halaman bandara kecil itu, langit memang tampak mendung. Di dalam bangunan, pengunjung memadati ruangan. Sebagian yang lain terlihat berdiri karena tak ada lagi kursi kosong. Rupanya belum ada satu pesawat pun yang bisa terbang mengantar wisatawan menikmati garis-garis Nazca.
Cuaca berawan menjadi penyebabnya. Pesawat akan membawa pengunjung melintasi 'geoglyphs - Nazca lines. Untuk bisa menikmatinya diperlukan pandangan lepas tanpa halangan dari ketinggian ke gurun.
Adalah Toribio Mejia Xesspe, arkeolog Peru yang mulai mempelajari 'Garis-garis Nazca' di tahun 1926. Namun masyarakat luas baru mengetahuinya bertahun kemudian, setelah para pilot penerbangan komersial tahun 1930-an menyampaikan apa yang mereka saksikan saat terbang.
Bentuk-bentuk itu memang sulit untuk langsung dikenali jika kita berada di permukaan tanah. Tak heran, saat pembangunan 'South Pan-American Highway' dilakukan, konstruksi jalan raya itu tanpa sengaja telah memotong beberapa ornamen yang ada.
Geoglyphs adalah sebutan umum untuk ornamen yang dibuat dengan menatah/menggali tanah bebatuan. Di Nazca galian sedalam sekitar 30 cm membentuk garis-garis gambar burung, tanaman, juga orang.
Ada ratusan bentuk di lokasi situs arkeologi yang mencakup area gurun seluas lebih dari 75 ribu hektar itu. Ornamen itu berukuran cukup besar -- beberapa di antaranya mencapai hampir 400 meter, sehingga bisa terlihat jelas dari ketinggian.
Lebih dari satu jam kemudian Chloe datang dari pintu samping. Ia duduk dan menunjukkan foto-foto yang diambilnya. "Aku agak mabuk selama penerbangan tadi," ujarnya.
Waah... semakin tak berani aku membayangkan apa yang akan terjadi di pesawat nanti. Giliran kami akhirnya tiba. Jose akan terbang bersama kami.
Sebelum masuk ke ruang tunggu, pengecekan keamanan dilakukan dengan santai, tanpa mengurangi standar ketelitian. Di dalam ruang kecil itu sudah duduk beberapa orang, rupanya kami masih harus menunggu lagi.
Seorang petugas yang kuduga co-pilot menilik tanda garis di pundaknya, membawa kertas daftar nama dan mulai memanggil penumpang. Setelah dua kelompok pergi, nama kami pun dipanggil.
Rombongan kami yang terdiri dari 10 orang kemudian diajak keluar gedung menuju pesawat yang parkir tak jauh dari ruang tunggu tadi. Dari kejauhan tampak pilot kami telah menunggu di dekat tangga pesawat.
Di siang yang terik itu pesawat mulai lepas landas. Terasa mulus, mungkin karena aku berada di kursi depan, tepat di belakang tempat duduk kedua awak. Pesawat melaju menjauh dari kota Nazca menuju gurun.
Bukit-bukit batu mulai terlihat terhampar di bawah kami. Sejauh mata memandang aku hanya melihat warna abu-abu bergradasi. Co-pilot menjelaskan bahwa pesawat akan terbang selama 30 menit melintasi 10 geoglyphs.
Ia menambahkan agar nanti kami fokus melihat area di bawah sayap pesawat, karena ia akan menjelaskan ornamen di lokasi tersebut. Setelah hampir 10 menit terbang, co-pilot menyampaikan bahwa gambar pertama yang akan kami lihat adalah The Whale, paus.
Aku masih kesulitan mengenali ornamen yang dimaksud. Baru kemudian setelah berkonsentrasi beberapa saat terlihat bagian kepala dan ekor paus yang terpotong garis panjang, menakjubkan!
Pesawat kemudian berputar arah, sehingga masing-masing kami yang duduk di sisi berbeda tetap dapat melihat dengan jelas. Pesawat terus berpindah ke lokasi gambar lain. Kali ini menyasar The Hummingbird, burung kolibri.
Guratan bebatuan itu cukup jelas tertangkap dari kamera ponselku. Saat berkonsentrasi memandang The Condor dari kameraku, aku merasa ujung jariku mulai dingin, telapak tangan terasa lembab, melayang.
Kucoba memejamkan mata, berkonsentrasi pada penjelasan co-pilot. Mengingat kesempatan menyaksikan gambar-gambar ini bakal tak bisa sering diulang, kubuka kembali mataku, melihat bahwa pesawat melintasi The Monkey, juga burung pelikan, laba-laba dan gambar pohon dekat potongan jalan trans-Amerika Selatan.
Tak lama kemudian co-pilot mengatakan bahwa penerbangan hampir usai, pesawat akan kembali ke Aeronazca. Mendekati kota, di bawah terlihat lubang-lubang 'puquios' alias 'the Nazca holes'.
Aku teringat video yang kusaksikan selama menunggu tadi. The Lady of the Lines, arkeolog Jerman Maria Reiche, adalah salah satu ilmuwan yang turut menguak tabir misteri lubang-lubang itu.
Terus tekun mempelajari garis-garis Nazca selama 40 tahun, ia juga mendukung pendapat bahwa 'the Nazca holes' itu adalah bagian dari sistem canggih peradaban Nazca yang dimaksudkan untuk 'mengangkat' air dari bawah tanah.
Terjawab sudah satu hal, bagaimana orang-orang kuno itu dapat bertahan hidup di gurun kering dimana hujan hanya turun 20 menit setiap tahunnya. Namun tetap saja alasan mereka membuat garis-garis ornamen di gurun itu tetap menjadi misteri.
Sebagian ahli mengatakan bahwa gambar-gambar itu berkaitan dengan astronomi, sebagian yang lain mendukung hubungan gambar dengan ritual pemujaan. Apa pun itu, satu hal disepakati, pesona gambar-gambar itu tetap tinggal meski kita tak tahu apa tujuan pembuatannya.
---
Artikel ini ditulis oleh pembaca detik Travel, Wrenges Widyastuti. Traveler yang hobi berbagi cerita perjalanan, yuk kirim artikel, foto atau snapshot kepada detikTravel di d'Travelers. Link-nya di sini
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!