Welcome d'travelers !

Ayo share cerita pengalaman dan upload photo album travelingmu di sini. Silakan Daftar atau

ADVERTISEMENT

Rabu, 16 Mar 2022 16:59 WIB

D'TRAVELERS STORIES

Pesona Benteng Van der Wijck, Cagar Budaya yang Selalu Menarik Dikunjungi

Niken Sari
d'Traveler
Meriam di Benteng Van der Wijck
Meriam di Benteng Van der Wijck
Benteng Van der Wijck dari samping
Benteng Van der Wijck dari samping
Gapura Benteng Van der Wijck
Gapura Benteng Van der Wijck
Wahana Air di Samping Kanan Benteng Van der Wijck
Wahana Air di Samping Kanan Benteng Van der Wijck
Wahana Air di Benteng Van der Wijck
Wahana Air di Benteng Van der Wijck
detikTravel Community -

Benteng Van der Wijck terletak 20 kilometer dari pusat kota Kebumen. Bangunan kokoh yang merupakan cagar budaya ini selalu menarik untuk dikunjungi.

Kekaguman muncul ketika melihat bangunan kokoh berbentuk segi delapan dengan warna merah. Saya seperti berada di benua Eropa dan kembali pada masa silam. Di luar benteng terdapat meriam dan sebuah tank. Perjalanan yang saya tempuh menuju Benteng Van der Wijck dari kota Kebumen adalah sekitar tiga puluh menit.

Benteng Van der Wijck dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Begitu tiba di kawasan wisata ini saya langsung disambut petugas yang ramah menyapa dan gapura besar yang didominasi warna merah dan abu-abu. Kemudian saya membayar tiket masuk sebesar dua puluh lima ribu rupiah.

Setelah itu, saya melajukan kendaraan saya ke dalam. Arsitektur benteng Van Der Wijck bergaya Eropa dengan ketinggian sepuluh meter. Dulunya benteng adalah kantor VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie). Kemudian pada tahun 1818 bangunan kokoh berwarna merah ini berubah menjadi sebuah benteng.

Hal ini mengacu pada informasi yang terdapat dalam benteng Van der Wijck. Pembangunan dilaksanakan saat dipimpin oleh Gubernur Jenderal Godert van der Coppelen.

Bangunan ini pernah beberapa kali berganti fungsi. Tahun 1856 menjadi sekolah yang diperuntukkan oleh kaum Eropa yang disebut juga Pupillen School.

Kemudian pernah dipergunakan sebagai barak tentara. Saya pun mulai melangkah ke dalam. Mata saya langsung berdecak kagum pada arsitektur benteng dengan gaya Eropa yang memiliki ketinggian sepuluh meter persegi.

Benteng ini memiliki luas tujuh ribu seratus enam puluh delapan meter persegi. Saya mulai meraba dinding benteng yang kokoh dengan ketebalan 1,4 meter. Netra saya mulai tertarik dengan ruangan besar berjumlah enam belas dan koleksi potret perjuangan. Saya juga melihat potret pemimpin Indonesia yang terpajang di dinding.

Setelah puas berkeliling lantai satu saya pun mulai naik ke lantai dua. Rasa penasaran saya terhadap bangunan lantai dua terobati dengan jumlah jendela yang lumayan banyak, yaitu delapan puluh empat buah.

Area lantai dua ini juga memiliki pintu sejumlah tujuh puluh dan dua puluh lima ruangan kecil serta enam belas ruangan besar. Cukup banyak bukan? Pada lantai dua juga terdapat empat buah tangga untuk mencapai atap. Atapnya mirip dengan piramida dan terbuat dari batu bata merah. Keren bukan?

Setelah puas berkeliling benteng Van der Wijck saya dan keluarga besar menuju ke beberapa wahana menarik seperti kolam renang dan terapi ikan. Selain itu ada juga bebek air, ayunan dan lainnya. Menarik bukan? Menjelang sore saya pun menuju Hotel Wisata Van der Wijck dengan fasilitas yang memadai.

Setelah membersihkan diri dan salat, saya dan keluarga besar kembali ke benteng Van der Wijck untuk berfoto. Entah kenapa suasananya agak mencekam, tidak seperti biasa. Angin sore mulai berhembus kencang dan kami memasuki benteng kembali. Namun, karena suasana yang agak seram akhirnya saya dan keluarga besar pun kembali ke penginapan.

Suasana sore menjelang malam sangat berbeda dengan tadi siang. Mungkin karena benteng ini adalah benteng tua dan mungkin pernah terjadi pertumpahan darah atau hal lainnya di sini. Secara keseluruhan saya puas berkunjung ke sini. Kapan lagi kita bisa berwisata sekaligus belajar sejarah? Benteng Van der Wijck memang mempesona!

---

Artikel ini ditulis oleh pembaca detik Travel, Niken Sari. Traveler yang hobi berbagi cerita perjalanan, yuk kirim artikel, foto atau snapshot kepada detikTravel di d'Travelers. Link-nya di sini

BERITA TERKAIT
BACA JUGA