Pada Kamis (30/8/2012), Duta Besar RI untuk Iran, Dian Wirengjurit, mengajak para wartawan Indonesia untuk makan malam. Di sana, kami meliput kegiatan Wapres Boediono menghadiri KTT Gerakan Nonblok XVI. Lokasi yang dipilih adalah sebuah restoran di salah satu bukit Pegunungan Alborz. Restoran itu menyajikan hidangan khas setempat seperti kebab, iga kambing, dsb.
Malam Jumat di Teheran mirip dengan malam Minggu di Indonesia. Soalnya, Jumat adalah hari libur bagi warga Teheran. Mereka pun keluar rumah, berkumpul dan makan malam dengan sanak saudara juga kerabat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Butuh waktu sekitar 1 jam untuk menuju lokasi restoran dari pusat Kota Teheran. Jalanan berkontur menanjak dipenuhi mobil-mobil yang diparkir di pinggir jalan. Mobil pun diparkir, dan kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.
Rupanya tak hanya satu restoran yang ada di lokasi ini. Ada beberapa restoran berukuran besar dengan bangunan bertingkat. Sepanjang jalan di lokasi itu juga dipenuhi pedagang makanan khas Iran. Warga Taheran menyemut di lokasi ini, sambil mengambil foto-foto.
Mereka datang dengan kostum santai. Para lelaki mengenakan jins dan kaos, atau kemeja pas badan. Sedangkan wanita mudanya mengenakan kerudung yang sebagian rambutnya kelihatan, dengan jins sebagai bawahan.
Lokasi restoran itu mulai sepi sekitar tengah malam waktu setempat. Toko-toko mulai tutup, warga Teheran pun mulai meninggalkan lokasi tersebut.
Agenda makan malam hari itu menyapu segala pikiran saya tentang Iran. Masalah nukir, ruwetnya hubungan negara tersebut dengan AS, juga embargo Uni Eropa. Wajah Iran sebagai negara maju tercermin lewat Teheran. Jalanan kotanya sangat mulus tanpa lubang. Taman-tamannya juga sangat terawat.
Kendaraan pribadi merk Barat berseliweran di jalanan. Ada Peugeot, Renault, hingga mobil mewah seperti Mercedes-Benz dan Porsche. Di Teheran juga ada jalur bus seperti Transjakarta. Bedanya, tak ada mobil atau motor yang menyerobot jalur khusus itu!
Iran punya pengamanan yang sangat ketat. Namun meskipun banyak pembatasan yang dilakukan pemerintah seperti akses internet, warga Teheran terlihat hidup normal layaknya di belahan dunia lainnya. Mereka masih bisa beraktivitas dan menikmati hidup, seakan jauh dari ketegangan politik dengan dunia Barat.
(sst/fay)
Komentar Terbanyak
Didemo Pelaku Wisata, Gubernur Dedi: Jelas Sudah Study Tour Itu Piknik
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari AS, Garuda Ngaku Butuh 120 Unit