Mengunyah buah pinang merupakan tradisi turun temurun di Papua. Selain penyambung silaturahmi, buah pinang juga kaya manfaat.
detikTravel berkesempatan mengunjungi Pasar Pinang saat ikut rombongan Kemenparekraf menghadiri Sail Raja Ampat 2014 pada 21 hingga 25 Agustus. Pasar Pinang berlokasi di Kelurahan Sapor Danco, Distrik Kota, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. Lokasinya di dekat dengan pantai Waisai Torang Cinta (WTC).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setumpuk buah pinang dijual dengan harga Rp 10 ribu. Harga yang sama juga dibanderol untuk setumpuk buah sirih.
"Ini pinang 'ojek', dijual ketengan Rp 1.000 berisi satu buah pinang, sepotong buah sirih dan 'sabu-sabu Papua alias kapur," kata Jaemang, penjual buah pinang yang mengaku beromzet kotor Rp 400 ribu per hari ini. Ia mengaku beromzet kotor Rp 400 ribu per hari ini.
"Buah pinang kita beli dari warga di pulau," ujar dia.
Warga setempat silih berganti membeli pinang. Pinang digemari warga baik yang berusia tua hingga muda.
"Saya biasa menguyah pinang. Pinang lebih baik dari merokok dan tidak merusak paru-paru," ujar Jimmy sambil asyik mengunyah pinang.
Mengunyah buah pinang diawali dengan mengupas kulitnya, mengunyah biji pinang dan mencampurnya dengan menguyah buah sirih dan mencocol sedikit kapur.
"Rasanya sepat. Kalau tidak terbiasa bisa pusing," ujar Jimmy lagi.
Seorang pembeli, Desi Numberi, menceritakan sang Mama gemar menguyah pinang dan giginya sangat kuat.
"Mama saya berusia 100 tahun, giginya kuat dan masih utuh," cerita Desi. Menurut Desi, buah pinang juga dijadikan obat tradisional.
"Bisa menyembuhkan penyakit gula. Rebus pinang dengan air. Lalu minum airnya dan rasanya sepat. Mengunyah pinang juga bisa buat mulut tidak bau," cerita Desi.
(ptr/ptr)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum