Ziarah ke Makam Sunan Ampel, Bapak Para Wali

- detikTravel
Sabtu, 19 Agu 2023 14:10 WIB
Salah satu pintu masuk menuju Masjid dan Makam Sunan Ampel. Foto Malik Ibnu Zaman.
Jakarta -

Kereta Api Jayabaya yang saya tumpangi sampai di Stasiun Surabaya Gubeng pada pukul 04.18. Udara pagi Surabaya terasa sejuk, langit pun masih berselimut kabut malam, suara Adzan Subuh menggema di langit kota pahlawan. Suasana Stasiun Surabaya Gubeng pagi itu tampak ramai.

Saya tidak seorang diri ke Surabaya, saya bersama dengan seorang kawan. Bedanya, saya naik dari Stasiun Pasar Senen, ia naik dari Stasiun Cirebon. Kami ada pekerjaan di Lamongan selama 10 hari. Tetapi sebelum itu, kami akan terlebih dahulu melakukan ziarah ke beberapa makam wali di Jawa Timur, salah satunya Sunan Ampel.

Sebelum meninggalkan stasiun, terlebih dahulu kami melaksanakan salat Subuh, lalu sarapan. Setelah itu kami berangkat menuju Kampung Ampel dengan naik mobil online. Jalanan Surabaya pagi itu lengang, hanya ada satu, dua mobil saja yang lewat, mungkin karena masih pagi dan juga bertepatan dengan libur akhir pekan.

Perjalanan kami dari Stasiun Gubeng Surabaya ke Kampung Ampel hanya memakan waktu 20 menit saja. Kami berangkat pukul 05.10 dan sampai di Kampung Ampel Pukul 05.30 WIB. Mobil online yang kami naiki berhenti tidak jauh dari gerbang pintu masuk.

Gerbang tersebut bertuliskan 'Masjid Agung & Makam Raden Rahmat Sunan Ampel' dan semuanya ditulis dengan huruf kapital. Di depan gerbang tersebut ramai orang, ada yang sedang berswa foto, ada yang rombongan yang sedang menunggu anggota lainnya. Lantunan ayat suci bergema dari Masjid Sunan Ampel, membuat suasana pagi itu terasa semakin syahdu.

Kami pun masuk, menyusuri jalan, di mana kanan kirinya berdiri kios-kios, ada yang jualan sorban, peci, baju, wangi-wangian. Bau harum margarin pun menusuk ke dalam hidung, membuat perut yang sudah diisi ini terasa lapar, ya banyak yang berjualan roti maryam.

Sesampainya di halaman Masjid Sunan Ampel ada pertigaan jalan, ada petunjuk jalannya kok. Menelusuri jalan ke utara terdapat makam Mbah Soleh, KH Hasan Gipo, KH Mas Mansyur. Menelusuri jalan ke selatan, di situlah makam Sunan Ampel.

Di dalam komplek makam Sunan Ampel ada sejumlah gapura paduraksa yang dilewati peziarah, gapura tersebut dikenal dengan nama "Gapuro Limo". Gapura tersebut memiliki ornamen dan relief yang berbeda-beda, semakin mendekati makam semakin kecil. Pertama, Gapuro Munggah, terletak di Jalan Sasak. Gapuro Munggah (naik) ini merupakan akses utama menuju komplek Masjid Agung dan Makam Sunan Ampel dari arah selatan. Kemudian Gapuro Poso (puasa) yang terletak di dekat tempat wudhu para peziarah.

Masuk lebih dalam lagi menuju makam Sunan Ampel, peziarah akan menjumpai gapura yang identik dengan relief ornamen berbentuk cengkeh, gapura ini bernama Gapura Mengadep (menghadap). Selanjutnya peziarah menjumpai gapuro ngamal, terakhir dekat makam Sunan Ampel ada Gapuro Paneksen (penyaksian). Pada komplek makam Sunan Ampel terdapat banyak makam, makam Sunan Ampel dikelilingi pagar besi putih.

Di sebelah makam Sunan Ampel adalah makam istri pertamanya, Dewi Condrowati atau Nyai Ageng Manila. Suasana makam Sunan Ampel pagi itu ramai banyak peziarah, baik rombongan dengan jumlah besar, jumlah kecil atau perorangan. Ketika kami datang terdapat rombongan peziarah dengan jumlah besar, saya taksir ada 100 orang lebih, mereka begitu khusyu melantunkan bacaan tahlil.

Selama satu jam kami berada di makam Sunan Ampel, kawan saya memimpin membaca tahlil, Yasin, maulid barzanji. Setelah itu kami ke makam Mbah Soleh, KH Hasan Gipo, KH Mas Mansyur, akan tetapi cuman sebentar karena doanya tadi sudah sekalian. Setelah dari komplek makam Sunan Ampel, kami melanjutkan perjalanan ke Gresik, untuk menziarahi makam berikutnya.

Sunan Ampel memiliki nama asli Raden Rahmat, ia merupakan salah seorang anggota walisanga yang sangat besar jasanya dalam perkembangan Islam di Nusantara, khususnya pulau Jawa. Nama Ampel sendiri dinisbatkan tempat di mana ia tinggal dan mendirikan pesantren yaitu Ampel Denta Surabaya. Ia lahir Champa pada tahun 1401 M, di sini para ahli berbeda pendapat mengenai letak Champa, ada yang berpendapat letaknya di Aceh, ada yang berpendapat di Kamboja.

Ayah Sunan Ampel bernama Maulana Malik Ibrahim atau Maulana Maghribi, yang dikenal dengan nama Sunan Gresik. Sementara ibunya bernama Dewi Chandrawulan, saudara kandung Dwarawati Murdiningrum, yang merupakan istri Raja Majapahit Brawijaya V, dan ibu dari Raden Fatah.

Sunan Ampel juga dijuluki sebagai bapak para wali, sebab para anak dan menantunya mengikuti jejak dakwahnya, diantaranya Sunan Bonang, Sunan Drajat, dan Sunan Giri. Ia melakukan dakwah dengan cara damai dan menghindari jalan kekerasan.

Salah satu metode dakwah yang dilakukan oleh Sunan Ampel dan dikenal hingga saat ini adalah falsafah 'Moh Limo', tidak melakukan 5 hal tercela yaitu Moh Main (tidak mau berjudi), Moh Ngombe (tidak mau mabuk), Moh Maling (tidak mau mencuri), Moh Madat (tidak mau menghisap candu), Moh Madon (tidak mau berzina). Sunan Ampel wafat pada tahun 1467 M, ia dimakamkan di dekat Masjid Ampel Surabaya.




(sym/sym)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork